Warnet gadisnet

Warnet gadisnet

Drama 6 Orang "Geng Elite dan Geng Kampungan"



Disalah satu sekolah elit, dimana sekolah tersebut terdapat beberapa sekelompok siswa dan siswi atau bisa disebut sekelompok geng yang hanya memandang orang sebelah mata yaitu “Geng Elite” dan “Geng Kampungan”.

Pada suatu hari di dalam kelas….
Tasya       : “Lihat itu (sambil menunjuk kearah Wati, Siti dan Tono) penampilan ...mereka pada kampungan sekali”
Raffael     : “Iya tuh… norak abis”
Diki           : “Oh iya, dengar-dengar mereka itu dari kalangan orang miskin”.
Raffael     : “Pantesan saja gayanya kampungan!”.
Tasya       : “Kenapa mereka bisa sekolah disini ya ? padahal sekolah ini kan hanya …………….untuk orang-orang elit”.
Diki           : “Mungkin itu semua keberuntungan mereka”.
Raffael     : “Sudahlah, nggak penting juga!”


Tidak lama kemudian bel istirahat pun berbunyi…
Siti            : “Ti, ayo kita pergi ke kantin. Perut aku sudah lapar”.
Wati          : “Ayo deh. Aku juga lapar, kamu ikut apa nggak Ton ?”
Tono         : “Kalian duluan saja, aku mau pergi ke taman dulu”.
Wati          : “Tidak seperti biasanya kamu pergi ke taman Ton, hayooo… mau …………….ngapain..?”
Siti            : “Iya nih, tumben banget” (sambil ngeledek)
Tono         : “Kalian apa-apaan sih. Lagian aku Cuma mau main gitar aja di taman”.
Siti            : “Beneran nih nggak mau ikut ?”
Tono         : “Nggak Sit. Kalian makan saja duluan ke kantin”.
Wati          : “Oke deh. Hati-hati ya! Kalau begitu kami pergi dulu.”



Setiba Siti dan Wati hendak melangkah ke kantin, tiba-tiba….
Raffael     : “Teman-teman ada anak kampung mau makan di kantin ini lho…”
Tasya       : “Mana..??? apa punya uang mereka untuk membeli makanan semahal …………….ini ?”
Diki           : “Jangan-jangan nanti bayarnya pakai uang curian.”
Wati          : “Kalian ini, ngomong apa sih. Kalau ngomong ya dipikir-pikir dulu, …………….ngakunya anak kaya, tapi omongannya sok banget.”
Tasya       : “Dengar…!!! Kamu dan kamu hanya orang miskin. Jangan berani deh …………….lawan kita. Belum tahu kalau kami tuh geng yang paling elit di sekolah …………….ini”.
Diki           : “Dan satu hal lagi. Yang punya sekolah ini adalah bokapnya Tasya. Ia …………….kan Fa ?”
Raffael     : “Benar sekali. Pokoknya kami bertiga yang berkuasa di sekolah ini”.
Wati          : “Kami tidak ikut dengan kalian”.
Siti            : “Sudahlah Ti. Biarin saja mereka mau ngomong apa, ayuk kita pergi ke …………….taman saja.”

Dengan perasaan kesal, Wati dan Siti menghampiri Tono yang lagi duduk sendirian di Taman.
Tono         : “Lho…. Ada apa kalian kesini dengan wajah cemberut gitu. Katanya mau …………….ke kantin kok malah ke taman sih.”
Siti            : “Mau makan saja masih debat dulu dengan yang elit itu.”
Tono         : “Maksudnya gimana sih. Jangan bilang kalian tadi bertengkar.”
Wati          : “Ya gitu deh. Habisnya mereka itu seenaknya saja. Kalau ngomong …………….nggak mikir dulu “ (dengan wajah marah)
Tono         : “Daripada kalian marah-marah nggak karuan, mending ikut aku nyanyi …………….saja.”
Siti            : “Oh iya, ayolah Ton, mainkan gitarmu.”
Tono         : “Siip daah, rebes Sit.”
Diki           : “Bagus juga suara kamu. Ngomong-ngomong boleh gabung nggak ?”
Wati          : “Tumben sekali, emang ada maksud dan tujuan apa kamu mau gabung …………….sama kita?”
Diki           : “Nggak ada kok. Kamu gitu sih ngomongnya.”
Siti            : “Iya Ti, kamu tidak boleh ngomong seperti itu.”
Wati          : “Kok kamu membela Diki sih, diakan sudah jelek-jelekin kita waktu di …………….kantin.”
Siti            : “Bukannya aku membela Ti, tapi tidak baik mengungkit kejadian tadi.”
Tono         : “Sudahlah biarin saja Diki gabung dengan kita.”
Wati          : “Terserah kalian saja deh.” (degan wajah yang sangat kesal).
Siti            : “Jangan marah dong.” (sambil merayu)
Diki           : “Maaf teman-teman, gara-gara kedatanganku kalian jadi ribut seperti ini.”
Tono         : “Tidak apa-apa Ki, slow aja.”
Diki           : “Terima kasih banyak teman-teman sudah mau menerima …………….kedatanganku.”
Tono         : (sambil memainkan gitar). “Enaknya mau nyanyi apa nih ?”
Siti            : “Lagu dangdut saja, sepertinya asik banget” (sambil melihat wajah Wati)
Diki           : “Nyanyi dong Ti, jangan  cemberut terus, apa kamu tidak suka dengan …………….kedatanganku ?”
Wati          : “Sebenarnya iya, tapi mau bagaimana lagi?”
Diki           : “Lagipula Siti dan Tono tidak masalah kalau aku gabung disini.”
Wati          : “itukan menurut mereka, kalau aku sih tidak. Jangan harap aku mau …………….gabung sama kamu.”
Tasya       : “Ya ampun… kamu ngapain ikut gabung sama anak kampungan seperti …………….mereka.”
Diki           : (terkejut) “Aku Cuma pengen nyanyi saja dengan mereka.”
Raffael     : “Kamu tuh gimana sih Ki, katanya nggak level gabung sama anak-anak …………….kampungan ini.”
Tasya       : “Pokoknnya aku nggak mau tahu. Kamu tidak boleh gabung lagi sama …………….mereka. Ingat itu…!!!”
Diki           : “Tapi kan Sya, aku Cuma mau nyanyi aja. Nggak lebih kok.”
Raffael     : “Ayolah Ki, ikut kami. Cepetan…!!!”

Siti            : “Ke kelas yuk teman-teman. Lagi pula sebentar lagi bel masuk. Mending …………….kita ke kelas duluan saja.”
Tono         : “Ayolah… daripada nanti kena marah.”
Siti            : “Jangan bengong terus Ti, ayo jalan.”
Wati          : “Iya-iya, siapa juga yang bengong.”

Setiba di kelas….
Tono         : “Ya Allah, buku aku pada kemana nih ? “ (sambil membuka tas dengan …………….hati yang gelisah).
Siti            : “Ada apa Ton ? “
Tono         : “Buku aku pada hilang semua Sit.”
Siti            : “Mungkin kamu lupa naruhnya atau belum kamu masukkan kedalam …………….tas.”
Tono         : “Sudah kok. Emang aku pikun apa ?”
Wati          : “Coba kamu ingat-ingat lagi. Barangkali ketinggalan di taman.”
Tono         : “Nggak Ti, aku tadi pergi ke taman Cuma bawa gitar saja.”
Wati          : “Ada yang aneh ini “ (sambil melihat kearah geng elit)
Siti            : “Aneh gimana Ti ?”
Wati          : “Coba kalian lihat mereka, sepertinya ada tangan usil”
Tono         : “Maksud kamu geng elit itu yang mengambil bukuku ?”
Wati          : “Bisa jadi..!!”
Siti            : “Tidak baik menuduh orang sembarangan.”
Wati          : “Siapa juga yang nuduh. Kalau memang benar, mereka gimana coba.?”
Tono         : “Mana mungkin Ti, lagipula mereka tuh orang elit. Mana mau mengambil …………….bukuku yang murahan ini.”
Siti            : “Ya sudah. Supaya tidak saling tuduh, mending kita tanya baik-baik dulu …………….kepada mereka.”

Tono         : “Maaf ganggu, aku mau tanya, kalian tahu nggak buku yang ada di tas …………….ku? Soalnya semua bukuku hilang.”
Tasya       : “Emang aku pikirin. Itu sih derita kamu.”
Siti            : “Tono kan tanya baik-baik, masa kamu ngomongnya gitu sih.”
Tasya       : “Biarin saja. Suka-suka ku dong. Lagian sekolah inikan milik bokapku.
Wati          : “Kan yang punya sekolah ini bokapmu, bukan kamunya.”
Tasya       : “Sama aja. Aku kan anaknnya. Jadi aku berhak berkuasa di sekolah ini.”
Siti            : “Kamu tuh memang tidak punya hati nurani.”
Tasya       : “Jaga dong mulutmu. Seenaknya saja ngomong.”
Siti            : “Habisnya kamu ditanya Tono baik-baik masa jawabnya sewot gitu.”
Tono         : “Jangan ribut begini.”
Raffael     : “Kalian pergi deh dari tempat duduk kami. Lagipula kalian tidak cocok …………….berada di kelas ini.”
Diki           : “Tunggu apalagi, cepetan sana pergi.”
Tono         : “Iya teman-teman. Sekali lagi maaf.”

Dengan hitungan detik, handphone Diki pun bergetar ada pesan masuk.
Diki           : “Apa…? (kaget waktu membuka pesan)
Tasya       : “Kenapa Ki..? kamu baik-baik saja kan..?”
Diki           : “Tidak kenapa-napa Sya.”
Tasya       : “Beneran nih ? oh ya tadi ada yang memberi informasi kalau kita diberi …………….tugas untuk mencari materi tambahan Bahasa Indonesia di …………….perpustakaan.”
Raffael     : “Langsung saja kita ke perpustakaan. Supaya cepat selesai tugasnya.”
Tasya       : “Ok. Ayo Ki.”
Diki           : “Kalian duluan saja. Aku masih ada urusan sebentar.”
Raffael     : “Yang benar..? jangan bohong Ki.?”
Diki           : “Benar Fa, tenang saja. Kalian tidak usah khawatir.”
Tasya       : “Kami pergi duluan ya Ki.”
Diki           : “Iya, sebentar lagi aku nyusul.”

Dilihatnya kanan-kiri, Diki pun beraksi dengan tindakan yang mencurigakan.
Diki           : “Gimana ya, apa aku ambil saja laptop dan handphone Tasya di tas. Lalu …………….aku jual untuk biaya rumah sakit Ibuku.?” (guman dalam hati, tanpa …………….dipikir-pikir Diki pun mengambil.)
Tasya       : “Diki, kamu tadi sudah kami tunggu di perpustakaan kok tidak datang sih …………….?”
Diki           : Maaf teman-teman. Bukannya aku tidak mau, tapi perutku sakit, jadi …………….tidak sempat pergi ke perpustakaan.”
Raffael     : “Kalau begitu ke UKS saja, sini aku antarin.”
Diki           : “Tidak usah repot-repot, udah mendingan kok.”




Tasya       : “Mana nih laptop dan handphoneku kok tidak ada sih.”
Raffael     : “Pasti ini ada orang yang nyuri, mana mungkin tiba-tiba saja hilang …………….sekejap itu.!”
Siti            : “Ada apa Sya, kelihatannya panik gitu.?”
Tasya       : “Pasti diantara kalian ada yang mencuri laptop dan handphone ku…!!!”
Siti            : “Mana mungkin kami melakukan perbuatans eperti itu.!”
Diki           : “Mungkin saja. Mana ada maling yang mau ngaku.?”
Wati          : “Eh… jangan seenaknya menuduh. Kami tidak berani melakukan …………….perbuatan seperti itu.!!”
Tasya       : “Coba aku lihat tas kalian satu persatu.!”
Siti            : “Gimana, tidak ada kan ? memang bukan kami yang mengambilnya.!”
Wati          : “Semiskin-miskinnya kami, kami masih punya harga diri.!”

Rafael      : “Diki…!!!???!”ternyata kamu..?!”
Tasya       : “Apa..? kenapa kamu tega melakukan tindakan seperti ini. Aku tidak …………….menyangka kamu tuh orangnya seperti ini!!!”
Raffael     : “Iya Ki, katanya kamu orang elit, orangtua kamu kesana kesini keluar …………….negeri, ternyata kamu ini maling.!”
Wati          : “Apa aku bilang, jangan seenaknya nuduh orang sembarangan.!”
Tono         : “Kamu ini, mending kita tanya sama Diki, kenapa tega melakukan …………….perbuatan seperti ini…”
Siti            : “Jawab yang jujur Ki, tidak usah takut.”
Diki           : “Maafkan aku. Aku berani melakukan semua ini karena untuk biaya …………….rumah sakit Ibuku.”
Siti            : “Emang Ibu kamu sakit apa Ki ?”
Diki           : “Tadi pagi Ibuku kecelakaan, beliau koma dan aku takut kalau …………….kehilangannya…”
Tasya       : “Tapi tidak seperti ini juga caranya ki. Memalukan nama geng kita …………….saja…!”
Raffael     : “Atau jangan-jangan kamu ini Cuma ngaku-ngaku jadi anak orang …………….kaya..?”
Diki           : “Emang iya, aku terpaksa”
Raffael     : “Dasar pembohong…!!!”
Wati          : “Maafin saja kesalahan dia Sya, Fa, itu semua dia lakukan untuk Ibunya.
Tasya       : “Ya sudah, aku maafin asal jangan diulangi kembali.”
Diki           : “Makasih teman-teman semuanya. Oh ya aku juga maun minta maaf …………….sama Siti, Wati dan Tono, karena selama ini aku sudah jahat kepada …………….kalian.”
Tasya       : “Aku juga. Kalau punya banyak salah, mohon dimaafkan.”
Raffael     : “Maafin aku juga ya..”
Siti            : “Kami semua sudah memaafkan kalian. Iya kan Ton, Ti ?”
Tono & Siti    : “Iya, kami juga sudah maafin kok. Tenang saja.”
Tasya       : “Jadi mulai sekarang kita berteman ya. Bahkanlebih dari teman yaitu …………….sahabat.”
Raffael     : “Juga tidak merendahkan satu sama lain.”
Tono         : “Oke dah. Kalau begitu bagaimana kalau kita bernyanyi bersama-sama.”
Diki           : “Ide yang bagus. Tunggu apalagi”
Siti            : “Kalau begitu, sehabis pulang kita langsung saja pergi ke rumah sakit …………….untuk menjenguk Ibunya Diki.”
Tasya       : “Aku setuju, nanti mampir dulu ke toko buah-buahan.”
Wati          : “Gampang, bisa diatur!”
Diki           : “Terima kasih banyak teman-teman…!”

                  Akhirnya mereka pun berteman bahkan selayaknya seperti sahabat yang tidak ada lagi merendahkan status orang, memilih-milih teman ataupun hanya memandang orang dengan sebelah mata.

UNTUK VERSI LENGKAP (TULISAN + GAMBAR + EDIT + RAPI)
SILAHKAN DATANG KE WARNET GADIS.NET
SIMPANG SMPN 1 SITIUNG, DHARMASRAYA
08777-07-33330 / 0853-6527-3605 


0 Response to "Drama 6 Orang "Geng Elite dan Geng Kampungan""

Posting Komentar