Perlawanan Thomas Matulessy / Pattimura Lengkap
Perlawanan Thomas Matulessy
(Kapitan Pattimura)
1.
Latar Belakang Terjadinya Perlawanan
Tidakan
sewenang-wenang yang dilakukan VOC di Maluku kembali dilanjutkan oleh
pemerintah Kolonial Hindia Belanda setelah berkuasa kembali pada tahun 1816
dengan berakhirnya pemerintah Inggris di Indonesia tahun 1811-1816.
Berbagai
tindakan yang dilakukan oleh pemerintah Kolonial Hindia Belanda di bawah ini
menyebabkan timbulnya perlawanan rakyat Maluku
·
Penduduk wajib kerja paksa untuk
kepentingan Belanda misalnya di perkebunan-perkebunan dan membuat garam.
·
Penyerahan wajib berupa ikan asin,
dendeng dan kopi.
·
Banyak guru dan pegawai pemerintah
diberhentikan dan sekolah hanya dibuka di kota-kota besar saja.
·
Jumlah pendeta dikurangi sehingga
kegaitan menjalankan ibadah menjadi terhalang.
·
Secara khusus yang menyebabkan
kemarahan rakyat adalah penolakan Residen Van den Berg terhadap tuntutan rakyat
untuk membayar harga perahu yang dipisah sesuai dengan harga sebenarnya.
Tahun 1817 rakyat
Saparua mengadakan pertemuan dan menyepakati untuk memilih Thomas Matulessy
(Kapitan Pattimura) untuk memimpin perlawanan. Keesokan harinya mereka berhasil
merebut benteng Duurstede di Saparua sehingga residen Van den Berg tewas.
Selain Pattimura tokoh lainnya adalah Paulus Tiahahu dan puterinya Christina
Martha Tiahahu. Anthoni Reoak, Phillip Lattumahina, Said
Perintah dan
lain-lain. Perlawanan juga berkobar di pulau-pulau lain yaitu Hitu, Nusalaut
dan Haruku penduduk berusaha merebut benteng Zeeeland.
Untuk merebut kembali benteng Duurstede, pasukan Belanda didatangkan dari Ambon dibawah pimpinan Mayor Beetjes namun pendaratannya digagalkan oleh penduduk dan mayor Beetjes tewas. Pada bulan Nopember 1817 Belanda mengerahkan tentara besar-besaran dan melakukan sergapan pada malam hari Pattimura dan kawan-kawannya tertangkap. Mereka menjalani hukuman gantung pada bulan Desember 1817 di Ambon. Paulus Tiahahu tertangkap dan menjalani hukuman gantung di Nusalaut. Christina Martha Tiahahu dibuang ke pulau Jawa. Selama perjalanan ia tutup mulut dan mogok makan yang menyebabkan sakit dan meninggal dunia dalam pelayaran pada awal Januari tahun 1818.
Untuk merebut kembali benteng Duurstede, pasukan Belanda didatangkan dari Ambon dibawah pimpinan Mayor Beetjes namun pendaratannya digagalkan oleh penduduk dan mayor Beetjes tewas. Pada bulan Nopember 1817 Belanda mengerahkan tentara besar-besaran dan melakukan sergapan pada malam hari Pattimura dan kawan-kawannya tertangkap. Mereka menjalani hukuman gantung pada bulan Desember 1817 di Ambon. Paulus Tiahahu tertangkap dan menjalani hukuman gantung di Nusalaut. Christina Martha Tiahahu dibuang ke pulau Jawa. Selama perjalanan ia tutup mulut dan mogok makan yang menyebabkan sakit dan meninggal dunia dalam pelayaran pada awal Januari tahun 1818.
Latar belakang
timbulnya perlawanan Pattimura, di samping adanya tekanan-tekanan yang
berat di bidang ekonomi sejak kekuasaan VOC juga dikarenakan hal sebagai
berikut.
a) Sebab
ekonomis, yakni adanya tindakan-tindakan pemerintah Belanda yang memperberat
kehidupan rakyat, seperti sistem penyerahan secara paksa, kewajiban kerja
blandong, penyerahan atap dan gaba-gaba, penyerahan ikan asin, dendeng dan
kopi. Selain itu, beredarnya uang kertas yang menyebabkan rakyat Maluku tidak
dapat menggunakannya untuk keperluan sehari-hari karena belum terbiasa.
b) Sebab
psikologis, yaitu adanya pemecatan guru-guru sekolah akibat pengurangan sekolah
dan gereja, serta pengiriman orang-orang Maluku untuk dinas militer ke Batavia.
Hal-hal tersebut di atas merupakan tindakan penindasan pemerintah Belanda
terhadap rakyat Maluku.
2.
Tokoh / Pemimpin
Bangsa
Portugis adalah bangsa Eropa pertama yang berhasil menguasai Maluku pada tahun 1512,
kemudian disusul oleh bangsa Spanyol. Lalu disusul bangsa Inggris menguasai
Maluku pada tahun 1811. Berdasarkan Convention of London (1814), daerah Maluku
diserahkan oleh Inggris kepada Belanda. Belanda kemudian menerapkan praktek
monopoli perdagangan di Maluku, dan melakukan tindakan-tindakan lain yang
sangat merugikan rakyat Maluku. Diantaranya diadakan "pelayaran
hongi" dan "ekstirpasi" yaitu aksi penebangan pohon pala dan
cengkeh yang melanggar aturan monopoli.
Akibat
penderitaan yang dialami rakyat Maluku, maka timbullah reaksi dan perlawanan
rakyat Maluku pada tahun 1817 dibawah pimpinan Thomas Matulessy atau lebih
dikenal dengan nama Kapitan Pattimura, seorang bekas sersan mayor pada dinas
angkatan perang Inggris. Pattimura dibantu oleh beberapa pejuang lainnya antara
lain, Anthony Rhebok, Thomas Pattiwael dan seorang pejuang putri Christina
Martha Tiahahu.
3.
Proses perlawanan
Serangan
pertama terhadap Belanda dilancarkan pada malam hari tanggal 18 Mei
1817.Serangan ini berhasil dengan dibakarnya perahu-perahu pos di Porto
(pelabuhan). Keesokan harinya mereka menyerang Benteng Duurstede dan berhasil
merebutnya. Pada saat itu Residen Van Den Berg beserta keluarga dan pengawalnya
yang ada di benteng berhasil dibunuh.
Benteng
Duurstede
Untuk
membalas dan merebut kembali benteng Duurstede, Belanda mendatangkan bala
bantuan dari Ambon ke Haruku pada tanggal 19 Mei 1817. Bantuan itu berkekuatan
200 orang prajurit dan dipimpin oleh seorang mayor. Mereka memusatkan kekuatan
di benteng Zeelandia.
Benteng
Zeelandia
Raja-raja
di Maluku mengerahkan rakyatnya untuk menyerang benteng Zeelandia. Belanda
menerobos kepungan rakyat dan melanjutkan perjalanan ke Saparua. Terjadi
pertempuran sengit di Saparua. Banyak jatuh korban dipihak tentara Belanda.
Dengan demikian berhasillah pasukan Pattimura mempertahankan benteng Duurstede.
Kemenangan
yang gemilang ini menambah semangat juang rakyat Maluku, sehingga perlawanan
meluas ke daerah lain seperti Seram, Hitu dan lain-lain. Perlawanan rakyat di
Hitu, ditangani oleh Ulupaha (80 tahun). Karena pengkhianatan terhadap bangsa
sendiri, akhirnya Ulupaha terdesak dan tertangkap oleh Belanda.
Pada
bulan Juli 1817, Belanda mendatangkan bala bantuan berupa kapal perang yang
dilengkapi dengan meriam-meriam. Benteng Duurstede yang dikuasai oleh Pattimura
dihujani meriam-meriam yang ditembakkan dari laut. Akhirnya benteng Duurstede
berhasil direbut kembali oleh Belanda. Pasukan Pattimura melanjutkan perjuangan
dengan siasat perang gerilya.
Pada
bulan Oktober 1817, Belanda mengerahkan pasukan besar-besaran untuk menghadapi
Pattimura. Sedikit demi sedikit pasukan Pattimura terdesak. Akhirnya pada bulan
November 1817, Belanda berhasil menangkap Pattimura, Anthonie Rhebok dan Thomas
Pattiwael.
Pada
tanggal 16 Desember 1817, Kapitan Pattimura dan teman-teman menjalani hukuman
gantung di depan benteng Neuw Victoria di Ambon. Sementara Kapitan Paulus
Tiahahu ditembak mati dan putrinya Christina Martha Tiahahu diasingkan ke Pulau
Jawa pada tanggal 2 Januari 1818 dan meninggal diatas kapal perang Eversten.
Christina meninggal diusia 17 tahun. Jenazahnya diluncurkan di Laut Banda.
Benteng
Neuw Victoria
Atas
jasa-jasanya, Pemerintah memberi gelar Pahlawan Nasional kepada Kapitan
Pattimura an Christina Martha Tiahahu.
4.
Akhir Perlawanan
Di sebuah rumah di Siri Sori, Kapitan
Pattimura berhasil ditangkap pasukan Belanda. Bersama beberapa anggota
pasukannya, dia dibawa ke Ambon. Di sana beberapa kali dia dibujuk agar
bersedia bekerjasama dengan pemerintah Belanda namun selalu ditolaknya.
Akhirnya dia diadili di Pengadilan
kolonial Belanda dan hukuman gantung pun dijatuhkan kepadanya. Walaupun begitu,
Belanda masih berharap Pattimura masih mau berobah sikap dengan bersedia
bekerjasama dengan Belanda. Satu hari sebelum eksekusi hukuman gantung
dilaksanakan, Pattimura masih terus dibujuk. Tapi Pattimura menunjukkan
kesejatian perjuangannya dengan tetap menolak bujukan itu. Di depan benteng
Victoria, Ambon pada tanggal 16 Mei 1817, eksekusi pun dilakukan.
Memang benar bahwa perlu sebuah
kepastian tentang asal usul Pattimura dan untuk hal ini perlu adanya tindakan
pelurusan sejarah yang didukung dengan penelitian sumber-sumber yang otentik
dan faktual. Penuturan sejarah heroik Kapitan Pattimura adalah penuturan
secara lisan yang di sampaikan secara turun temurun bagi anak cucu. gambaran
wajah sang Pattimura itu pun hanya hasil imajinasi pelukis sesuai karakteristik
dan tipe wajah orang Maluku atau mungkin ada yang bisa memberikan bukti foto
dari Thomas Matulessy atau Ahmad Lussy itu sendiri.
Sebagai Anak Pribumi Maluku penulis
hanya ingin memaparkan 2 versi asal usul Pattimura ini berdasarkan hasil
penelusuran penulis terhadap sejarah Pattimura yang penulis temukan dari
beberapa Blog yang beberapa diantaranya bukanlah blog yang bersifat independen
melainkan bertendensi pada pencintraan suatu golongan Agama.
Pattimura adalah milik Maluku tidak
hanya menjadi milik orang Hualoy (seram) atau Orang Haria (Saparua). Perjuangan
Pattimura adalah untuk membebaskan Tanah Maluku Negeri raja-raja dari tangan
penjajah dan perjuangan itu tanpa tendensi agama atau golongan.
Sebagai Anak Pribumi Maluku penulis
hanya ingin memaparkan 2 versi asal usul Pattimura ini berdasarkan hasil
penelusuran penulis terhadap sejarah Pattimura yang penulis temukan dari
beberapa Blog yang beberapa diantaranya bukanlah blog yang bersifat independen
melainkan Blog bertendensi pada pencintraan suatu golongan Agama yang kemudian
tidak bisa diterima sebagai kebenaran yang mutlak tentang sejarah Pattimura
Saksi Bisu Sejarah Pattimura
0 Response to "Perlawanan Thomas Matulessy / Pattimura Lengkap"
Posting Komentar