Makalah Tentang SIstem Pertahanan Tubuh Lengkap
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji serta syukur kita haturkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan kita
begitu banyak Nikmat dan Rahmat-Nya, sehingga dengan nikmatnya itu penulis bisa
menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Sistem
Pertahanan Tubuh” dengan
baik tanpa ada satu halangan apapun.
Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada baginda Rasullulah SAW,
yang telah menuntun kita pada jalan kebenaran dan semoga kita selalu menjadi
pengikutnya hingga akhir zaman, Amin.
Makalah ini berisikan tentang materi sistem pertahanan tubuh pada
manusia. Kami berharap makalah ini dapat berguna
untuk menambah pemahaman bagi pemakalah ataupun pembacanya. Penulis menyadari bahwa makalah yang
kami buat ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Akhir harapan dari penulis agar makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis khususnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR
ISI................................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
1.1 Latar
Belakang Masalah...................................................................................... 1
1.2 Rumusan
Masalah................................................................................................ 1
1.3 Tujuan
Penulisan.................................................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN............................................................................................... 3
2.1
Pengertian Sistem Kekebalan Tubuh................................................................... 3
2.2 Komponen
Sistem Kekebalan Tubuh.................................................................. 3
2.3 Mekanisme
Sistem Kekebalan Tubuh.................................................................. 6
2.4 Respon
Imunitas Sistem Kekebalan Tubuh......................................................... 7
2.5 Gangguan
Pada Sistem Kekebalan Tubuh........................................................... 11
BAB
III PENUTUP........................................................................................................ 12
3.1
Kesimpulan.......................................................................................................... 12
3.2
Saran.................................................................................................................... 12
DAFTAR
PUSTAKA..................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem kekebalan tubuh sangat
mendasar peranannya bagi kesehatan, tentunya harus disertai dengan pola makan
sehat, berolahraga, dan terhindar dari masuknya senyawa beracun ke dalam tubuh.
Sekali senyawa beracun hadir dalam tubuh, maka harus segera dikeluarkan.
Kondisi sistem kekebalan tubuh menentukan kualitas hidup. Ada orang yang mudah sakit,
ada pula orang yang jarang sakit, ini ada kaitannya dengan sistem pertahanan
tubuh seseorang tersebut. Dalam tubuh
yang sehat terdapat sistem kekebalan tubuh yang kuat sehingga daya tahan tubuh
kebal terhadap penyakit. Pada bayi yang baru lahir, pembentukan sistem
kekebalan tubuhnya belum sempurna dan masih memerlukan ASI yang membawa sistem
kekebalan tubuh sang ibu untuk membantu daya tahan tubuh bayi. Semakin dewasa,
sistem kekebalan tubuh terbentuk sempurna. Namun, pada orang lanjut usia,
sistem kekebalan tubuhnya secara alami menurun. Itulah sebabnya timbul penyakit
degeneratif atau penyakit penuaan.
Pola hidup modern menuntut segala
sesuatu dilakukan serba cepat dan instan. Hal ini berdampak juga pada pola
makan. Misalnya sarapan di dalam kendaraan, makan siang serba tergesa, belum
lagi kualitas makanan yang dikonsumsi, polusi udara, kurang berolahraga, dan
stres. Apabila terus berlanjut, daya tahan tubuh akan menurun, lesu, cepat
lelah, dan mudah terserang penyakit. Karena itu, banyak orang yang masih muda
mengidap penyakit degeneratif. Kondisi stres dan pola hidup modern sarat
polusi, diet tidak seimbang, dan kelelahan menurunkan daya tahan tubuh sehingga
memerlukan kecukupan antibodi. Gejala menurunnya daya tahan tubuh sering kali
terabaikan sehingga timbul berbagai penyakit infeksi, dan penuaan dini pada
usia produktif.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sistem kekebalan tubuh ?
2. Apa saja komponen sistem kekebalan tubuh ?
3. Bagaimanan mekanisme sistem kekebalan tubuh ?
4. Bagaimanan respon imunitas sistem kekebalan tubuh ?
5. Apa saja gangguan pada sistem kekebalan tubuh ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sistem kekebalan tubuh
2. Untuk mengetahui komponen sistem kekebalan tubuh
3. Untuk mengetahui mekanisme sistem kekebalan tubuh
4. Untuk mengetahui respon imunitas sistem kekebalan tubuh
5. Untuk mengetahui gangguan pada sistem kekebalan tubuh
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Sistem Kekebalan Tubuh
Setiap hari jutaan bakteri, mikroba, virus, dan parasit
berusaha masuk ke dalam tubuh. Untuk mengatasinya, tubuh kita memiliki
pertahanan yang berlapis-lapis. Sistem pertahanan yang berlapis-lapis ini
penting untuk menghadapi serangan virus atau bakteri secara bertahap. Akan
tetapi, adakalanya sistem pertahanan ini masih dapat ditembus oleh bibit
penyakit sehingga muncul kondisi sakit.
Sistem
kekebalan tubuh atau sistem imun adalah sistem perlindungan dari pengaruh luar
biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme sehingga
tidak mudah terkena penyakit. Jika sistem imun bekerja dengan benar, sistem ini
akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan
sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Sebaliknya, jika sistem imun
melemah, maka kemampuannya untuk melindungi tubuh juga berkurang, sehingga
menyebabkan patogen, termasuk virus penyebab demam dan flu, dapat berkembang
dalam tubuh. Sistem imun juga memberikan pengawasan terhadap pertumbuhan sel
tumor. Terhambatnya mekanisme kerja sistem imun telah dilaporkan dapat
meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.
2.2 Komponen Sistem Kekebalan Tubuh
Kemampuan sistem imun dalam memberikan respon pada
penyakit tergantung pada interaksi yang komplek antara komponen sistem imun dan
antigen yang merupakan agen-agen patogen atau agen penyebab penyakit. Antigen
merupakan bahan-bahan asing yang masuk ke dalam tubuh. Jaringan dan organ yang
berperan dalam sistem imun berada di bagian seluruh tubuh. Pada manusia dan
mamalia lain, organ-organ pusat sistem imun adalah sumsum tulang.
Komponen-komponen sistem kekebalan tubuh terdiri atas makrofag, limfosit,
reseptor antigen, sel-sel pengangkut antigen, dan antibodi.
1.
Makrofag
Makrofag
merupakan komponen sel darah putih yang memerankan fungsinya sebagai sistem
imun dengan melakukan fagositosis terhadap bahan-bahan asing atau bakteri yang
masuk ke dalam tubuh. Proses fagositosis terjadi dengan cara mengelilingi,
kemudian memakan dan menghancurkan antigen tersebut, proses ini merupakan
bagian dari reaksi peradangan. Untuk mengatasi infeksi terkadang makrofag
berinteraksi dengan limfosit. Makrofag juga mempunyai peran yang penting dalam
imunitas adaptif, dalam hal ini makrofag akan mengambil antigen dan
mengantarkannya untuk dihancurkan oleh komponen-komponen imun lain dalam sistem
imun adaptif. Makrofag dapant mengonsumsi partikel asing, partikel asbes, dan
bakteri. Makrofag terdapat di tempat-tempat strategis tubuh dan tempat organ
tubuh berhubungan dengan aliran darah atau
dunia luar, misalnya di daerah paru-paru yang enerima udara dari luar.
2.
Limfosit
Limfosit
merupakan sel darah putih yang khusus berfungsi untuk mengidentifikasi dan
menghancurkan antigen penyerbu. Semua limfosit dibentuk di sumsum tulang,
tetapi mereka mengalami penuaan di dua tempat yang berbeda. Limfosit yang
mengalami penuaan di sumsum tulang disebut limfosit B atau sel B. Limfosit ini
membuat zat antibodi yang beredar melalui darah dan cairan tubuh lain.
Limfosit
T atau sel T mengalami penuaan di timus. Limfosit T yang disebut sitotoksik
(sel beracun) atau limfosit T pembunuh. Sel T secara langsung dapat membinasakn
sel-sel yang mempunyai antigen spesifik pada bagian permukaannya yang sudah
dkenali oleh sel T sebelumnya. Limfosit sel T penolong mengontrol kekuatan dan
kualitas dari semua respon imun. Sel-sel limfosit dewasa secara konstan
bergerak sepanjang darah meuju kelenjar getah bening dan kembali ke darah lagi
untuk memonitor tubuh terhadap substansi-substansi penyerbu secara
terus-menerus.
3.
Reseptor Antigen
Salah
satu karakteristik imunitas adaptasi adalah kekhususan spesifikasi.
Spesifikasi, artinya setiap zat anti yang dihasilkan oleh tubuh hanya mampu
untuk melawan antigen tertentu. Setelah dewasa limfosit akan memproduksi satu
reseptor antigen, yaitu struktur khusus yang berada pada bagian permukaan sel
limfosit. Reseptor antigen memiliki struktur yang spesifik untuk berkaitan
dengan yang sesuai dengan struktur antigen seperti kunci dan gemboknya.
Limfosit dapat membuat berjuta-juta macam reseptor antigen.
4.
Sel-Sel Pengangkut Antigen
Saat
antigen memasuki ke sel tubuh tubuh, maka molekul-molekul pengangkut tertentu
yang ada dalam sel akan membawa antigen tersebut ke permukaan sel menuju
sel-sel limfosit T. Molekul-molekul pengangkut ini disebut Major
Histocompatability Complex (MHC) dikenal dengan molekul MHC. Molekul HMC
terdidri atas dua kelas. Molekul MHC kelas 1 berfungsi sebagai pengenal antigen
untuk sel T pembunuh, dan molekul MHC kelas II sebagai pengenal antigen untuk
sel T pembantu.
5.
Antibodi
Zat
antibodi merupakaan protein jenis imunoglobulin (Ig) yang bekerja dengan cara
merespon antigen. Antibodi hanya dibuat oleh plasma sel limfosit B. Antibodi
terdiri atas rantai berat dan rantai ringan yang pada ujungnya terdapat tempat
pengikatan antigen spesifik.
Antibodi
terdapat di dalam darah dan cairan tubuh yang dibentuk sebagai respons sistem
kekebalan terhadap antigen asing. Antigen yang dikenali oleh lifosit B,
limfosit T, dan makrofag akan merangsang pelepasan antibodi kedalam darah.
Respons sel yng pertama terhadap antibodi adalah pembentukan antibodi IgM oleh
sel, setelah itu baru pembentukan antibodi tipe lain seperti IgG, IgA, AgD, dan
IgE.
a. IgM adalah antibodi yang dihasilkan pada pemaparan awal oleh suatu antigen,
contohnya jika sorang anak menerima vaksinasi
tetanus i, maka 10-14 hari kemudian akan terbentuk antibodi antitetanus IgM
(respons antibodi primer). IgM banyak terdapat di dalam darah, tetapi dalam
keadaan normal tidak ditemukan dalam organ maupun jaringan.
b. IgG adalah jenis antibodi yang dihasilkan pada pemaparan antigen
berikutnya. Contohnya setelah mendapatkan suntikan tetanus ii, maka 5-7 hari kemudian seorang anak akan membentuk
antibodi IgG. IgG (Respons antibodi sekunder) ditemukan di dalam darah dan
jaringan.
c. IgA adalah antibodi yang memegang peranan penting pada pertahanan tubuh
terhadap msuknya mikroorganisme melalui permukaan yang dilapisi selaput lendir,
yaitu hidung, mata, paru-paru, dan usus. IgA ditemukan di dalam darah dan
cairan tubuh (pada saluran pencernaan, hidung, mata, paru-paru, dan ASI).
d. IgE adalah antibodi yang menyebabkan reaksi alergi akut (reaksi alergi
cepat).
e. IgD adalah antibodi yang terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam
darah.
Zat antibodi menghentikan aktivitas
antigen penyebab penyakit dengan cara menetralisir dan opsonisai.
2.3 Mekanisme Sistem Kekebalan Tubuh
Adanya sistem pertahanan tubuh membuat tubuh kita aman
dari serangan penyakit. Diibaratkan sebuah senjata, sistem pertahanan tubuh
membunuh semua bibit penyakit yang menyerang tubuh. Mekanisme yang dilakukan
pun amat beragam. Di dalam tubuh, sistem imun yang kita miliki dapat melakukan
mekanisme pertahanan dari berbagai jenis antigen, seperti bakteri, virus maupun
kuman tertentu. Mekanisme pertahanan tersebut dapat dilakukan dengan cara
membentuk kekebalan aktif dan kekebalan pasif.
a.
Kekebalan Aktif
Kekebalan
aktif merupakan kekebalan tubuh yang diperoleh dari dalam tubuh, karena tubuh
membuat antibodi sendiri. Jenis kekebalan ini dapat terbentuk baik secara alami
ataupun buatan. Kekebalan aktif alami (natural immunity) adalah kekebalan tubuh
yang diperoleh tubuh setelah seseorang sembuh dari serangan suatu penyakit.
Sebagai contoh, orang yang pernah terserang penyakit seperti cacar air, campak,
dan gondongan tidak akan terserang penyakit yang sama untuk kedua kalinya.
Sebab, tubuh yang terserang sudah begitu kenal atau tidak asing dengan antigen
yang menyerang. Akibatnya, darah membentuk antibodi untuk melawan antigen tersebut.
Selain
secara alami, kekebalan aktif dapat diperoleh secara buatan. Kekebalan aktif
buatan (induced immunity) diperoleh dari luar tubuh, yakni setelah tubuh
mendapatkan vaksinasi. Vaksinasi merupa kan proses memasukkan vaksin ke dalam
tubuh supaya tubuh membentuk antibodi
sehingga kebal terhadap suatu penyakit. Sementara vaksin ialah kuman penyakit
yang sudah dilemahkan atau dijinakkan sehingga tidak berbahaya bagi tubuh.
Tindakan
membentuk kekebalan dalam tubuh seseorang dengan memberikan vaksin disebut
imunisasi. Orang yang mengembangkan imunisasi pertama kali adalah dr. Edward Jenner, seorang dokter
berkebangsaan Inggris. Teknik ini seringkali diberikan kepada semua umur supaya
kebal terhadap antigen tertentu. Ada beberapa penyakit yang dapat dilawan
dengan vaksin, misalnya vaksin BCG yang melawan antigen penyakit TBC. Imunisasi
mempunyai beberapa tipe. Imunisasi yang diberikan kepada individu dari spesies
yang sama disebut isoimun. Sedangkan
imunisasi yang diberikan pada individu yang berbeda dan dari spesies yang
berbeda pula disebut heteroimun.
b.
Kekebalan Pasif
Kekebalan
pasif merupakan kekebalan yang diperoleh bukan dari antibodi yang disintesis
dalam tubuh, melainkan tinggal memakainya saja. Seperti halnya kekebalan aktif,
kekebalan pasif juga terjadi secara alami dan buatan. Kekebalan pasif alami
adalah kekebalan yang diperoleh bukan dari tubuhnya sendiri, melainkan dari
tubuh orang lain. Misalnya kekebalan bayi yang diperoleh dari ibunya. Ketika
masih dalam kandungan, bayi mendapatkan antibodi dari ibunya melalui plasenta
dan tali pusat. Kemudian setelah lahir, bayi mendapatkan antibodi dari ASI
eksklusif melalui proses menyusui.
Sedangkan
kekebalan pasif buatan adalah kekebalan yang
diperoleh dari antibodi yang sudah jadi dan terlarut dalam serum.
Sepintas antibodi ini mirip dengan
vaksin. Perbedaannya yakni vaksin bersifat sementara, sedangkan serum dapat
digunakan dalam jangka waktu yang relatif lebih lama. Bahkan dapat digunakan
seumur hidup. Sebagai contoh adalah
suntikan ATS (Anti Tetanus Serum) dan
sun tikan IG (Globulin Imun).
2.4 Respon Imunitas Sistem Kekebalan Tubuh
Sistem kekebalan dapat menghasilkan dua jenis respons
terhadap antigen, yaitu respons
humoral dan respons selular. Respons humoral atau kekebalan
humoral melibatkan aktivitas sel B dan produksi antibodi yang beredar di dalam
plasma darah dan limfa. Kekebalan humoral efektif melawan bakteri atau virus
yang mencoba masuk ke dalam cairan tubuh. Adapun respons selular atau kekebalan
selular melibatkan sel-sel yang bereaksi langsung terhadap sel-sel asing atau
jaringan yang terinfeksi. Jenis kekebalan ini dapat secara langsung melawan
sel-sel tubuh yang terinfeksi oleh bakteri atau virus. Akan tetapi, kekebalan
selular ini berperan pula dalam pengenalan jaringan asing dan penolakan atas
jaringan hasil transplantasi.
Secara umum, kekebalan humoral dan
selular memberikan tiga fungsi utama sebagai berikut :
1.
Pengenalan
Sistem kekebalan dapat mengenali benda
asing (antigen) yang masuk ke dalam tubuh. Meskipun jenis patogen sangat
beraneka ragam, sistem kekebalan dapat mengenali dan menyusun respon melawan
semua jenis organisme secara spesifik.
2.
Reaksi
Setelah mengenali antigen yang masuk,
sistem kekebalan bereaksi dengan mempersiapkan respons humoral dan selular.
3.
Pembuang
Sistem kekebalan dapat menghancurkan
antigen yang masuk ke dalam tubuh. Penghancuran ini dapat dilakukan secara
humoral melalui antibodi maupun secara selular, oleh limfosit T. Ketika sistem
kekebalan bekerja secara efektif, antigen akan hancur dan dibuang.
A.
Kekebalan Humoral
Seperti
telah dijelaskan sebelumnya, kekebalan humoral melibatkan aktivasi sel B dan
produksi antibodi yang beredar di dalam plasma darah dan limfa. Antibodi yang
beredar sebagai respons humoral, bekerja melawan bakteri, virus, dan toksin yang
ada di dalam cairan tubuh. Untuk melawan antigen, limfosit B dengan antibodi
tertentu akan membelah dan berdiferensiasi menjadi dua bagian, yaitu sel plasma
dan sel B memori. Sel plasma
dapat memproduksi antibodi dengan kecepatan ±120.000 molekul/menit, dengan umur
sel plasma sekitar 5 hari. Antibodi memiliki dua sisi ikatan (binding site)
yang berbeda. Oleh karena itu, antibodi dapat membentuk suatu formasi ikatan
(crosslink) terhadap antigen sehingga membentuk suatu ikatan kompleks. Antigen
yang telah berikatan dengan antibodi, tidak dapat menginfeksi sel. Selain itu,
antigen tersebut menjadi sasaran yang mudah bagi sel-sel fagosit untuk ditelan
dan dihancurkan.
Untuk
membuat respons ini lebih efektif, antibodi memberikan “instruksi” kepada
molekul dan sel-sel lain di dalam tubuh untuk mengetahui adanya serangan.
Apabila antigen tersebut berupa protein bebas, antibodi akan berikatan dengan
antigen tersebut dan diekskresikan oleh ginjal. Adapun antigen yang berupa
bakteri dan virus, antibodi akan memberi sinyal kimiawi untuk menarik sel-sel
fagosit agar menghancurkannya.
Kemudian,
beberapa antibodi akan mengaktifkan sejumlah protein dalam darah atau protein komplemen. Ketika protein komplemen
ini bertemu dengan antibodi yang menempel pada permukaan sel, protein tersebut
akan menempel pada membran sel dan membentuk pori-pori. Pori-pori ini akan
membuat sel menjadi lisis (pecah).
Keterangan: (a)Antibodi yang membentuk ikatan,
(b)fagosit untuk menghancurkan antigen, dan (c)protein komplemen menempel dan membentuk
pori-pori.
Kontak
pertama antara sel-sel B dengan antigen beserta reaksi dari sel-sel tersebut
terhadap antigen yang masuk ke dalam tubuh disebut respons kekebalan primer.
Pada respons kekebalan primer, dibutuhkan sekitar 10–17 hari bagi limfosit
untuk membentuk respons yang maksimum. Pada waktu tersebut, sel-sel B akan
berdiferensiasi menjadi sel plasma dan sel B memori. Kondisi ini dapat
menyebabkan suatu individu menjadi sakit (contohnya demam). Akan tetapi, gejala
penyakit tersebut akan hilang ketika antigen yang masuk ke dalam tubuh telah
dibersihkan oleh antibodi dan sel T. Apabila suatu individu terpapar lagi oleh
antigen yang sama beberapa waktu kemudian, respons akan menjadi lebih cepat
(2–7 hari) dengan respons yang lebih besar dan lama. Proses ini dinamakan
dengan respons kekebalan sekunder. Konsep kekebalan ini sangat kita kenali di
dalam kehidupan sehari-hari, contohnya apabila kita pernah terserang cacar air,
kita tidak mungkin terkena penyakit itu lagi.
Keterangan: Respons
kekebalan primer dan kekebalan sekunder.
B.
Kekebalan Selular
Kekebalan
selular melibatkan sel-sel yang bereaksi langsung terhadap sel-sel asing atau
jaringan yang terinfeksi. Kekebalan ini merupakan kekebalan yang ditunjang oleh
sel T. Berbeda dengan sel B, sel T tidak memproduksi molekul antibodi. Seperti
telah dijelaskan sebelumnya, terdapat tiga jenis sel T yang berperan dalam
kekebalan selular. Tiga jenis sel T tersebut yaitu sitotoksik, sel T pembantu,
dan sel T supressor. Ketika sel T sitotoksik kontak dengan antigen pada
permukaan sel asing, sel T sitotoksik akan aktif untuk menyerang dan
menghancurkannya dengan cara merusak membran sel asing. Adapun fungsi sel T
supressor yaitu untuk menekan respons kekebalan dengan memperlambat laju pembelahan
sel dan membatasi produksi antibodi. Proses ini berlangsung apabila infeksi
telah berhasil ditangani.
Selain
itu, sel T lain yang berperan adalah sel T pembantu. Sel T pembantu ini
berfungsi untuk menghasilkan sekret yang dapat merangsang sel B dan juga
menghasilkan senyawa lain yang berfungsi dalam respons kekebalan.
Keterangan:
Mekanisme kekebalan yang dilakukan oleh (a) sel T sitotoksik, (b) sel T
pembantu, dan (c) sel Tsupressor.
Kekebalan
selular sangat penting dalam menghadapi infeksi oleh virus. Meskipun antibodi
dapat menangkap partikel-partikel virus, antibodi tidak dapat menyerang virus
yang telah masuk ke dalam sel. Sel T sitotoksik dapat mendeteksi protein virus
pada permukaan sel yang terinfeksi dan menghancurkannya sebelum virus tersebut
bereplikasi dan menginfeksi sel-sel yang lain.
2.5 Gangguan Pada Sistem Kekebalan Tubuh
Gangguan atau kelainan pada sistem kekebalan tubuh
bervariasi dari yang ringan seperti alrgi sampai yang serius seperti penolakan
pencangkokan organ, difisiensi kekebalan, serta penyakit autoimun.
1.
Alergi
Alergi disebabkan oleh respons kebal
terhadap beberapa antigen. Antigen-antigen yang dapat menimbulkan suatu
tanggapan alergi dikenal sebagai alergen (penyebab alergi).
2.
Penolakan Transplantasi
Sistem kekebalan mengenali dan
menyerang apapun yang secara normal berbeda denga unsur yang ada di dalam tubuh
seseorang, bahkan unsur yang hanya sedikit berbeda, seperti organ dan jaringan
yang dicangkokkan. Penolakan transplantasi dapat dibagi menjadi tiga kategori,
yaitu penolakan hiperakut, akut, dan kronis.
3.
AIDS (Acquired Immunodeficiencyn Syndrome)
Suatu penyebab infeksi yang menurunkan
kekebalan secara fatal adalah HIV (Human Immunodefiency Virus). Virus tersebut
menyebabkan kasus AIDS dengan menginfeksi dan secara cepat menghancurkan
sel-sel T penolong. AIDS adalah suatu sindrom menurunnya sistem kekebalan
tubuh. AIDS termasuk penyakit menular seksual (PMS).
4.
Defisiensi Imun
Defisiensi sistem kekebalan (imun)
dapat diperoleh dari keturunan. Defisiensi imun yang diwariskan tersebut
umumnya mencerminkan kegagalan pewarisan suatu gen kepada generasi berikut
sehingga dihasilkan makrofag yang tidak mampu mencerna dan menhancurkan
organisme penyerbu, contohnya adalah severe Combined Immunodeficiency (SCID).
Penderita SCID mengalami kekurangan limfosit B dan T sehingga harus tinggal
dilingkungan steril agar tidak terkena infeksi.
5.
Penyakit Autoimun
Ketika suatu penyakit autoimun
menyerang, sistem kekebalan akan menyerang organ atau jaringannya sendiri
seolah-olah merek adalah unsur asing. Penyakit autoimun sering terjadi pada
kasus kencing manis dan demam rematik.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan materi yang telah dipaparkan dapat
disimpulkan, sebagai berikut :
1. Sistem kekebalan tubuh adalah kelompok sel, molekul, dan organ yang bekerja
sama untuk mempertahnkan tubuh terhadap serangan benda asing yang dapat
menyebabkan penyakit.
2. Komponen sistem kekebalan tybuh terdiri atas makrofag, limfosit, reseptor
antigen, sel pengangkut antigen,dan antibodi.
3. Makrofag merupakan komponen sel darah putih yang menyerang benda asing
melalui mekanisme fagositosis.
4. Sel limfosit terbagi menjadi dua kategori, yaitu sel limfosit B dan sel
limfosit T.
5. Sel limfosit T terdiri atas limfosit T pembunuh dan limfosit T penolong.
6. Antibodi bekerja dengan cara menetralisir, opsonisasi, dan melalui fiksasi
komplemen untuk menghancurkan antigen yang masuk kedalam tubuh.
7. Imunisasi adalah upaya membangkitkan kekebalan tubuh manusia terhadap
penyakit tertentu dengan menggunakan mikroorganisme.
8. Imunisasi terdiri atas dua jenis. Yaitu imunisai aktif dan imunisasi pasif.
9. Kelainan pada sistem kekebalan tubuh bervariasi dari yang ringan seperti
alrgi sampai yang serius seperti penolakan pencangkokan organ, difisiensi
kekebalan, serta penyakit autoimun.
3.2 Saran
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca .
DAFTAR PUSTAKA
Firmansyah, Rikky, dkk. 2009. Mudah Dan Aktif Belajar Biologi. Jakarta: PT Setia Purna Inves
Priadi, Arif. 2009. Biology
2 For Senior High School Year XI. Jakarta: Yudhistira
Rachmawati, Faidah, dkk. 2009. Biologi. Jakarta: Ricardo CV
Widayari, Sri, dkk. 2009. Biologi SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Penerbit Pustaka Insan Madani
SILAHKAN DATANG KE WARNET GADIS.NET
SIMPANG SMPN 1 SITIUNG, DHARMASRAYA
08777-07-33330 / 0853-6527-3605
HARGA BERSAHABAT
0 Response to "Makalah Tentang SIstem Pertahanan Tubuh Lengkap"
Posting Komentar