Gerakan Silat Minangkabau
Silek
Minangkabau
atau (bahasa Indonesia: silat Minangkabau) adalah seni
beladiri yang dimiliki oleh masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat, Indonesia yang diwariskan secara turun temurun
dari generasi ke generasi. Masyarakat Minangkabau memiliki tabiat suka merantau
semenjak beratus-ratus tahun yang lampau. Untuk merantau tentu saja mereka
harus memiliki bekal yang cukup dalam menjaga diri dari hal-hal terburuk selama
di perjalanan atau di rantau, misalnya diserang atau dirampok orang. Di samping
sebagai bekal untuk merantau, silek penting untuk pertahanan nagari terhadap ancaman dari luar.
Wilayah Minangkabau di bagian tengah Sumatera sebagaimana daerah di kawasan
Nusantara lainnya adalah daerah yang subur dan produsen rempah-rempah penting
sejak abad pertama Masehi, oleh sebab itu, tentu saja ancaman-ancaman keamanan
bisa saja datang dari pihak pendatang ke kawasan Nusantara ini. Jadi secara
fungsinya silat dapat dibedakan menjadi dua yakni sebagai
- panjago diri (pembelaan diri
dari serangan musuh), dan
- parik paga dalam nagari (sistem
pertahanan negeri).
Kita
dapat membedakan antara silat dari Minangkabau dan silat dari daerah lain di
kawasan Nusantara. Beberapa konsep dari silek Minangkabau itu adalah
1.
Tagak jo Langkah (Berdiri dan Langkah)
Ciri
khas dari permainan silek adalah pola berdiri dan langkah. Tagak artinya
tegak atau berdiri, di mana pesilat berdiri? Dia berdiri di jalan yang benar (tagak
di nan bana), dia bukanlah seorang yang suka cari rusuh dan merusak tatanan
alam dan kehidupan bermasyarakat. Di dalam mantera sering juga diungkapkan
sebagai tegak alif, pitunggua adam, langkah muhammad[40]. Di dalam permainan silat, posisi berdiri adalah pelajaran
pertama diberikan, yang dinamakan sebagai bukak langkah (sikap pasang)
seorang pemain silat Minangkabau adalah tagak runciang (berdiri
runcing atau berdiri serong) dengan posisinya selalu melindungi alat vital.
Kuda-kuda pemain silat harus kokoh, untuk latihan ini dahulunya mereka berjalan
menentang arus sungai.
Langkah dalam permainan silek Minangkabau mirip dengan langkah berjalan,
namun posisinya pada umumnya merendah. Posisi melangkah melingkar yang terdiri
dari gelek, balabek, simpia dan baliak (Lihat
penjelasan istilah ini pada Kurikulum.
Adapun
pola langkah yang dipergunakan ada yang dinamakan
- langkah tigo (langkah tiga,
pola langkah yang membentuk segitiga). Silek yang dimainkan oleh Mak Danin
Capek di Cupak Solok, Sumatera Barat, misalnya lebih menekankan penggunaan
langkah tiga, sehingga beliau menyebutnya sebagai Silek Langkah Tigo
(silat langkah tiga).[42]
- langkah ampek (langkah empat,
pola langkah yang membentuk segiempat)
- langkah sambilan (langkah
sembilan) : untuk mancak (pencak)
2.
Garak jo Garik (Gerak dan Gerik)
Di
dalam bersilat perlu sekali memahami garak dan garik. Garak artinya
insting, kemampuan membaca sesuatu akan terjadi, contoh seorang pesilat bisa
merasakan ada sesuatu yang akan membahayakan dirinya. Garik adalah gerakan
yang dihasilkan oleh pesilat itu sebagai antisipasi dari serangan yang datang.
Jika kata ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, ia menjadi kurang pas,
karena di dalam bahasa Indonesia, gerak itu adalah gerakan dan gerik adalah
kata pelengkap dari gerakan itu. Sedangkan di dalam bahasa Minangkabau garak
(gerak) itu adalah kemampuan mencium bahaya (insting) dan garik (gerik) adalah
gerakan yang dihasilkan (tindakan).
3.
Raso jo Pareso (Rasa dan Periksa)
- Raso (Rasa)
Raso
atau rasa diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu gerakan yang
tepat tanpa harus dipikirkan dulu, seperti seorang yang mahir membawakan
kendaraaan, dia pasti tidak berpikir berapa centimeter harus memijak rem supaya
berhenti dengan tepat tanpa goncangan, tapi dengan merasakan pijakan rem itu
dia dapat berhenti dengan mulus.
- Pareso (Periksa)
Pareso
adalah kemampuan analisis dalam waktu yang singkat atau nalar. Di dalam
pertempuran ungkapan pareso ini adalah kemampuan memanfaatkan sesuatu di dalam
berbagai situasi pertempuran dalam upaya untuk memperoleh kemenangan. Misalkan,
jika kita bertempur waktu sore, upayakan posisi jangan menghadap ke barat,
karena akan silau oleh cahaya matahari.
Jadi antara raso dan pareso itu jalannya berpasangan, tidak boleh jalan sendiri-sendiri.
Kita tidak boleh terlalu mengandalkan perasaan tanpa menggunakan pikiran, namun
tidak boleh pula berpikir tanpa menggunakan perasaan. Ada pepatah yang
mengatakan raso dibao naiak, pareso dibao turun (Rasa di baik naik ke
alam pikiran, periksa dibawa turun ke alam rasa). Demikianlah kira-kira maksud
dari raso jo pareso yang diungkapkan oleh para guru silek.
4.
Kato Bajawek, Gayuang Basambuik (Kata Berjawab, Gayung Bersambut)
Alam
fikiran Minangkabau memiliki konsep berpasangan, ini dapat dibuktikan
dengan banyaknya pepatah yang memiliki isi kalimat berpasangan, contohnya: mancari
nan baik manulak nan buruak (mencari hal-hal yang baik dan menolak hal-hal
yang buruk), manitiak dari ateh, mambasuik dari bumi (menitik dari atas,
membersit dari bumi), tiok kunci ado pambukaknyo (tiap kunci ada
pembukanya) dan tiok kabek bisa diungkai (tiap ikatan bisa dilepas). Hal
yang sama berlaku pada silek, setiap gerakan silat ada pemusnahnya, setiap
kuncian ada teknik untuk melepaskannya, oleh sebab itu sepasang pemain silat
yang mahir mampu bersilat terus menerus tanpa putus dengan mengalir begitu
saja.[43] Mereka baru berhenti kalau sudah letih atau capek. Hal yang
sama juga terjadi pada peniup saluang, mereka bisa meniup alat musik itu tanpa putus-putus sampai
lagu selesai.
5.
Tagang Bajelo, Kandua Badantiang (Tegang mengalun, Kendor Berdenting)
Guru
silek mengatakan, jika tagang badantiang, maka ia akan putus atau rusak, dan
jika kandua manjelo (mengalun) itu artinya lemah. Adapun silek Minangkabau
tidaklah demikian, silat itu adalah kombinasi pas antara kelembutan dan
kekuatan, dia lembut tapi keras, dia keras tapi lembut. Mungkin istilah lentur
atau plastis bisa disamakan dengan pengertian ungkapan di atas. Di dalam
permainan silek, serangan lawan itu tidak ditangkis atau dihadang, namun
dipapah atau dibelokkan ke arah lain. Menangkis serangan lawan, seperti sepak atau
tinju akan membawa risiko memar atau cedera, namun jika serangan itu
dibelokkan, risiko cedera bisa dihindari dan lawan akan terdorong ke arah lain.
Prinsip ini mirip dengan prinsip yang digunakan oleh beladiri tai chi chuan dari China. Teknik ini juga digunakan pada olah
raga seperti memantulkan atau "dribble"[44] bola basket atau teknik "setting"[45] permainan bola voli.
6.
Adaik manuruik alua, alua manuruik patuik jo mungkin (Alami, logis dan
efektif)
Tubuh
manusia memiliki alur dan pola, gerakan silek harus mengikuti alur tubuh
manusia, jangan menentangnya. Konsep ini adalah konsep flow (mengalir) di dalam
permainan silat. Jika konsep ini dipakai, maka permainan silek akan terlihat
indah dan mengalir, serta aman. Sekali alur itu dilanggar, maka akan terjadi
apa yang disebut sungsang (terbalik arah) yang dapat berakibat cedera mulai
dari ringan sampai patah. Silek disusun sedemikian rupa dengan mempertimbangan
kaedah hukum alam sehingga menghasilkan gerakan yang LOGIS dan EFEKTIF untuk
beladiri. Bagaimana mengikuti alur tubuh yang baik dapat dilihat pada gerakan
silat yang dimainkan dan dijelaskan oleh David Benitez.[46]. Prinsip umum silat juga dijelaskan oleh Luke Holloway yang
menyatakan bahwa gerakan memukul yang diawali dengan ancang-ancang rileks,
santai atau tanpa tegangan akan menghasilkan efek pukulan lebih keras
daripada pukulan yang diawali dengan ancang-ancang yang kaku [47]. Efek ini terjadi karena alur dari gerakan alamiah tubuh
sendiri.
0 Response to "Gerakan Silat Minangkabau"
Posting Komentar