Makalah Perlawanan Thomas Matulessy / Pattimura
KATA
PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa, karena atas berkat dan limpahan rahmatNya-lah maka kami bisa
menyelesaikan makalah dengan tepat waktu.
Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah
tentang “Perlawanan Terhadap Kolonialisme Belanda”, yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita
untuk mempelajari berbagai sejarah tentang cikal bakal Bangsa Indonesia dan
bisa mengetahui perjuangan dari rakyat-nya itu sendiri.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.http://warnetgadis.blogspot.co.id/
Dengan ini, kami mempersembahkan makalah ini
dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini
sehingga dapat memberikan manfaat untuk semua pihak. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Pembahasan............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................. 3
2.1 Latar Belakang Terjadinya Perlawanan................................................................ 3
2.2 Tokoh / Pemimpin Perang..................................................................................... 4
2.3 Proses Perlawanan................................................................................................. 5
2.4 Akhir Perlawanan.................................................................................................. 7
BAB III PENUTUP...................................................................................................... 8
3.1 Kesimpulan............................................................................................................ 8
3.2 Saran...................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pentingnya pembahasan topik ini adalah untuk mengetahui bagaimana
penderitaan bangsa Indonesia ketika di jajah oleh bangsa-bangs Eropa, sehingga
terjadi perlawanan-perlawanan di berbagai daerah untuk menusir para penjajah,
khususnya para penjajah Belanda.
Sampai dengan abad 18 penetrasi kekuasaan Belanda semakin besar dan meluas,
bukan hanya dalam bidang ekonomi dan politik saja namun juga meluas ke
bidang-bidang lainnya seperti kebudayaan dan agama. Penetrasi dan dominasi yang
semakin besar dan meluas terhadap kehidupan bangsa Indonesia menyebabkan
terjadinya berbagai peristiwa perlawanan dan perang melawan penindasan dan
penjajahan bangsa Eropa. Tindakan sewenang-wenang dan penindasan yang dilakukan
oleh penguasa kolonial Eropa telah menimbulkan kesengsaraan dan kepedihan
bangsa Indonesia. Menghadapi tindakan penindasan itu, rakyat Indonesia
memberikan perlawanan yang sangat gigih. Perlawanan mula-mula ditujukan kepada
kekuasaan Portugis dan VOC.
Perlawanan yang dilakukan bangsa Indonesia tersebut di bagi ke dalam dua
periode, yaitu perlawanan sebelum tahun 1800 dan perlawanan sesudah tahun 1800.
Pembagian waktu tersebut dilakukan untuk memudahkan pemahaman mengenai sejarah
perlawanan bangsa Indonesia terhadap Bangsa-Bangsa Barat tersebut. Perlawanan
sebelum tahun 1800, yaitu : Perlawanan Rakyat Mataram, Perlawanan Rakyat
Banten, Perlawanan Rakyat Makasar, Pemberontakan Untung Surapati. Sedangkan
perlawanan sesudah tahun 1800, yaitu : Perlawanan Sultan Nuku(Tidore),
Perlawanan Patimura, Perang Diponegoro,Perang Paderi, Perang Aceh, Perang Bali,
Perang Banjarmasin.
Proses penjajahan di Indonesia adalah proses perjuangan yang tidak akan
cukup tergambarkan dalam satu atau dua buku. Berbagai pristiwa yang pernah
dialami maupun berbagai peninggalan yang masih tersisa merupakan saksi yang
masih banyak menyimpan rahasiah yang mungkin belum mampu terungkap.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa yang melatar
belakangi dalam prlawanan tersebut ?
2.
Bagaimana strategi
yang dilakukan di setiap daerah untuk melawan Belanda?
3.
Siapa tokoh yang
paling berperan dalam perlawanan tersebut?
4.
Bagaimana proses
dalam perlawanan tersebut ?
5.
Bagaimana akhir
dari perlawanan tersebut ?
1.3 Tujuan Pembahasan
Supaya kita dapat mengetahui susah payahnya para pejuang yang peduli akan
keadaan Bangsa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
(PERANG THOMAS MATULESSY / PATTIMURA)
2.1 Latar Belakang
Terjadinya Perlawanan
Tidakan
sewenang-wenang yang dilakukan VOC di Maluku kembali dilanjutkan oleh
pemerintah Kolonial Hindia Belanda setelah berkuasa kembali pada tahun 1816
dengan berakhirnya pemerintah Inggris di Indonesia tahun 1811-1816.
Berbagai
tindakan yang dilakukan oleh pemerintah Kolonial Hindia Belanda di bawah ini
menyebabkan timbulnya perlawanan rakyat Maluku
·
Penduduk wajib kerja paksa untuk
kepentingan Belanda misalnya di perkebunan-perkebunan dan membuat garam.
·
Penyerahan wajib berupa ikan asin,
dendeng dan kopi.
·
Banyak guru dan pegawai pemerintah
diberhentikan dan sekolah hanya dibuka di kota-kota besar saja.
·
Jumlah pendeta dikurangi sehingga
kegaitan menjalankan ibadah menjadi terhalang.
·
Secara khusus yang menyebabkan kemarahan
rakyat adalah penolakan Residen Van den Berg terhadap tuntutan rakyat untuk
membayar harga perahu yang dipisah sesuai dengan harga sebenarnya.
Tahun
1817 rakyat Saparua mengadakan pertemuan dan menyepakati untuk memilih Thomas
Matulessy (Kapitan Pattimura) untuk memimpin perlawanan. Keesokan harinya
mereka berhasil merebut benteng Duurstede di Saparua sehingga residen Van den
Berg tewas. Selain Pattimura tokoh lainnya adalah Paulus Tiahahu dan puterinya
Christina Martha Tiahahu. Anthoni Reoak, Phillip Lattumahina, Said
Perintah
dan lain-lain. Perlawanan juga berkobar di pulau-pulau lain yaitu Hitu,
Nusalaut dan Haruku penduduk berusaha merebut benteng Zeeeland.
Untuk merebut kembali benteng Duurstede, pasukan Belanda didatangkan dari Ambon dibawah pimpinan Mayor Beetjes namun pendaratannya digagalkan oleh penduduk dan mayor Beetjes tewas. Pada bulan Nopember 1817 Belanda mengerahkan tentara besar-besaran dan melakukan sergapan pada malam hari Pattimura dan kawan-kawannya tertangkap. Mereka menjalani hukuman gantung pada bulan Desember 1817 di Ambon. Paulus Tiahahu tertangkap dan menjalani hukuman gantung di Nusalaut. Christina Martha Tiahahu dibuang ke pulau Jawa. Selama perjalanan ia tutup mulut dan mogok makan yang menyebabkan sakit dan meninggal dunia dalam pelayaran pada awal Januari tahun 1818.
Untuk merebut kembali benteng Duurstede, pasukan Belanda didatangkan dari Ambon dibawah pimpinan Mayor Beetjes namun pendaratannya digagalkan oleh penduduk dan mayor Beetjes tewas. Pada bulan Nopember 1817 Belanda mengerahkan tentara besar-besaran dan melakukan sergapan pada malam hari Pattimura dan kawan-kawannya tertangkap. Mereka menjalani hukuman gantung pada bulan Desember 1817 di Ambon. Paulus Tiahahu tertangkap dan menjalani hukuman gantung di Nusalaut. Christina Martha Tiahahu dibuang ke pulau Jawa. Selama perjalanan ia tutup mulut dan mogok makan yang menyebabkan sakit dan meninggal dunia dalam pelayaran pada awal Januari tahun 1818.
Latar
belakang timbulnya perlawanan Pattimura, di samping adanya tekanan-tekanan
yang berat di bidang ekonomi sejak kekuasaan VOC juga dikarenakan hal sebagai
berikut.
a)
Sebab ekonomis, yakni adanya
tindakan-tindakan pemerintah Belanda yang memperberat kehidupan rakyat, seperti
sistem penyerahan secara paksa, kewajiban kerja blandong, penyerahan atap dan
gaba-gaba, penyerahan ikan asin, dendeng dan kopi. Selain itu, beredarnya uang
kertas yang menyebabkan rakyat Maluku tidak dapat menggunakannya untuk
keperluan sehari-hari karena belum terbiasa.
b)
Sebab psikologis, yaitu adanya
pemecatan guru-guru sekolah akibat pengurangan sekolah dan gereja, serta
pengiriman orang-orang Maluku untuk dinas militer ke Batavia. Hal-hal tersebut
di atas merupakan tindakan penindasan pemerintah Belanda terhadap rakyat
Maluku.
2.2 Tokoh / Pemimpin
Perang
Bangsa
Portugis adalah bangsa Eropa pertama yang berhasil menguasai Maluku pada tahun
1512, kemudian disusul oleh bangsa Spanyol. Lalu disusul bangsa Inggris
menguasai Maluku pada tahun 1811. Berdasarkan Convention of London (1814),
daerah Maluku diserahkan oleh Inggris kepada Belanda. Belanda kemudian
menerapkan praktek monopoli perdagangan di Maluku, dan melakukan
tindakan-tindakan lain yang sangat merugikan rakyat Maluku. Diantaranya
diadakan "pelayaran hongi" dan "ekstirpasi" yaitu aksi
penebangan pohon pala dan cengkeh yang melanggar aturan monopoli.
Akibat
penderitaan yang dialami rakyat Maluku, maka timbullah reaksi dan perlawanan rakyat
Maluku pada tahun 1817 dibawah pimpinan Thomas Matulessy atau lebih dikenal
dengan nama Kapitan Pattimura, seorang bekas sersan mayor pada dinas angkatan
perang Inggris. Pattimura dibantu oleh beberapa pejuang lainnya antara lain,
Anthony Rhebok, Thomas Pattiwael dan seorang pejuang putri Christina Martha
Tiahahu.
2.3 Proses
Perlawanan
Serangan pertama terhadap Belanda dilancarkan pada malam hari tanggal 18 Mei 1817.Serangan ini berhasil dengan dibakarnya perahu-perahu pos di Porto (pelabuhan). Keesokan harinya mereka menyerang Benteng Duurstede dan berhasil merebutnya. Pada saat itu Residen Van Den Berg beserta keluarga dan pengawalnya yang ada di benteng berhasil dibunuh.
Benteng
Duurstede
Untuk membalas dan merebut kembali benteng Duurstede,
Belanda mendatangkan bala bantuan dari Ambon ke Haruku pada tanggal 19 Mei
1817. Bantuan itu berkekuatan 200 orang prajurit dan dipimpin oleh seorang
mayor. Mereka memusatkan kekuatan di benteng Zeelandia.
Raja-raja di Maluku mengerahkan rakyatnya untuk menyerang
benteng Zeelandia. Belanda menerobos kepungan rakyat dan melanjutkan perjalanan
ke Saparua. Terjadi pertempuran sengit di Saparua. Banyak jatuh korban dipihak
tentara Belanda. Dengan demikian berhasillah pasukan Pattimura mempertahankan
benteng Duurstede.
Kemenangan yang gemilang ini menambah semangat juang rakyat
Maluku, sehingga perlawanan meluas ke daerah lain seperti Seram, Hitu dan
lain-lain. Perlawanan rakyat di Hitu, ditangani oleh Ulupaha (80 tahun). Karena
pengkhianatan terhadap bangsa sendiri, akhirnya Ulupaha terdesak dan tertangkap
oleh Belanda.
Pada bulan Juli 1817, Belanda mendatangkan bala bantuan
berupa kapal perang yang dilengkapi dengan meriam-meriam. Benteng Duurstede
yang dikuasai oleh Pattimura dihujani meriam-meriam yang ditembakkan dari laut.
Akhirnya benteng Duurstede berhasil direbut kembali oleh Belanda. Pasukan
Pattimura melanjutkan perjuangan dengan siasat perang gerilya.
Pada bulan Oktober 1817, Belanda mengerahkan pasukan
besar-besaran untuk menghadapi Pattimura. Sedikit demi sedikit pasukan
Pattimura terdesak. Akhirnya pada bulan November 1817, Belanda berhasil
menangkap Pattimura, Anthonie Rhebok dan Thomas Pattiwael.
Pada tanggal 16 Desember 1817, Kapitan Pattimura dan
teman-teman menjalani hukuman gantung di depan benteng Neuw Victoria di Ambon.
Sementara Kapitan Paulus Tiahahu ditembak mati dan putrinya Christina Martha
Tiahahu diasingkan ke Pulau Jawa pada tanggal 2 Januari 1818 dan meninggal
diatas kapal perang Eversten. Christina meninggal diusia 17 tahun. Jenazahnya
diluncurkan di Laut Banda.
Atas jasa-jasanya, Pemerintah memberi gelar Pahlawan
Nasional kepada Kapitan Pattimura an Christina Martha Tiahahu.
2.4 Akhir Perlawanan
Di sebuah rumah di Siri Sori, Kapitan
Pattimura berhasil ditangkap pasukan Belanda. Bersama beberapa anggota
pasukannya, dia dibawa ke Ambon. Di sana beberapa kali dia dibujuk agar
bersedia bekerjasama dengan pemerintah Belanda namun selalu ditolaknya.
Akhirnya dia diadili di
Pengadilan kolonial Belanda dan hukuman gantung pun dijatuhkan kepadanya.
Walaupun begitu, Belanda masih berharap Pattimura masih mau berobah sikap
dengan bersedia bekerjasama dengan Belanda. Satu hari sebelum eksekusi hukuman
gantung dilaksanakan, Pattimura masih terus dibujuk. Tapi Pattimura menunjukkan
kesejatian perjuangannya dengan tetap menolak bujukan itu. Di depan benteng
Victoria, Ambon pada tanggal 16 Mei 1817, eksekusi pun dilakukan.
Memang benar bahwa perlu
sebuah kepastian tentang asal usul Pattimura dan untuk hal ini perlu adanya
tindakan pelurusan sejarah yang didukung dengan penelitian sumber-sumber yang
otentik dan faktual. Penuturan sejarah heroik Kapitan Pattimura adalah
penuturan secara lisan yang di sampaikan secara turun temurun bagi anak cucu.
gambaran wajah sang Pattimura itu pun hanya hasil imajinasi pelukis sesuai
karakteristik dan tipe wajah orang Maluku atau mungkin ada yang bisa memberikan
bukti foto dari Thomas Matulessy atau Ahmad Lussy itu sendiri.
Sebagai Anak Pribumi Maluku
penulis hanya ingin memaparkan 2 versi asal usul Pattimura ini
berdasarkan hasil penelusuran penulis terhadap sejarah Pattimura yang penulis
temukan dari beberapa Blog yang beberapa diantaranya bukanlah blog yang
bersifat independen melainkan bertendensi pada pencintraan suatu golongan
Agama.
Pattimura adalah milik Maluku
tidak hanya menjadi milik orang Hualoy (seram) atau Orang Haria (Saparua).
Perjuangan Pattimura adalah untuk membebaskan Tanah Maluku Negeri raja-raja
dari tangan penjajah dan perjuangan itu tanpa tendensi agama atau
golongan.
Sebagai Anak Pribumi Maluku
penulis hanya ingin memaparkan 2 versi asal usul Pattimura ini
berdasarkan hasil penelusuran penulis terhadap sejarah Pattimura yang penulis
temukan dari beberapa Blog yang beberapa diantaranya bukanlah blog yang
bersifat independen melainkan Blog bertendensi pada pencintraan suatu golongan
Agama yang kemudian tidak bisa diterima sebagai kebenaran yang mutlak tentang
sejarah Pattimura
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Akhirnya pada tahun 1837 Benteng
Bonjol dapat dikuasai Belanda, dan Tuanku Imam Bonjol berhasil ditangkap,
tetapi peperangan ini masih berlanjut sampai akhirnya benteng terakhir Kaum
Padri, di Dalu-Dalu , yang waktu itu telah dipimpin oleh Tuanku Tambusai jatuh
pada 28 Desember 1838. Hancurnya benteng tersebut memaksa Tuanku
Tambusai mundur, bersama sisa-sisa pengikutnya pindah kenegeri sembilan
semenanjung malaya dan akhirnya peperangan ini dianggap selesai karena sudah
tidak ada perlawanan yang berarti.
3.2
Saran
Semoga dengan dibuatnya
makalah ini, kita bisa mengetahui bagaimana susahnya pejuang Indonesia zaman
dahulu merebut NKRI, dari bertaruh harta maupun nyawa. Janganlah melupakan jasa
pahlawan yang telah gugur dalam membela Indonesia dan semoga kita bisa mengambil
nilai-nilai luhur dari mereka.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.warnetgadis.com/2015/10/makalah-perlawanan-thomas-matulessy.html
http://iskandarberkasta-sudra.blogspot.com/2011/02/kedatangan-belanda-ke-indonesia.html
Notosusanto, Nugroho:Poesponegoro Marwati Djoened.
2008. Sejarah Nasional Indonesia
Jilid IV.
Jakarta: PN
Balai Pustaka.
Suyono Capt.R.P. 2003. Peperangan Kerajaan di Nusantara.
Jakarta:PT Gramedia
Hanna,
Williard. 1996. Ternate dan Tidore. Jakarta : PT Penebar Swadaya
UNTUK VERSI LENGKAP (TULISAN + GAMBAR + EDIT + RAPI)
SILAHKAN DATANG KE WARNET GADIS.NET
SIMPANG SMPN 1 SITIUNG, DHARMASRAYA
08777-07-33330 / 0853-6527-3605
0 Response to "Makalah Perlawanan Thomas Matulessy / Pattimura"
Posting Komentar