RESENSI NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN LENGKAP
RESENSI NOVEL POPULER
Judul buku: Daun yang Jatuh Tidak Pernah Membenci Angin
Penulis : Tere-Liye
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan X: Mei 2013
Kategori : Fiksi, Novel
Tidak tipis Buku : 264 halaman ; 20cm
Harga : Rp. 48. 000, -
Tere Liye yaitu putra asli Sumatera Selatan, lulusan Fakultas Ekonomi UI jurusan Akuntansi. Nama “Tere Liye” adalah nama pena seseorang penulis memiliki bakat tanah air yang bernama asli Darwis. Tere Liye sen
diri diambil dari bhs India serta mempunyai arti untukmu.
Penyampaiannya yang unik dan simpel jadi nilai lebih untuk setiap novelnya. Oleh sebab kesederhanaannya, setiap kita membaca lembaran untuk lembaran novelnya, kita terasanya lihat di depan mata apa yang Tere Liye tengah berikan. Uniknya kita akan tidak terasa tengah di gurui walau dari tulisan-tulisannya itu tersimpan pesan moral, islam dan sosial yang utama. umumnya orang menganggap topik novel Tere Liye cuma sekitar permasalahan keluarga – walau sebenarnya ada pula yang topiknya mengenai Politik serta Roman Pop, diluar itu karya Tere Liye umumnya mengetengahkan sekitar pengetahuan, moral serta agama islam
Dari sebagian novel tulisannya itu tampak sekali kemampuannya dalam bikin novel dengan beragam genre sampai novelnya senantiasa jadi best seller di market. Demikian juga dengan novel berjudul “Daun Yang Jatuh Tidak Pernah Membenci Angin” ini. Novel fiksi dengan topik cinta ini dapat mengajak pembaca berpetualang di alam khayal yang beliau buat. Beragam perseteruan, dari mulai perekonomian, pendidikan, lain umur, serta yang lain terangkum indah dalam novel ini.
SINOPSIS
Dia seperti malaikat untuk keluarga kami. Merengkuh saya, adikku, serta Ibu dari kehidupan jalanan yang miskin serta nestapa. Memberi makan, tempat berteduh, sekolah, serta janji hari esok yang lebih baik
Dia sungguh seperti malaikat untuk keluarga kami. Memberi kasih sayang, perhatian, serta teladan tanpa ada mengharap budi sekali juga. Serta lihatlah, saya membalas itu semuanya dengan membiarkan mekar perasaan ini.
Ibu benar, tidak layak saya menyukai malaikat keluarga kami. Tidak layak. Maafkan saya, Ibu. Perasaan mengagumi akan, kagum, atau entahlah itu nampak tidak tertahankan bahkan juga mulai sejak rambutku masihlah di kepang dua.
Sekarang, saat saya tahu dia bisa jadi tak pernah menganggapku lebih dri seseorang adik yang tidak paham diri, biarkanlah... Biarkanlah saya luruh ke bumi seperti sehelai daun... daun yang tidak pernah membenci angin walau mesti terenggutkan dari tangkai pohonnya.
ULASAN
Novel ini menceritakan kehidupan kakak beradik Tania serta Dede yang perlu putus sekolah serta jadi pengamen lantaran terbatasnya ekonomi keluarga sepeninggal bapak mereka. Mereka berdua tinggal dirumah kardus dengan ibu mereka yang sakit-sakitan.
Kehidupan mereka beralih sesudah berjumpa dengan seseorang pria bernama Danar. Danar yaitu seseorang karyawan yang juga penulis buku anak-anak. Danar demikian baik hingga keluarga ini menganggapnya seperti malaikat. Tania begitu kagum pada Danar lantaran terkecuali baik, dia juga miliki muka yang menawan.
Satu saat Danar memberi pertolongan hingga Tania serta Dede dapat kembali sekolah serta ibunya berjualan kue. Dengan pendapatan ibunya, pada akhirnya mereka juga bisa tinggal dikontrakan. Mereka juga makin dekat seperti keluarga. Danar juga kerap mengajak Tania serta Dede untuk pergi ke toko buku yang terdapat di Jalan Margonda Raya. Toko buku itu lalu jadi tempat favorite mereka lantaran di sana mereka dapat bertukar narasi, melamun, mengkhayal serta nikmati indahnya malam dari dinding kaca lantai dua toko buku itu.
Situasi agak beralih saat danar membawa rekan dekatnya yang bernama Ratna. Tania terasa cemburu, ia tak sukai lihat kedekatan Danar dengan Ratna. Rasa tak sukai itu bukan hanya perasaan iri seseorang adik namun Tania kecil belum dapat menerjemahkan apa arti perasaan itu.
Kebahagiaan mereka menyusut waktu ibu Tania wafat. Serta untuk menepati janji paling akhir Tania ke Ibunya, dia akan tidak menangis untuk siapa saja lagi, terkecuali ‘dia’. Berat sekali untuk Tania terima fakta kalau ke-2 orang tuanya sudah tidak ada serta saat ini ia yang perlu bertanggungjawab melindungi adiknya. Untung saja ada Danar yang senantiasa ada di samping mereka.
Tania tumbuh jadi gadis yang cantik serta pandai. Ia sukses memperoleh beasiswa ke Singapura. Sederet prestasi sukses ia capai dalam studinya. Semuanya pengalaman hidup yang sudah Tania alami membuatnya lebih dewasa dari gadis-gadis lain seumurannya. Perasaannya pada Danar juga makin terang. Makin lama Tania tahu, perasaan itu bernama cinta.
Namun cinta Tania pada danar tidaklah gampang. Bertahun-tahun mereka berbarengan dalam status kakak adik, ditambah lagi mereka terpaut umur 14 tahun. Untuk ABG seperti Tania, jatuh cinta pada pria yang tambah lebih tua darinya cukup membuatnya pusing. Segi remajanya membuatnya menginginkan mengekspresikan perasaannya walau ia tidak paham apakah Danar mempunyai perasaan yang sama dengannya atau tak. Kondisi makin susah waktu Danar mengambil keputusan untuk menikah dengan Ratna. Tania patah hati. Ia mengambil keputusan tidak untuk ada dalam pernikahan mereka walau Danar serta Ratna sudah membujuknya.
Sekian waktu berselang, Tania tahu kalau kehidupan rumah tangga Danar serta Ratna tak bahagia. Ratna menceritakan pada Tania kalau Danar sudah banyak beralih. Danar jadi pendiam serta kerapkali tak ada dirumah. Ratna tahu ada suatu hal yang menghambat mereka, ada seorang diantara ia serta Danar namun ia tak pernah tahu siapakah bayangan itu. Dari narasi Dede pada akhirnya Tania tahu kalau Danar juga menyukai Tania. Danar menuliskan perasaannya dalam novel “Cinta Pohon Linden” yg tidak pernah usai ia catat. Ketidaksamaan umur yang cukup jauh bikin Danar terasa tak layak menyukai Tania. Tak semestinya ia menyukai gadis kecil seperti Tania.
Saat Tania serta Danar keduanya sama tahu perasaan mereka semasing, semuanya telah terlambat. Agar bagaimanapun Danar sudah menikah dengan Ratna. Pada akhirnya Tania kembali pada Singapura serta mengambil keputusan untuk meninggalkan semuanya narasi cintanya.
Ada satu diantara kalimat yang begitu saya sukai dalam novel ini, diambil dari halaman 196, “Bahwa hidup mesti terima, penerimaan yang indah. Kalau hidup mesti tahu, pengertian yang benar. Kalau hidup mesti mengerti, pemahaman yang tulus. Tidak perduli melalui apa penerimaan, pengertian, serta pemahaman itu datang. Tidak permasalahan walau melalui peristiwa yang sedih serta menyakitkan”
Tak tahu akhir yang bahagia, atau sedih. Itu bergantung pada persepsi pembaca. Yang pasti, memanglah cinta senantiasa menang. Cinta bakal senantiasa menang, walaupun cinta tak mesti mempunyai. Cinta yang terima setulusnya, cinta yg tidak egois, cinta yg tidak coba berbahagia diatas perih orang lain. Cinta yang prima? Mustahil, lantaran cinta prima cuma dipunyai oleh Sang Yang memiliki Cinta...
KEUGGULAN BUKU
Sudut pandang orang pertama yang dipakai oleh Tere Liye dalam novel ini bikin emosi serta penyampaian lewat sudut pandang Tania jadi cukup baik serta bisa di nikmati pembaca. Alur maju-mundur yang penulis menginginkan cobalah berikan dalam menceritakan sekalipun tak membingungkan pembaca. Sang penulis begitu baik dalam merangkai satu narasi sampai temukan benang merahnya. novel ini memberi pelajaran. Terlebih filosofi “daun yang jatuh tidak pernah membenci angin”. Apa pun yang kita alami, jangan sampai menyalahkan kondisi.
KELEMAHAN BUKU
Menurut saya ceritanya klise, agak serupa sinetron. Narasi dalam novel ini sangat gampang ditebak. Karya Tere Liye yang lain senantiasa dapat bikin saya kerasan membaca tidak ada hasrat untuk melompati semasing sisi narasi. Namun saat membaca novel ini, berulang-kali saya terlewat bebrapa sisi yang merasa menjemukan. Tidak sama dengan karya Tere Liye yang lain, yang walau simpel namun dapat merasa istimewa melalui penuturannya yang apa yang ada. Ciri-ciri Danar yang saya rasa kurang tampak serta menempel didalam narasi. Mungkin saja lantaran didalam novel ini, Tania seakan menceritakan tentang dianya serta perasaan cintanya, juga ia bercerita tokoh Danar dari sudut pandangnya.
RUMUSAN KERANGKA BUKU
Jam 20. 00 : Waktu Semua Bermula
Jam 20. 15 : Pertama Kali Saya Mengetahui Perasaan Itu
Jam 20. 21 : Daun Yang Jatuh Tidak Pernah Membenci Angin
Jam 20. 26 : Sesudah Ibu Pergi
Jam 20. 32 : Sweet Seventeen yang Indah
Jam 20. 37 : Liontin Seribu Pertanyaan
Jam 20. 45 : Ijinkan Saya Menangis Untuk Dia, Ibu!
Jam 20. 50 : Hari-Hari Menyakitkan
Jam 21. 02 : Beberapa Saat Berdamai!
Jam 21. 10 : Potongan Teka-Teki Pertama
Jam 21. 15 : Semua Beralih Teramat Cepat
Jam 21. 17 : Saat Semuanya Potongan Komplit
Jam 09. 00 (Esok Pagi) : Kembali
TINJAUAN BAHASA
Bahasanya simpel, walau sekian kali penulis memakai bhs yang prasyarat bakal majas, namun masih tetap gampang dipahami. Penulis memakai bhs yang bisa dipahami oleh semuanya level pembaca, baik itu remaja, dewasa, serta yang lain. Sudut pandang orang pertama yang dipakai oleh Tere Liye dalam novel ini bikin emosi serta penyampaian lewat sudut pandang Tania jadi cukup baik serta bisa di nikmati pembaca.
PENUTUP
Saya rasa, novel ini layak untuk di baca oleh semuanya kelompok. Sebab, narasi dalam novel ini cukup menginspiratif serta memberi pelajaran mengenai keikhlasan yang sesungguhnya. Dan tidak diragukan lagi, penulis buku ini adalah penulis populer yang nyaris semuanya bukunya disukai oleh penikmatnya.
KEUGGULAN BUKU
Sudut pandang orang pertama yang dipakai oleh Tere Liye dalam novel ini bikin emosi serta penyampaian lewat sudut pandang Tania jadi cukup baik serta bisa di nikmati pembaca. Alur maju-mundur yang penulis menginginkan cobalah berikan dalam menceritakan sekalipun tak membingungkan pembaca. Sang penulis begitu baik dalam merangkai satu narasi sampai temukan benang merahnya. novel ini memberi pelajaran. Terlebih filosofi “daun yang jatuh tidak pernah membenci angin”. Apa pun yang kita alami, jangan sampai menyalahkan kondisi.
KELEMAHAN BUKU
Menurut saya ceritanya klise, agak serupa sinetron. Narasi dalam novel ini sangat gampang ditebak. Karya Tere Liye yang lain senantiasa dapat bikin saya kerasan membaca tidak ada hasrat untuk melompati semasing sisi narasi. Namun saat membaca novel ini, berulang-kali saya terlewat bebrapa sisi yang merasa menjemukan. Tidak sama dengan karya Tere Liye yang lain, yang walau simpel namun dapat merasa istimewa melalui penuturannya yang apa yang ada. Ciri-ciri Danar yang saya rasa kurang tampak serta menempel didalam narasi. Mungkin saja lantaran didalam novel ini, Tania seakan menceritakan tentang dianya serta perasaan cintanya, juga ia bercerita tokoh Danar dari sudut pandangnya.
RUMUSAN KERANGKA BUKU
Jam 20. 00 : Waktu Semua Bermula
Jam 20. 15 : Pertama Kali Saya Mengetahui Perasaan Itu
Jam 20. 21 : Daun Yang Jatuh Tidak Pernah Membenci Angin
Jam 20. 26 : Sesudah Ibu Pergi
Jam 20. 32 : Sweet Seventeen yang Indah
Jam 20. 37 : Liontin Seribu Pertanyaan
Jam 20. 45 : Ijinkan Saya Menangis Untuk Dia, Ibu!
Jam 20. 50 : Hari-Hari Menyakitkan
Jam 21. 02 : Beberapa Saat Berdamai!
Jam 21. 10 : Potongan Teka-Teki Pertama
Jam 21. 15 : Semua Beralih Teramat Cepat
Jam 21. 17 : Saat Semuanya Potongan Komplit
Jam 09. 00 (Esok Pagi) : Kembali
TINJAUAN BAHASA
Bahasanya simpel, walau sekian kali penulis memakai bhs yang prasyarat bakal majas, namun masih tetap gampang dipahami. Penulis memakai bhs yang bisa dipahami oleh semuanya level pembaca, baik itu remaja, dewasa, serta yang lain. Sudut pandang orang pertama yang dipakai oleh Tere Liye dalam novel ini bikin emosi serta penyampaian lewat sudut pandang Tania jadi cukup baik serta bisa di nikmati pembaca.
PENUTUP
Saya rasa, novel ini layak untuk di baca oleh semuanya kelompok. Sebab, narasi dalam novel ini cukup menginspiratif serta memberi pelajaran mengenai keikhlasan yang sesungguhnya. Dan tidak diragukan lagi, penulis buku ini adalah penulis populer yang nyaris semuanya bukunya disukai oleh penikmatnya.
0 Response to "RESENSI NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN LENGKAP"
Posting Komentar