Makalah Tentang Batik dari Tanah Liat / Liek (Dharmasraya - Minangkabau) Lengkap
Alhamdulillah Rabbil Alamin, kata terindah sebagai ungkapan
rasa syukur penulis atas petunjuk dan rahmat Allah SWT, sehingga penulis mampu
menyelesaikan Makalah ini. Kesempurnaan hanyalah milik yang Maha Sempurna, Allah SWT. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun sangatlah
penulis perlukan demi kesempurnaan penulisan Makalah ini.
Penulis menyadari pula
bahwa dalam penyusunan Makalah tidak terlepas dari dukungan, bimbingan
dan bantuan dari semua pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan kepada yang terhormat :
1. Guru Pembimbing
yang telah membantu dalam penyusunan tema makalah ini.
2. Orang tua kami yang senantiasa memberi dukungan moral maupun materi kepada
kami.
3. Teman-teman yang telah banyak memberikan masukan dalam menyusun Makalah ini, dan
4. Semua pihak yang bersedia kami wawancarai guna meminta pendapat dan
sarannya dalam menyusun karya ilmiah ini.
Dan akhirnya kepada
Allah jualah penulis memohon balasan yang berlipat ganda, semoga Makalah ini dapat berguna dalam perkembangangan kreativitas dan peningkatan
aktivitas bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 3
A. Pengertian Batik................................................................................................. 3
B. Sejarah Batik Tanah
Liat / Liek.......................................................................... 3
C.
Motif-motif Batik Tanah Liek.............................................................................. 6
D. Pembuatan Batik Tanah Liek............................................................................. 7
E. Pewarnaan Batik Tanah Liek............................................................................. 8
F.
Upaya Pelestarian
Batik Tanah Liek................................................................. 8
BAB III PENUTUP......................................................................................................... 9
A. Kesimpulan......................................................................................................... 9
B. Saran.................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Batik merupakan salah kekayaan seni warisan budaya masa lampau, yang telah
menjadikan Negara Indonesia memiliki cirri yang khas di mancanegara.
Perkembangan batik yang sudah menempuh perjalanan berabad-abad silam, telah
melahirkan berbagai jenis dan corak batik yang khas disetiap daerahnya.
Kepopuleran batik Indonesia dikancah dunia. Untik itu bagai warga Negara
Indonesia kita harus bangga dan ikut mempertahankan warisan budaya ini agar
tidak punah dengan bergantinnya zaman. Dengan adanya karya tulis ini diharapkan
dapat menambah pengetahuan teman-teman mengenai warisan budaya Indonesia
khususnya batik.
Batik Indonesia memiliki beragam corak yang pada setiap
daerah berbeda beda dan menjadi ciri khas daerah tersebut. Penamaan batik dari
perbedaan corak tersebut biasanya menurut nama daerah, misalnya Batik Madura,
Batik Jawa. Salah satu Batik Jawa memiliki ciri khas dan cukup dikenal yaitu
Batik Lasem. Motif Batik Lasem sangat beragam antara lain pagi sore, tiga negeri, lockcan, banji, seruni,
kendoro kendiri, latohan, dan masih banyak lagi.
Batik memiliki dua cara pembuatan, batik tulis dan batik cap.
Selain itu, walaupun batik merupakan warisan budaya, tidak banyak orang
Indonesia yang mengetahui cara pembuatan batik. Pengrajin batik saat ini
kebanyakan merupakan penerus dari generasi-generasi sebelumnya, hal ini menimbulkan
kekhawatiran semakin lama pengrajin batik semakin sedikit. Sedangkan permintaan
konsumen terhadap kerajinan batik semakin meningkat, sehingga memungkinkan
terjadinya kelebihan permintaan dari pada penjualan, terutama pada kerajinan
batik tulis.
Sesuai uraian di
atas, maka kami tertarik untuk melakukan Penelitian Usaha Batik Tulis Lasem
“Sumber Rejeki” untuk menambah ilmu tentang batik.
B. Rumusan Masalah
1) Pengertian Batik ?
2) Sejarah Batik Tanah
Liat / Liek ?
3)
Motif-motif Batik Tanah Liek ?
4) Pembuatan Batik Tanah Liek ?
5) Pewarnaan Batik Tanah Liek ?
6) Upaya Pelestarian Batik Tanah Liek ?
C. Tujuan Penulisan
1) Menjelaskan Pengertian Batik
2) Menjelaskan Sejarah
Batik Tanah Liat / Liek
3)
Mengetahui Motif-motif Batik Tanah Liek
4) Menjelaskan Pembuatan Batik Tanah Liek
5) Menjelaskan Pewarnaan Batik Tanah Liek
6) Mengetahui Upaya Pelestarian
Batik Tanah Liek
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Batik
Beberapa pengertian
batik menurut para ahli :
1. Menurut KBBI, batik
merupakan corak atau gambar pada kain yang pembuatannya menggunakan malam
(lilin) dan pengolahannya melalui proses tertentu
2. Menurut Yudoseputro,
batik merupakan gambar yang ditulis pada kain dengan mempergunakan malam
sebagai media sekaligus penutup kain batik.
3. Menurut Widodo, batik
merupakan hasil kebudayaan bangsa Indonesia yang tinggi nilainya.
4. Menurut Irwan Tirta,
batik merupakan teknik menghias kain atau testil dengan menggunakan lilin dalam
proses pencelupan warna, yang semua proses tersebut menggunakan tangan.
5. Menurut Santosa Doellah, batik merupakan
sehelai kain yang dibuat secara tradisional dan terutama juga digunakan dalam
matra tradisional, memiliki beragam corak hias dan pola tertentu yang
pembuatannya menggunakan teknik celup rintang dengan lilin batik sebagai bahan
perintang warna.
6. Menurut Hamzuri, batik
merupakan lukisan atau gambar pada mori yang dibuat dengan menggunakan alat
bernama canting.
7. Menurut Afif Syakur,
batik merupakan serentang warna yang meliputi proses pemalaman, pencelupan
(pewarnaan) dan pelorotan (pemanasan), hingga menghasilkan motif yang halus
yang semuanya ini memerlukan ketelitian yang tinggi.
Pengertian batik secara
umum :
Kata “Batik: berasal dari bahasa Jawa "amba"
yang berarti menulis dan "nitik". Batik adalah seni melukis
dilakukan diatas kain dengan menggunakan lilin atau malam sebagai pelindung
untuk mendapatkan ragam hias diatas kain tersebut.
B.
Sejarah Batik Tanah
Liat / Liek
Berawal dari menyaksikan acara adat di kampungnya, daerah Kenagarian Sumanik, Kabupaten Tanah
Datar, Provinsi Sumatera Barat, tahun 1993, Hj. Wirda Hanim,
bertekad untuk memproduksi kembali Batik Tanah Liek,
dikarenakan kain yang dipakai oleh para Datuak dan Bundo Kanduang
tampak kusam dan sobek sana-sini karena lapuk. Bahkan pada saat mengenakannya
pun sangat berhati-hati diakibatkan oleh tuanya kain tersebut. Hal ini ia
ketahui setelah mencari informasi bahwa batik tanah liek tidak diproduksi lagi
sejak 70 tahun lalu
Bermodalkan tekad yang kuat, bu Hj. Wirda Hanim, beniat untuk
memperbaharui kain tersebut. Sedangkan beliau tidak memiliki ilmu membatik.
Pada saat itu, beliau menemui guru batik di Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Kota Padang, yang
kini menjadi Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK),
dengan cara berkunjung langsung ke sekolah dan rumahnya, dengan harapan bisa
bekerja sama. Tetapi, guru tersebut hanya menyuruh siswa nya saja. Walaupun
begitu bu Hj. Wirda Hanim tetap membiayainya, mulai dari membeli kain dan
obat-obatan membatik, namun hasil para siswa ini tidak memuaskan. Akhirnya bu
Hj. Wirda Hanim tidak melanjutkan kerja sama itu.
Hal tersebut tidak membuat bu Hj. Wirda Hanim putus asa.
Beliau mencoba membuat ulang motif kain kuno ke kertas. Bukan itu saja, beliau
juga membuat motif yang terdapat di Rumah
Gadang. Hal tersebut ia lakukan lebih kurang selama 6
bulan. “Sambil menunggu jalan keluarnya, saya
tetap mencari dan meniru motif-motif dari kain batik tanah liek kuno di kampung
saya, motif kuno tersebut adalah kuda laut dan burung hong, di samping saya
juga mengambil motif Minang dari ukiran dan pakaian, serta membuat motif-motif
baru yang sebagian perpaduan dari motif-motif itu.” katanya.
Tepat pada saat itu, Dewan
Kerajinan Nasional Provinsi Sumatera Barat mengadakan pelatihan
batik tanah liek dengan jatah peserta sebanyak 20 orang yang berasal dari 10
orang dari Kabupaten Solok dan 10 orang lagi dari Kabupaten Pesisir Selatan.
Kota Padang memang tidak diikut sertakan karena kebanyakan orang Padang
memiliki usaha bordir, termasuk beliau sendiri yang memiliki usaha bordir “Monalisa”. Walaupun
tidak ada jatah peserta, bu Hj. Wirda Hanim tetap ingin ikut. Akhirnya beliau
ikut dengan biaya sendiri. Namun, pelatihan yang diikutinya masih belum
memuaskan.
Pada tahun 1995, dengan meminta izin suami, Ruslan Majid, beliau pergi
ke Jogjakarta sekaligus meminjam uang sebanyak 20 juta rupiah sebagai modal
dengan tujuan untuk belajar batik disana. Berselang hanya 2 hari saja, beliau
pun kembali ke Padang. Selain merasa tidak betah, beliau juga tidak bisa
meninggalkan usaha bordirnya dengan karyawan sebanyak 20 orang yang menetap
dirumahnya. Bu Hj. Wirda Hanim meminta kepada Dewan Batik Jogjakarta mengirimkan pengajar
batik ke Padang yang beliau kontrak selama 3 bulan. Tapi sebelumnya, bu Hj.
Wirda Hanim menitipkan contoh kain Batik Tanah Liek dengan harapan dapat
dibuatkan motif dan warna sesuai contoh kain tersebut. Sesampainya di Padang,
pengajar dan seorang pemuda yang dibawanya dari Jogjakarta tersebut masih belum
mampu membuat kain Batik Tanah Liek sesuai contoh yang diberikan. Bahkan
setelah 2 bulan bekerja dengan beliau di Padang, tidak satu lembar kain pun
yang berhasil menyerupai warna kain Batik Tanah Liek.
Berkat kegigihannya, yang telah menghabiskan modal banyak
dengan membeli kain sutra, obat-obatan batik serta peralatan membatik, tidak
membuatnya putus asa. Tepat seminggu sebelum kontrak pengajar dari Jogja habis,
bu Hj. Wirda Hanim teringat pelajaran membuat warna hiasan kue ketika les
membuat kue pengantin dan kue ulang tahun yang pernah diikutinya di Jakarta.
Beliau melakukan uji coba dengan warna kimia untuk batik. Seperti mencari warna
yang sesuai dengan Batik Tanah Liek yang warnanya mirip tanah. Dari 10 lembar
kain, yang masing-masingnya berukuran 2 meter, hanya 2 lembar saja yang
menyerupai warna batik tanah liek.
Namun begitu, bu Hj. Wirda Hanim tetap melakukan eksperimen
dengan menggaji karyawan khusus batik. Sejak itu, beliau memproduksi Batik
Tanah Liek dengan bahan kimia. Sehingga pada saat itu, dinamakanlah merk hasil
produksinya Batik Tanah
Liek “Citra
Monalisa”. Tapi tetap saja, Batik Tanah Liek kuno
dibandingkan dengan batik buatannya masih sangat berbeda. Pada suatu ketika,
beliau pulang kampung dan bertanya kepada seorang ibu yang ada disana. “Kenapa Batik ini dinamakan Batik Tanah
Liek ?”, dan ibu itu pun menjawab bahwa Batik Tanah Liek ini pada dasarnya
diwarnai dengan tanah dan motifnya diwarnai dengan tumbuh-tumbuhan.
Beliau lalu melanjutkan pertanyaannya “Tumbuh-tumbuhan
apa saja yang bisa diambil ?” dan ibu tersebut melanjutkan
jawabannya yaitu gambir, rambutan, pinang, dan lain lain. Berdasarkan informasi
itulah, bu Hj. Wirda Hanim mencoba mencari tahu pembuatan dan ketahanannya.
Akhirnya, setelah 10 tahun mencoba, barulah beliau
mendapatkan Batik Tanah Liek sesuai dengan contoh yang ada sekaligus telah
dipatenkan dengan nama “Batik
Tanah Liek”. Modal yang dulu pernah beliau pinjam dari
suaminya, sudah terlunasi berkat bantuan dari Pertamina pada tahun 1997,
bantuan pinjaman pertama yang beliau terima. Menurut informasi yang beliau
dapat dari bu Upik Rauda
Tayib, seorang tokoh
Budayawan asal Sumatera Barat, Batik Tanah Liek berasal dari Cina bukan dari Jawa.
Sampai sekerang, bu Hj. Wirda Hanim tetap melestarikan Batik
Tanah Liek yang berada dikediaman sekaligus
show room beliau yaitu Jalan Sawahan Dalam, No. 33, Kota
Padang, Provinsi Sumatera Barat.
Bukan itu saja, beliau juga mendapatkan berbagai penghargaan baik dari
pemerintah maupun swasta, seperti Upakarti
Award pada tahun 2006
atas jasa melestarikan
produk tradisional seni dan budaya Indonesia, serta dari MARKPLUS pada tahun 2014 sebagai Marketeer of the Year.
C.
Motif-motif Batik Tanah
Liek
Motif batik tanah liat tradisional adalah kuda laut dan burung hong, namun sekarang
selain motif Cina diperkenalkan juga motif tradisional Minangkabau seperti siriah
dalam carano, kaluak paku, kuciang tidua, lokcan, batuang kayu, tari piring,
kipas.
Saat sekarang
motif-motif baru juga diperkenalkan yang inspirasinya diambil dari kekayaan
budaya alam Minangkabau, seperti motif tabuik (tabut), Jam Gadang dan Rumah
Gadang [5]. Saat sekarang ada tiga sentra
pembuatan batik tanah liat di Provinsi Sumatera Barat, yakni di Kota Padang,
Kabupaten Pesisir Selatan dan di Kabupaten Dharmasraya. Masing-masing sentra
ini menampilkan corak tersendiri berdasarkan lingkungan masing-masing, bahkan
di Dharmasraya mereka mengembangkan motif baru, bunga sawit.
Beragam motif Minang dilukis dengan ketelitian tinggi yang tampak hidup
dengan pewarna alami. Motif-motif tersebut biasanya diambil dari beragam jenis
ukiran yang terdapat di rumah-rumah gadang. seperti siriah dalam carano, kaluak
paku, kuciang tidua, lokcan, batuang kayu, tari piring, kipas, dll.
Setiap motifnya, mempunyai makna dan filosofi kehidupan orang Minangkabau.
Seperti itik pulang patang, kaluak paku, kuciang lalok dan banyak lagi motif
abstrak lainnya. Ada juga motif yang menceritakan tradisi adat
Minangkabau. Saat sekarang motif-motif baru juga diperkenalkan yang inspirasinya
diambil dari kekayaan budaya alam Minangkabau, seperti motif tabuik (tabut),
Jam Gadang dan Rumah Gadang.
Salah satu koleksi
Batik Tanah Liek Citra Monalisa. Motif kain ini beraneka rupa, mulai dari
berbagai jenis daun, kelinci, jam gadang, dan binatang bersayap seperti capung
berbadan langsing panjang, dengan warna tanah liat. Motif-motif khas lainnya
adalah sirih dalam carano, tumbuhan merambat, pucuk rebung, keluk daun pakis,
kucing tidur, lokcan, batang kayu, tari piring, kipas, dan motif-motif Cina.
Saat sekarang ada tiga sentra pembuatan batik tanah liat di Propinsi
Sumatera Barat, yakni di Kab. Dharmasraya, Kab. Pesisir Selatan, dan di Kota
Padang. Masing-masing sentra ini menampilkan corak tersendiri berdasarkan
lingkungan masing-masing, bahkan di Dharmasraya mereka mengembangkan motif
baru, bunga sawit.
D.
Pembuatan Batik Tanah Liek
Pertama-tama, kain polos yang belum dibubuhi motif batik direndam di dalam
tanah liat selama satu hari agar warna tanah menyatu dengan kain dan memiliki
ketahanan baik. Setelah perendaman selesai, kain dicuci bersih. Barulah kain
siap diberi motif. Metode selanjutnya sama seperti pembuatan batik pada
umumnya, menggunakan malam cair sebagai perintang warna.
Pewarnaan pada batik tanah liek menggunakan pewarna alami seperti kulit
jengkol (Pithecellobium jaringa) untuk mendapatkan warna hitam, dan getah
gambir (Uncaria gambir) untuk warna merah. Selain itu, kulit bawang, kulit
mahoni, jerami padi, manggis dan kulit rambutan juga bisa dijadikan bahan
pewarna batik liek.
Kain batik kembali direndam dalam air tanah liat saat proses pewarnaan.
Bahkan, kadang dilakukan proses perendaman dalam air tanah liat selama satu
minggu. Karena itulah warna dasar batik tanah liek berwarna dasar seperti warna
tanah.
Setelah direndam dan dikeringkan, barulah proses canting. Pencantingan
tujuannya untuk menyempurnakan motif-motif yang sudah dicetak. Proses pembuatan
sehelai batik tanah liek tulis yang memakan waktu satu hingga dua bulan ini
menjadikan harga warisan budaya dari Ranah Minang tersebut berkisar dari Rp.
600.000 hingga Rp 2 juta sehelainya
E. Pewarnaan Batik Tanah Liek
Salah satu keunikan dari Batik Tanah Liek ini adalah
bahan-bahan pewarna yang digunakan berasal dari warna alam seperti tanah liat,
kulit jengkol (Pithecellobium jaringa), manggis (Garcinia mangostana), getah
gambir (Uncaria gambir), jerami padi
(Oryza sativa), kulit mahoni (Sweetenia
mahogani), kulit rambutan (Nephelium
lappaceum) dan tumbuh-tumbuhan yang secara tradisional digunakan untuk
colok (pewarna)
F.
Upaya Pelestarian Batik Tanah Liek
Wirda Hanim pertama kali melihat peninggalan batik tanah liek ketika
mengikuti upacara adat pengangkatan kepala nagari pada 1994 di Kenagarian
Sumani, kampungnya yang berada di Kabupaten Tanah Datar.
Beliau tertarik dengan batik yang langka tersebut dan berniat untuk
membangkitkan kembali seni tradisional batik tanah liat yang hampir punah.
Berkali-kali ia melakukan percobaan agar mendapatkan hasil yang menyamai batik
tanah liek asli yang pernah ia temui di Sumani. Namun ia kerap gagal. Dari
sepuluh batik yang ia coba produksi, hanya dua saja yang menyamai batik liek asli.
Akhirnya, dengan tanah payau yang ia ambil dari dekat rumahnya, ia berhasil
terus memproduksi batik liek hingga saat ini.
Batik tanah liek dahulu hanya digunakan pada upacara adat khusus sebagai
selendang. Hanya para ninik mamak, bundo kanduang, dan datuk panutan adat yang
boleh mengenakannya. Para perempuan menyampirkannya di bahu, sementara para
panutan adat melingkarkannya di leher.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Saat ini batik banyak kita jumpai pada barang barang keseharian di sekitar kita.
Corak dan motif batik yang beraneka ragam dan menarik dapat diaplikasikan pada
berbagai jenis barang contoh ; pakaian, tas, pajangan rumah, sprei, dan lain
sebagainya. Dengan pengaplikasian seperti ini batik menjadi lebih dekat di
kalangan masyarakat. Bukan hanya pada kalangan atas atau pada forum formal.
Bahkan pengaplikasian batik pada benda benda seperti itu sangat di minati para
wisatawan domestik sampai mancanegara. Ini membuktikan bahwa batik sangat populer dan
mendunia karena pesonanya.
B.
Saran
Untuk menyempurnakan makalah ini, penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca atau pihak yang menggunakan makalah ini. Berpegang pada prinsip
tidak ada gading yang tidak retak dan tidak ada final dalam ilmu. Dengan
kerendahan hati penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini,
dengan senang hati kritik dan saran dan pandangan dari berbagai pihak untuk
menyempurnakan makalah ini. Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Hindayani, Fisika, 2009. Mengenal dan Membuat Batik. Jakarta Selatan : Buana Cipta Pustaka
Aliya, 2010. Batik Pekalongan.Jakarta Timur : CV. Rama Edukasitama
Wilson, Edward O.
(1998). Consilience:
The Unity of Knowledge.Vintage:
New York. ISBN 978-0-679-76867-8.
www.google.com www.wikipedia.com
(id.wikipedia.org/wiki/batik)
(www.seasite.niu.Edu/Indonesian/budaya_bangsa/batik)
0 Response to "Makalah Tentang Batik dari Tanah Liat / Liek (Dharmasraya - Minangkabau) Lengkap"
Posting Komentar