Orang Jepang, Kebiasaan Remaja Orang Jepang, Kebiasaan Dalam Keluarga, Membedakan Nama Keluarga dan Nama Asli, Gaya Asuh Anak, Nama-Nama Panggilan Dalam bahasa Jepang, Kebiasaan Anak-Anak Jepang, Perbedaan Mencolok Antara Budaya Jepang dengan Indonesia, Aturan dalam keluarga Jepang, Kehidupan Keseharian di Jepang
Rabu, 16 Desember 2015
Gaya Asuh Anak,
Kebiasaan Remaja Orang Jepang,
Membedakan Nama Keluarga dan Nama Asli,
Orang Jepang,
Perbedaan Mencolok Antara Budaya Jepang dengan Indonesia
Edit
Orang jepang termasuk pekerja keras hal ini ditinjau dari
jumlah jam kerja orang jepang yang masih di atas jam kerja negara-negara lain
pertahunnya. Orang Jepang jarang sekali yang pulang lebih awal mereka selalu
pulang kerja lebih lama ketika jam kerja semakin cepat pulang kerja merupakan
hal yang memalukan berarti dirinya tidak banyak dibutuhkan oleh perusahaan dan
jika semakin lama pulang kerja berarti orang tersebut sangat dibutuhkan oleh
perusaannya.
Kebisaan baik selanjutnya yaitu orang jepang selalu tepat
waktu dalam bekerja yaitu selalu datang lebih awal dan pulang terakhir. Maksudnya
orang jepang memiliki tradisi malu jika melakukan kesalahan, kekalahan, atau
kegagalan. sehingga orang jepang memiliki semangat yang tinggi, teliti, selalu
berhati-hati dan pantang menyerah. Orang jepang selalu berdisiplin dalam
melakukan segala hal dengan mematuhi peraturan-peraturan yang telah ditetapkan kebiasan
orang jepang sangat menghormati orang lain bisa dilihat dari kebiasaan orang
jepang ketika bertemu dengan orang lain selalu memberikan salam penghormatan
dengan menundukan badan.
Pola hidup mereka yang baik membuat orang Jepang panjang
umur dan lebih sehat. Seperti yang dikutip dari Self, berikut beberapa
kebiasaan sehat para orang Jepang yang bisa ditiru.http://www.warnetgadis.com/
1.
Makan Rumput Laut
Rumput laut merupakan salah satu bahan utama masakan orang Jepang. Secara
haraviah, rumpu laut mengandung multivitamin yang berisi potasium, kalsium,
magnesium, besi, yodium vitamin C, serat dan bea karoten.
2.
Makan Ikan
Sudah menjadi kebiasaan orang Jepang untuk mengonsumsi ikan tuna, makarel
dan salmon. Ketiganya dipercaya mengandung asam lemak omega-3, yang dapat
mengurangi risiko penyakit jantung dan kanker payudara.
3.
Minum Teh Hijau atau Ocha
Menurut penelitian, orang yang minum enam cangkir teh dalam sehari
memiliki risiko 36 persen lebih rendah terkena penyakit jantung. Kandungan
antioksidannya juga dapat mengurangi risiko osteoporosis dan kanker.
Sejumlah penelitian juga mengatakan bahwa senyawa kimia EGCG dan
antioksidan catechin yang ditemukan dalam teh hijau, bisa mempercepat
metabolisme tubuh manusia. Metabolisme merupakan proses mengubah nutrisi
makanan dan kalori menjadi energi yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan
aktivitas.
Jika metabolisme tubuh seseorang meningkat, maka akan lebih mudah baginya
untuk menurunkan berat badan. Teh hijau juga bisa mengurangi hingga 70 kalori
sehari. Menyeduh teh hijau sebaiknya dengan air bersuhu 85 derajat Celsius,
selama dua sampai tiga menit.
4.
Makan Secara Perlahan
Di Jepang, setiap orang diajarkan unuk menikmati makanan setiap
gigitannya. Mengapa makan secara perlahan baik untuk kesehatan? Hal itu karena
otak membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk menyatakan bahwa perut sudah
kenyang.
5.
Hindari Makan di Piring Besar
Orang Jepang terbiasa makan dengan piring dan mangkuk kecil. Penggunaan
sumpit juga membuat orang Jepang makan lebih dikit dan perlahan. Kebiasaan
memilih tempat makan mungil dipercaya bisa bantu mengontrol porsi makan
seseorang.
6.
Temukan Zen
Olahraga orang Jepang biasanya menggabungkan dua faktor, yaitu fisik dan
mental. Kegiatan seperti yoga dan meditasi terbukti dapat mengurangi stres dan
menangkal dimensia (pikun) serta melatih konsentrasi10 Budaya Jepang yang
Patut ditiru
Kebiasaan Remaja di Jepang
1.
Berkaraoke
(カラオケ)
Banyak juga yg
mengisi waktu senggang dengan berkaraoke bersama teman-teman. Berkaraoke untuk
siswa SMA di Jepang merupakan hal yg biasa dan biayanya terjangkau. Tempat
karaoke bisa juga menjadi tempat mereka berbincang-bincang.
Jika tidak
mempunyai acara, untuk mengisi waktu senggang, para siswa Jepang biasanya
menghubungi temannya untuk mengobrol tentang sekolah, film, toko yg terkenal,
dsb.
2.
Belajar
(学びます)
Bagi orang-orang Jepang, belajar itu tak
mengenal tempat dan umur. Tak peduli apa mereka sedang di perjalanan
ataupun di tempat umum.
3.
Membuat
Klub / Organisasi Sosial (社会組織)
Selain belajar,
para orang-orang tua ini juga mendirikan klub/ organisasi sosial untuk membantu
orang lain yang membutuhkan secara ikhlas (contohnya menyeberangkan
anak-anak sekolah di jalan, atau membantu para mahasiswa/pasangan mahasiswa
mendapatkan pekerjaan, mengajarkan bahasa Jepang secara gratis kepada orang
asing, menemani orang sakit / orang tua dengan sukarela. Disekitar kampus ane
mereka juga mendirikan organisasi untuk pertukaran budaya.
4.
Travelling
(走行)
Dengan adanya
sistem pembayaran pensiun / tunjangan kepada para orang tua di Jepang, maka
mereka dapat tenang menghabiskan masa tuanya dengan menikmati tunjangan/
pensiun yang diberikan oleh negara. Dari Survey yang ane lakukan, 91%
orang-orang Jepang ini pernah jalan-jalan ke luar negeri. Orang Indonesia
bagaimana ya?
Jika tidak
mempunyai acara, untuk mengisi waktu senggang, para siswa Jepang biasanya
menghubungi temannya untuk mengobrol tentang sekolah, film, toko yg terkenal,
dsb.
5.
Bersepeda
(自転車)
Sepeda merupakan alat transportasi yang murah meriah di
Jepang, bahkan jumlah sepeda lebih banyak dari jumlah mobil dan sepeda motor
pribadi.
Selain berjalan kaki, siswa sekolah juga banyak yang ke sekolah
menggunakan sepeda. TIDAK ADA siswa sekolah (SD, SMP dan SMA) yang bawa sepeda
motor apalagi mobil.
Hal itu sangat dilarang keras oleh pihak sekolah,
meskipun untuk membuat SIM sepeda motor 50 cc atau yang disebut Gentsuki
persyaratannya minimal usia 17 tahun (Prefektur Gifu).
Kebiasaan dalam keluarga di Jepang
Orang jepang selalu terlihat misterius. Mereka biasanya
jarang tersenyum, kaku dan terlihat sering saling tingkah. Mengetahui ada apa
dibalik kebiasaan yang sering dilakukan mungkin dapat sedikit menyibak
kemisteriusannya. Kimono, sumo, sumpit dan sake adalah empat hal yang selalu
berkaitan dengan Jepang. Ketiga hal itu juga banyak mempengaruhi cara hidup
mereka.
Kimono misalnya, baju
tradisional ini ternyata bukan sekedar penutup tubuh. Banyak falsafah hidup
yang terkandung di dalamnya. Mengenakan kimono tidak boleh sembarang. Ada
aturan baku yang harus diikuti. Tidak hanya itu, banyak hal unik yang dilakukan
masyarakat berkaitan dengan hal-hal tersebut.
Sumpit
Sumpit tidak bisa dipisahkan
dalam tata cara makan. Sebagian besar orang Jepang akan mematahkan sumpitnya menjadi dua
bagian selesai makan. Menurut adat, apabila sumpit tidak dipatahkan, mereka
akan terserang suatu penyakit akibat makanan tersebut. Namun, saat ini tradisi
tersebut hanya dilakukan saat bersantap di restoran. Untuk bersantap di rumah,
setiap anggota keluarga menyimpan sendiri sumpit masing-masing. Bertukar sumpit
tabu dilakukan karena dapat dianggap membawa sial.
Sumo
Kita mungkin bertanya mengapa
pemain Sumo selalu berbadan gendut dan besar. Memang , syarat utama pemain Sumo
adalah, lelaki dengan struktur tulang besar, dan mampu dan mau menambah berat
badannya. tidak semua pemain sumo besar sejak kecil. Malah, banyak yang menjadi
besar dan gendut setelah masuk pelatihan khusus. Ketika seseorang sudah diterima
sebagai pemain sumo, ia harus mampu menjaga “kebesaran” badannnya.
Sake
Minuman tradisional ini harus
diminum dalam cangkir yang kecil. Hal ini berkaitan dengan tradisi Jepang Kuno.
Nenek moyang mereka selalu makan dengan tempat yang terbuat dari kulit kerang
besar. Sedangkan kulit kerang kcil digunakan sebagai cawan air. Maka, saat ini
minuman harus selalu ditempatkan di wadah kecil. Sedangkan makanan dalam wadah
yang lebih besar. Setiap orang yang hendak minum, harus menuangkannya untuk
temannya terlebih dulu. Pada acara minum, pantang menuangkannya untuk diri
sendiri.
Membedakan Nama Keluarga dan Nama Aslinya
Orang Jepang
Sebelum zaman Meiji (1868-1912),
penggunaan nama keluarga adalah sesuatu yang jarang dilakukan kecuali oleh
keluarga samurai, bangsawan, pedagang, dan pekerja seni. Rakyat jelata yang
menjadi mayoritas masyarakat pada saat itu ditunjukkan oleh nama pemberian
mereka dan wilayah tempat mereka berasal. Selama berlangsungnya zaman Meiji,
pemerintah bakufu dengan pengesahan dari Tenno Meiji menjadikan penggunaan nama
keluarga ini wajib bagi setiap orang dan mereka harus memilih nama keluarga
dari daftar huruf kanji yang belum
disahkan seperti sekarang
Mayoritas nama keluarga Jepang terdiri dari satu atau dua
kanji yang sebagian besar merupakan petunjuk geografis seperti sungai (kawa),
gunung (yama), atau hutan (mori) juga kata sifat yang menggambarkan sesuatu
yang mudah dihafal seperti kanji satu (ichi), kecil (koba), atau bambu (take).
Nama keluarga muncul dengan beragam frekuensi di beberapa daerah; contohnya,
nama keluarga Chinen (知念), Higa (比嘉), dan Shimabukuro (島袋) sangat umum di Okinawa tapi tidak di daerah; sebagian
besar karena perbedaan bahasa dan budaya antara orang Yamato (kelompok etnis
asli dominan di Jepang) dan orang Okinawa. Di Jepang, memanggil seseorang
dengan nama keluarga bahkan di antara teman menjadi sebuah kebiasaan. Sama
ketika menulis nama seseorang, nama keluarga selalu disimpan sebelum nama
pemberian (nama depan). Banyak orang Jepang yang tersinggung ketika nama depan
dan nama belakang mereka dipertukarkan seenaknya.
Berdasarkan Kamus Nama Keluarga Jepang (日本苗字大辞典) yang dikeluarkan Juli 1996, terdapat 291.129 nama keluarga
yang berbeda di Jepang. Jika nama-nama keluarga tersebut dilafalkan atau
dilatinkan sama tapi ditulis dengan huruf kanji yang berbeda maka dihitung
sebagai nama keluarga yang berbeda pula, dari sini dipercaya terdapat kira-kira
300.000 nama keluarga di Jepang. Sepuluh nama keluarga dipakai sekitar 10%
populasi, dan 7000 nama keluarga yang paling sering dipakai melingkupi lebih
dari 96%. Sedangkan, 100 nama keluarga yang paling sering digunakan di bawah
melingkupi hampir satu pertiga populasi.
Nama Jepang modern terdiri dari nama keluarga, diikuti oleh nama
panggilan,m nama tengah tidak dikenal di Jepang. Setelah nama gelar seperti san,
mirip dengan tuan atau nyonya, atau sensei, mirip dengan Dokter atau
Guru, juga digunakan. Dalam bahasa Indonesia, setara dengan sebutan Bapak atau
Ibu atau Dokter. Contoh: Tanaka-san, bisa berarti Bapak Tanaka, atau Ibu
Tanaka, atau Saudara Tanaka. Gelar ini digunakan untuk memanggil orang lain, bukan
diri sendiri. Misalnya jika seseorang bernama Budi, seyogyanya jangan
memperkenalkan dirinya sebagai 'saya Budi-san' sebab nanti akan ditertawakan.
Nama
keluarga Jepang harus ditulis dalam aksara Kanji, tidak ada nama keluarga
Jepang yang tidak mempunyai Kanji. Nama panggilan juga biasanya ditulis dalam
aksara Kanji meskipun tidak selalu. Ada juga orang Jepang yang menggunakan
huruf hiragana atau katakana saja untuk nama panggilannya. Suatu tulisan kanji
dari sebuah nama dapat memiliki beberapa kemungkinan pengucapan. Nama Jepang
biasanya juga mempunyai marga seperti halnya nama Tionghoa.
Bahasa Jepang menggunakan sufiks yang luas ketika menyebut
atau memanggil orang. Gelar kehormatan ini adalah gender-netral dan dapat
digunakan baik pada nama pertama atau nama keluarga.
Ketika memanggil atau menyebut seseorang dengan nama dalam
bahasa Jepang, suatu akhiran kehormatan biasanya ditambahkan dibelakang nama.
Tidak menggunakan gelar kehormatan - atau disebut yobisute
mengindikasikan bahwa ada hubungan intim dan biasanya digunakan untuk pasangan,
anggota keluarga yang lebih mudah, sahabat dekat, meskipun dalam tim olahraga
atau sesama teman kelas hal ini bisa dimaklumi dengan memanggil nama keluarga
saja tanpa gelar kehormatan tersebut. Ketika menyebutkan orang ketika, gelar
ini digunakan kecuali saat menyebutkan anggota keluarga sendiri saat berbicara
kepada bukan anggota keluarga, atau saat menyebutkan anggota dari perusahaan
sendiri saat berbicara pada pelanggan atau seseorang dari perusahaan lain.
Gelar kehormatan tidak digunakan untuk diri sendiri, kecuali jika bersikap
sombong (lihat ore-sama, dibawah), merasa imut (lihat chan), atau
saat berbicara pada anak kecil, untuk mengajari berbicara sopan dengan orang
lain saat menyebut nama.
Gaya Asuh Anak di Jepang
Pola asuh yang diterapkan tiap
keluarga berbeda dan unik. Inilah cerita Tai Horikawa, warga negara Jepang
tentang perannya sebagai Ayah bagi Hana Horikawa (5) dan Sora Horikawa (2), dan
pola asuh yang diterapkan di keluarganya.
Menjadi ayah berarti mendapat tanggung jawab lebih dan kehilangan
kebebasan. Ini fase yang sangat penting sebagai laki-laki. Saya merasakan
ikatan dan rasa saling tergantung dalam sebuah kelompok. Hal yang paling
menakjubkan adalah saya bisa belajar banyak dari anak saya.
Saya merasakan cinta yang tulus pada anak. Di luar rumah, Saya adalah "orang
bisnis" yang sangat perhitungan ketika berhubungan dengan klien. Tapi
dengan anak, semua pemberian saya tanpa menuntut balas. Kalau dibalas
saya senang dan bersyukur, kalau tidak juga tak masalah.
Ada cuti melahirkan untuk ayah di Jepang, jadi tidak hanya ibu yang punya hak
cuti. Lamanya tergantung kebijakan perusahaan. Biasanya satu sampai dua bulan.
Ibu berhak mengambil cuti satu tahun setelah anak lahir dan bisa kembali
bekerja seperti biasa. Meski begitu, jarang lelaki Jepang mengambil hak cuti
untuk mengurus anaknya karena etos kerja yang tinggi.
Weekdays bagi saya adalah bekerja, sementara anak-anak bersama ibunya.
Saat weekend adalah waktu yang saya manfaatkan semaksimal mungkin. Kami
makan bersama di restoran, jalan-jalan ke pusat rekreasi seperti Taman Mini
Indonesia Indah atau Taman Safari. Di Indonesia, istri saya, Tomoko,
tidak bekerja, sementara di Jepang, ia bekerja. Di Jepang, anak kami titipkan
di daycare. Biayanya mahal tapi ada bantuan dari pemerintah. Di Jepang,
karena istri saya bekerja, kami berbagi tugas untuk menjaga anak kami. Di
Indonesia tugas istri saya untuk menjaga anak.
Soal mengajarkan disiplin, Saya ayah yang fleksibel. Kalau anak-anak biasanya tidur
jam 8, tidak apalah ia tidur lebih malam saat weekend atau saat kami
berkunjung ke rumah teman atau kerabat. Ketika anak paham diajak bicara, saya
jelaskan padanya mengapa aturan dibutuhkan. Di Jepang, orang yang
merasa belum makmur harus menerapkan disiplin keras pada diri dan keluarganya.
Tapi bila ia sudah merasa berkecukupan, ia akan lebih fleksibel.
Ada tipe keluarga yang membiasakan bayi mereka tidur sendiri
sejak lahir. Tidak dengan keluarga kami. Saya dan istri bertiga tidur dengan
bayi di satu kasur. Menurut saya itu bisa memperkuat bonding antara orangtua
dengan anak. Saya tidak pernah bangun malam, istri saya yang bangun malam.
Sampai anak agak besar, dia pindah ke tempat tidurnya sendiri tapi masih satu
kamar dengan kami. Anak ke dua tidur bertiga dengan kami juga. Di Jepang,
anak mendapat kamar sendiri ketika usianya 6 tahun.
Saya punya cara sendiri menghadapi tantrum anak. Saat anak ngamuk, Saya biarkan dia
marah sampai puas, setelah itu saya bantu menenangkannya dengan mengalihkan
perhatian pada hal lain. Ketika dia memaksa meminta sesuatu sampai
menangis, saya lihat dulu apakah ia benar-benar sangat menginginkannya. Akan
saya pertimbangkan kalau ia memang benar-benar menginginkannya dan menunjukkan
usaha sampai dapat. Menurut saya, tantrum atau marah cara anak berekspresi.
Kami punya kebiasaan penting di meja makan. Sejak dini anak-anak dibiasakan untuk
mengucapkan terima kasih dan hormat pada makanan yang disajikan. Sebelum makan
kami mengucapkan "itadakimasu" dan saling membungkuk. Selesai makan
kami mengucapkan "gochisousamadeshita." Itu adalah ungkapan terima
kasih kepada orang yang telah membuat makanan sampai tersaji dengan rasa
yang lezat. Anak perempuan saya, Hana, biasanya ikut membantu ibunya mengatur
meja. Ia senang sekali meniru apa yang dilakukan ibunya. Jika ada anak atau
orang lain yang tidak sopan dengan makanan di meja ia akan diberi peringatan.
Jika tidak mendengarkan dia akan dihukum dengan tidak diberikan dessert
setelahnya.
Nama-Nama Panggilan dalam Bahasa Jepang
MEMANGGIL SAUDARA YANG SEKANDUNG
·
(ワンちゃん) One-chan :
Kakak perempuan
·
(お兄ちゃん) Onii-chan : Kakak laki-laki
·
(お母さん) Okaa-san :
Ibu / Mama
·
(お父さん Otou-san : Ayah / Papa
·
(おじいちゃん) Ojii-chan : Kakek
·
(大場ちゃん) Obaa-chan :
Nenek
·
(王子ちゃん) Oji-chan : Paman
·
(おばちゃん) Oba-chan : Bibi
·
(くん) -kun : Adik laki-laki
·
(ちゃん) -chan : Adik perempuan
MEMANGGIL SAUDARA YANG TIDAK SEKANDUNG
·
(お姉さん) Onee-san :
Kakak perempuan (milik orang lain)
·
(お兄ちゃんさん) Onii-san : Kakak laki-laki (milik orang lain)
·
(お母さん) Okaa-san :
Ibu (milik orang lain)
·
(お父さん) Otou-san :
Ayah (milik orang lain)
·
(おじいさん) Ojii-san :
Kakek (milik orang lain)
·
(おばさん) Obaa-san :
Nenek (milik orang lain)
·
(おじさん) Oji-san :
Paman (milik orang lain)
·
(大場さん) Oba-san : Bibi (milik orang lain)
·
(おいさん) Otouto-san : Adik laki-laki (milik orang lain)
·
(妹さん) Imouto-san : Adik
perempuan (milik orang lain)
MACAM-MACAM PANGGILAN UNTUK SESEORANG
·
(nama)-sama
: Peringkat paling tinggi.
Dipakai untuk orang yang lebih tua/lebih tinggi derajatnya
·
(nama)-dono :
Setingkat dibawah -sama, tapi juga menandakan rasa hormat
·
(nama)-sensei :
Guru/Dokter
·
(nama)-sempai :
Senior
·
(nama)-san
: Untuk normal, biasanya buat
yang baru ketemu/belum akrab
·
(nama)-chan :
Untuk anak kecil atau orang yang udah akrab
·
(nama)-kun :
Untuk laki-laki
·
(nama)-han :
Normal untuk logat kansai (Kalau tidak salah)
KATA GANTI ORANG
·
(わたくし) Watakushi :
Saya (Sangat formal)
·
(わたし) Watashi : Saya (Formal)
·
(アタシ) Atashi :
Aku (Perempuan), Kesannya perempuan kalem
·
(ぼく) Boku :
Aku (Laki-laki)
·
(鉱石) Ore :
Gue/Aku (Gaul)
·
(ぼくたち) Bokutachi :
Kami
·
(ぼくら) Bokura : Mereka
·
(キミ) Kimi : Kamu (Biasa)
·
(アナタ) Anata : Kamu (Penggunaan yang satu
ini harus hati-hati!)
·
(大前) Omae : Kau! (Sangat kasar)
·
(わたしたち) Watashi-tachi: Kami
·
(アナタ - 太刀) Anata-tachi : Kalian
·
(あいつ) Aitsu :
Dia ~ (カレー) Kare : Dia laki-laki
·
(な彼女) Kanojo : Dia perempuan
·
(あいつ、舘) Aitsu-tachi : Mereka
Tambahan
: Semua kata subjek (Watashi/Ore/Boku/Kimi/Anata dan lain-lain) ditambahkan
(Saya, Kamu, dan lain-lainnya) berarti jamak.
Contohnya:
·
(わたしたち) Watash-itachi :
Kami
·
(アナタ - 太刀) Anata-tachi :
Kalian
Pemakaian
kata ganti di atas harus lihat situasi dan kondisi. Perhatikan lawan bicara,
berkata tuturlah yang baik dan sopan kepada orang yang lebih tua
Kebiasaan Anak-Anak Jepang
Bangun pagi, kemudian
dilanjutkan dengan mandi, ibadah, sarapan pagi dan kemudian memakai seragam dan
berangkat sekolah. Bel sekolah biasanya pukul setengah 7 pagi hingga setengah
8. Lalu dimulailah proses kegiatan belajar mengajar. Menjelang siang hari,
kurang lebih jam 10 pagi, biasanya istirahat selama 30-45 menit, setelah itu
proses kegiatan belajar mengajar dimulai lagi hingga siang dan bel pulang
sekolah berdering ketika siang hari.
Begitulah aktivitas rutin
sekolah di Indonesia, untuk libur sendiri biasanya setelah masa-masa ujian atau
libur hari raya. Kami yakin bahwa Anda pernah mengalami masa-masa seperti ini
dan saat ini rutinitas seperti itu dialami oleh buah hati Anda bukan?
Pernahkah Anda berpikir bahwa
kebiasaan dan rutinitas seperti itu tidak dialami oleh sekolah di negara lain?
Bahkan di tiap negara tentu berbeda aktivitas serta rutinitasnya dalam
bersekolah, pengen tau bagaimana detailnya? Dalam artikel ini kami merangkum
beberapa rutinitas sekolah di Jepang.
Sekolah Berjalan Kaki
Pernah menyaksikan serial Doraemon?
Jika iya, tentu pernah menyaksikan si Nobita bangun kesiangan,
dan buru-buru ke sekolah. Tak pernah sekalipun Anda mendapati Nobita ke sekolah
naik mobil bukan? Termasuk Suneo, walaupun dia kaya raya, dia
ke sekolah dengan berjalan kaki.
Ya, begitulah negara Jepang.
Untuk jenjang SD-SMP sekolah ditentukan oleh Pemerintah di sana. Orang tua
harus mendaftarkan anaknya bersekolah di Balai Kota, nah Pemerintahnya lah yang
menentukan di mana anak tersebut nantinya bersekolah. Jarak antara rumah dan
sekolah menjadi salah satu faktor penentu, dan anak wajib berjalan kaki ke
sekolah, tidak terlalu jauh, jadi tidak ada tuh macet akibat orang tua
mengantarkan anaknya ke sekolah.
Tidak Ada Sekolah Favorit
Dengan diaturnya anak bersekolah di mana, artinya
tidak ada sekolah favorit. Semua sekolah rata, tidak ada para orang tua rebutan
cari sekolah favorit untuk anaknya.
Tidak Berseragam dan Tidak Ada Upacara
Bendera
Di Jepang juga tidak perlu
upacara sekolah, tapi soal nasionalisme anak-anak Jepang jangan ditanya. Di SD
juga anak-anak tidak perlu memakai seragam sekolah, kecuali pada saat pelajaran
olah raga saja. Tetapi hal ini sepertinya tidak berlaku di semua sekolah.
Tas Sekolah yang Sama
Ingat dengan tas Nobita? tas
punggung berbentuk kotak dan berwarna hitam? Kira-kira gambarnya seperti gambar
di bawah ini.
Percaya tidak percaya, untuk
jenjang SD semua muridnya memiliki tas seperti gambar di bawah ini, Yang
membedakan hanyalah warnanya, biru dan hitam untuk laki-laki, serta untuk anak
perempuan bisa warna-warni. Uniknya lagi, tas seperti ini harganya mahal lho,
sekitar 3000 yen atau jika dirupiahkan kira-kira 3,5 juta rupiah. Wow! Meski
mahal, tas ini bergaransi selama 6 tahun dan hanya sekali pakai, tidak bisa
diwariskan ke adiknya nanti. Artinya tas ini akan dipakai selama anak duduk di
bangku SD. Unik ya? Jadi bisa dibayangkan, tidak akan terjadi beli membeli tas
setiap tahun pelajaran baru seperti kebiasaan di Indonesia.
Waktu Pembagian Jam Pelajaran
Jam pelajaran SD dimulai pada
jam 8 sampai jam 4 sore. Mata pelajarannya hanya Matematika, Bahasa Jepang,
Seni, Olah Raga dan Lifeskill. Dari kelas 1 SD sampai kelas 2 SD,
pelajaran Matematika hanya berkutat pada penambahan, pengurangan, perkalian dan
pembagian, ini terus diulang terus menerus hingga paham. Sementara untuk
pelajaran Bahasa Jepang, ditargetkan untuk menghafal huruf Kanji. Dan
untuk pelajaran IPA, murid langsung terjun ke alam.
Buku Project
Saat liburan musim panas
(selama 45 hari), semua murid diwajibkan membaca dan menyelesaikan satu
bukuproject. Project ini kemudian wajib dibuat dan itu
dinilai sebagai tugas sekolah
Tidak Boleh Membawa Gadget
Walaupun Jepang termasuk negara
yang canggih, namun murid di sekolah dilarang membawa gadget. Bentuk
komunikasi dari keluarga ke anak yang berada di sekolah ketika sewaktu-waktu
ingin menghubunginya semua lewat satu pintu, yakni sekolah. Ini termasuk salah
satu bentuk kesederhanaan negara Jepang selain berjalan kaki ke sekolah tadi.
Nah, itulah berbagai kebiasaan
unik sistem pendidikan di Jepang, banyak yang bisa kita ambil dari Negara ini
ternyata.
Perbedaan Mencolok Antara Budaya Jepang dengan
Indonesia
1. Ketika di kendaraan umum:
Jepang: Orang-orang pada baca buku atau tidur.
Indonesia: Orang-orang pada ngobrol, ngegosip, ketawa-ketiwi
cekikikan, ngelamun, dan tidur.
2. Ketika makan dikendaraan umum:
Jepang: Sampah sisa makanan disimpan ke dalam saku celana
atau dimasukkan ke dalam tas, kemudian baru dibuang setelah nemu tong sampah.
Indonesia: Dengan wajah tanpa dosa, sampah sisa makanan
dibuang gitu aja di kolong bangku/dilempar ke luar jendela.
3. Ketika dikelas:
Jepang: Yang kosong adalah bangku kuliah paling belakang.
Indonesia: Yang kosong adalah bangku kuliah paling depan.
4. Ketika dosen memberikan kuliah:
Jepang: Semua mahasiswa sunyi senyap mendengarkan dengan
serius.
Indonesia: Tengok ke kiri, ada yang ngobrol. Tengok ke
kanan, ada yg baca komik. Tengok ke belakang, pada tidur. Cuma barisan depan
aja yang anteng dengerin, itu pun karena duduk pas di depan hidung dosen!
5. Ketika diberi tugas oleh dosen:
Jepang: Hari itu juga siang atau malemnya langsung nyerbu perpustakaan
atau browsing internet buat cari data.
Indonesia: Kalau masih ada hari esok, ngapain dikerjain hari
ini!
6. Ketika terlambat masuk kelas:
Jepang: Memohon maaf sambil membungkukkan badan 90 derajat,
dan menunjukkan ekspresi malu dan menyesal gak akan mengulangi lagi.
Indonesia: Slonong boy & slonong girl masuk gitu aja
tanpa bilang permisi ke dosen sama sekali.
7. Ketika dijalan raya:
Jepang: Mobil sangat jarang (kecuali di kota besar). Padahal
jepang kan negara produsen mobil terbesar di dunia, mobilnya pada ke mana ya?
Indonesia: Jalanan macet, sampai-sampai orang susah nyebrang
& sering keserempet motor yg jalannya ugal-ugalan.
8. Ketika jam kantor:
Jepang: Jalanan sepiiiii banget, kayak kota mati.
Indonesia: Ada Oknum pake seragam coklat2 pada keluyuran di
mall-mall.
9. Ketika buang sampah:
Jepang: Sampah dibuang sesuai jenisnya. Sampah organik
dibuang di tempat sampah khusus organik, sampah non organik dibuang di tempat
sampah non organik.
Indonesia: Mau organik kek, non organik kek, bangke binatang
kek, semuanya tumplek jadi satu dalam kantong kresek. (make it simple hahahaa)
10. Ketika berangkat kantor:
Jepang: Berangkat naik kereta/bus kota. Mobil cuma dipakai
saat acara liburan keluarga atau acara yang bersifat mendesak aja.
Indonesia: Gengsi dooonk... Masa naik angkot?!
11. Ketika janjian ketemu:
Jepang: Ting...tong... semuanya datang tepat pada jam yg
disepakati.
Indonesia: Salah satu pihak pasti ada dibiarkan sampai
berjamur & karatan gara-gara kelamaan nunggu!
12. Ketika berjalan dipagi hari:
Jepang: Orang-orang pada jalan super cepat kayak dikejar
doggy, karena khawatir telat ke tempat kerja atau sekolah.
Indonesia: Nyantai aja cyinn...! Si boss juga paling
datangnya telat!
Aturan dalam keluarga Jepang
1. Orang
jepang terkenal dengan Tata Krama dan kesopanannya. kita bisa
melihat mereka mengeluarkan “sisi liarnya” dalam 2 kondisi yaitu: ketika mereka
mabok dan ketika mereka sedang berlarian masuk ke dalam kereta yang udah mau
berangkat.
2. Di
Jepang angka 4 dan 9 sangat di benci , karena 4 di baca "shi"
yang arti nya "mati" dan 9 yang di baca "ku"
yang arti nya sengsara dan alasan itu juga mengapa Nokia tidak
mengeluarkan Symbian 4th edition . Dari Symbian 3rd edition langsung meloncat
ke Symbian 5th edition.
3. Orang
Jepang menyukai angka "8". Harga-harga barang kebanyakan berakhiran
"8". misalnya susu dengan harga 198 yen. Tapi karena aturan sekarang
ini mengharuskan harga barang yang dicantumkansudah harus memasukkan pajak,
jadi mungkin kebiasaan ini akan hilang. Pasar Yaoya tulisan kanjinya
berbunyi happyaku-ya atau toko 800.
4. Seseorang
boleh membonceng dengan sepeda apabila umur nya sudah di atas 16 tahun lalu
tidak boleh membonceng seseorang dan kalau pun boleh , yang di bonceng itu di
bawah 1 tahun , jika melanggar dapat di denda 20 ribu yen.
5. Taxi
di Jepang biasa nya yang membuka dan menutup pintu adalah Supir , sedangkan
penumpang tidak di perbolehkan untuk membuka dan menutup pintu taxi.
6. Sama
dengan orang Indonesia, Orang Jepang mengumbar kata “cinta“.
jadi untuk menyatakan perasaan sayang mereka memakai kata “suka”.
cinta bermakna lebih dalam dan dipake ketika sudah menikah dll.
7. Di
Jepang , salah satu cara minta maaf yang paling tepat adalah bunuh diri , tidak
heran banyak tentara Jepang yang mati bunuh diri karena kalah perang.
8. Di
Jepang kebanyakan orang nya tak beragama/atheis , tetapi walaupun atheis ,
mereka sangat mematuhi peraturan yang berlaku.
9. Kalau
musim panas, drama di TV seringkali menampilkan hal-hal yang berbau seram
(horror).
10. Di
Jepang siswa dari kelas satu sampai enam pendidikan dasar (SD) harus belajar
etika dalam berurusan dengan orang.
Kehidupan Keseharian di Jepang
1. KERJA KERAS
Sudah menjadi rahasia umum bahwa bangsa Jepang
adalah pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450
jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris
(1911 jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun).
Seorang pegawai di Jepang bisa menghasilkan sebuah mobil dalam 9 hari,
sedangkan pegawai di negara lain memerlukan 47 hari untuk membuat mobil yang
bernilai sama. Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa melakukan pekerjaan
yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh
dikatakan “agak memalukan” di Jepang, dan menandakan bahwa pegawai tersebut
termasuk “yang tidak dibutuhkan” oleh perusahaan. Di kampus, professor juga
biasa pulang malam (tepatnya pagi ), membuat mahasiswa nggak enak pulang
duluan. Fenomena Karoshi (mati karena kerja keras) mungkin hanya ada di Jepang.
Sebagian besar literatur menyebutkan bahwa dengan kerja keras inilah sebenarnya
kebangkitan dan kemakmuran Jepang bisa tercapai.
2. MALU
Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun
bangsa Jepang. Harakiri (bunuh diri dengan menusukkan pisau ke perut) menjadi
ritual sejak era samurai, yaitu ketika mereka kalah dan pertempuran. Masuk ke
dunia modern, wacananya sedikit berubah ke fenomena “mengundurkan diri” bagi
para pejabat (mentri, politikus, dsb) yang terlibat masalah korupsi atau merasa
gagal menjalankan tugasnya. Efek negatifnya mungkin adalah anak-anak SD, SMP
yang kadang bunuh diri, karena nilainya jelek atau tidak naik kelas. Karena malu
jugalah, orang Jepang lebih senang memilih jalan memutar daripada mengganggu
pengemudi di belakangnya dengan memotong jalur di tengah jalan. Bagaimana
mereka secara otomatis langsung membentuk antrian dalam setiap keadaan yang
membutuhkan, pembelian ticket kereta, masuk ke stadion untuk nonton sepak bola,
di halte bus, bahkan untuk memakai toilet umum di stasiun-stasiun, mereka
berjajar rapi menunggu giliran. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila
mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.
3. HIDUP HEMAT
Orang Jepang memiliki semangat hidup hemat
dalam keseharian. Sikap anti konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai
bidang kehidupan. Di masa awal mulai kehidupan di Jepang, saya sempat
terheran-heran dengan banyaknya orang Jepang ramai belanja di supermarket pada
sekitar jam 19:30. Selidik punya selidik, ternyata sudah menjadi hal yang biasa
bahwa supermarket di Jepang akan memotong harga sampai separuhnya pada waktu
sekitar setengah jam sebelum tutup. Seperti diketahui bahwa Supermarket di
Jepang rata-rata tutup pada pukul 20:00. Contoh lain adalah para ibu rumah
tangga yang rela naik sepeda menuju toko sayur agak jauh dari rumah, hanya
karena lebih murah 20 atau 30 yen. Banyak keluarga Jepang yang tidak memiliki
mobil, bukan karena tidak mampu, tapi karena lebih hemat menggunakan bus dan
kereta untuk bepergian. Termasuk saya dulu sempat berpikir kenapa pemanas
ruangan menggunakan minyak tanah yang merepotkan masih digandrungi, padahal
sudah cukup dengan AC yang ada mode dingin dan panas. Alasannya ternyata satu,
minyak tanah lebih murah daripada listrik. Professor Jepang juga terbiasa naik
sepeda tua ke kampus, bareng dengan mahasiswa-mahasiswanya.
4. LOYALITAS
Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan
berjalan dan tertata dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan
Eropa, sangat jarang orang Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan. Mereka
biasanya bertahan di satu atau dua perusahaan sampai pensiun. Ini mungkin
implikasi dari Industri di Jepang yang kebanyakan hanya mau menerima fresh
graduate, yang kemudian mereka latih dan didik sendiri sesuai dengan bidang
garapan (core business) perusahaan. Kota Hofu mungkin sebuah contoh nyata. Hofu
dulunya adalah kota industri yang sangat tertinggal dengan penduduk yang
terlalu padat. Loyalitas penduduk untuk tetap bertahan (tidak pergi ke luar
kota) dan punya komitmen bersama untuk bekerja keras siang dan malam akhirnya
mengubah Hofu menjadi kota makmur dan modern. Bahkan saat ini kota industri terbaik
dengan produksi kendaraan mencapai 160.000 per tahun.
5. INOVASI
Jepang bukan bangsa penemu, tapi orang Jepang
mempunyai kelebihan dalam meracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam
bentuk yang diminati oleh masyarakat. Menarik membaca kisah Akio Morita yang
mengembangkan Sony Walkman yang melegenda itu. Cassete Tape tidak ditemukan
oleh Sony, patennya dimiliki oleh perusahaan Phillip Electronics. Tapi yang
berhasil mengembangkan dan membundling model portable sebagai sebuah produk yang
booming selama puluhan tahun adalah Akio Morita, founder dan CEO Sony pada masa
itu. Sampai tahun 1995, tercatat lebih dari 300 model walkman lahir dan jumlah
total produksi mencapai 150 juta produk. Teknik perakitan kendaraan roda empat
juga bukan diciptakan orang Jepang, patennya dimiliki orang Amerika. Tapi
ternyata Jepang dengan inovasinya bisa mengembangkan industri perakitan
kendaraan yang lebih cepat dan murah. Mobil yang dihasilkan juga relatif lebih
murah, ringan, mudah dikendarai, mudah dirawat dan lebih hemat bahan bakar.
Perusahaan Matsushita Electric yang dulu terkenal dengan sebutan “maneshita”
(peniru) punya legenda sendiri dengan mesin pembuat rotinya. Inovasi dan ide
dari seorang engineernya bernama Ikuko Tanaka yang berinisiatif untuk meniru
teknik pembuatan roti dari sheef di Osaka International Hotel, menghasilkan
karya mesin pembuat roti (home bakery) bermerk Matsushita yang terkenal itu.
6. PANTANG MENYERAH
Sejarah membuktikan bahwa Jepang termasuk
bangsa yang tahan banting dan pantang menyerah. Puluhan tahun dibawah
kekaisaran Tokugawa yang menutup semua akses ke luar negeri, Jepang sangat
tertinggal dalam teknologi. Ketika restorasi Meiji (meiji ishin) datang, bangsa
Jepang cepat beradaptasi dan menjadi fast-learner. Kemiskinan sumber daya alam
juga tidak membuat Jepang menyerah. Tidak hanya menjadi pengimpor minyak bumi,
batubara, biji besi dan kayu, bahkan 85% sumber energi Jepang berasal dari
negara lain termasuk Indonesia. Kabarnya kalau Indonesia menghentikan pasokan
minyak bumi, maka 30% wilayah Jepang akan gelap gulita Rentetan bencana terjadi
di tahun 1945, dimulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, disusul dengan
kalah perangnya Jepang, dan ditambahi dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo.
Ternyata Jepang tidak habis. Dalam beberapa tahun berikutnya Jepang sudah
berhasil membangun industri otomotif dan bahkan juga kereta cepat (shinkansen).
Mungkin cukup menakjubkan bagaimana Matsushita Konosuke yang usahanya hancur
dan hampir tersingkir dari bisnis peralatan elektronik di tahun 1945 masih
mampu merangkak, mulai dari nol untuk membangun industri sehingga menjadi
kerajaan bisnis di era kekinian. Akio Morita juga awalnya menjadi tertawaan
orang ketika menawarkan produk Cassete Tapenya yang mungil ke berbagai negara
lain. Tapi akhirnya melegenda dengan Sony Walkman-nya. Yang juga cukup unik
bahwa ilmu dan teori dimana orang harus belajar dari kegagalan ini mulai
diformulasikan di Jepang dengan nama shippaigaku (ilmu kegagalan). Kapan-kapan
saya akan kupas lebih jauh tentang ini.
7. BUDAYA BACA
Jangan kaget kalau anda datang ke Jepang dan
masuk ke densha (kereta listrik), sebagian besar penumpangnya baik anak-anak
maupun dewasa sedang membaca buku atau koran. Tidak peduli duduk atau berdiri,
banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk membaca. Banyak penerbit yang
mulai membuat man-ga (komik bergambar) untuk materi-materi kurikulum sekolah
baik SD, SMP maupun SMA. Pelajaran Sejarah, Biologi, Bahasa, dsb disajikan
dengan menarik yang membuat minat baca masyarakat semakin tinggi. Saya pernah
membahas masalah komik pendidikan di blog ini. Budaya baca orang Jepang juga
didukung oleh kecepatan dalam proses penerjemahan buku-buku asing (bahasa
inggris, perancis, jerman, dsb). Konon kabarnya legenda penerjemahan buku-buku
asing sudah dimulai pada tahun 1684, seiring dibangunnya institut penerjemahan
dan terus berkembang sampai jaman modern. Biasanya terjemahan buku bahasa
Jepang sudah tersedia dalam beberapa minggu sejak buku asingnya diterbitkan.
Saya biasa membeli buku literatur terjemahan bahasa Jepang karena harganya
lebih murah daripada buku asli (bahasa inggris).
8. KERJASAMA KELOMPOK
Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi
kerja-kerja yang terlalu bersifat individualistik. Termasuk klaim hasil
pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau kelompok tersebut. Fenomena ini
tidak hanya di dunia kerja, kondisi kampus dengan lab penelitiannya juga
seperti itu, mengerjakan tugas mata kuliah biasanya juga dalam bentuk kelompok.
Kerja dalam kelompok mungkin salah satu kekuatan terbesar orang Jepang. Ada
anekdot bahwa “1 orang professor Jepang akan kalah dengan satu orang professor
Amerika, hanya 10 orang professor Amerika tidak akan bisa mengalahkan 10 orang
professor Jepang yang berkelompok”. Musyawarah mufakat atau sering disebut dengan
“rin-gi” adalah ritual dalam kelompok. Keputusan strategis harus dibicarakan
dalam “rin-gi”.
9. MANDIRI
Sejak usia dini anak-anak dilatih untuk
mandiri. Irsyad, anak saya yang paling gede sempat merasakan masuk TK (Yochien)
di Jepang. Dia harus membawa 3 tas besar berisi pakaian ganti, bento (bungkusan
makan siang), sepatu ganti, buku-buku, handuk dan sebotol besar minuman yang
menggantung di lehernya. Di Yochien setiap anak dilatih untuk membawa
perlengkapan sendiri, dan bertanggung jawab terhadap barang miliknya sendiri.
Lepas SMA dan masuk bangku kuliah hampir sebagian besar tidak meminta biaya
kepada orang tua. Teman-temen seangkatan saya dulu di Saitama University
mengandalkan kerja part time untuk biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari.
Kalaupun kehabisan uang, mereka “meminjam” uang ke orang tua yang itu nanti
mereka kembalikan di bulan berikutnya.
10. JAGA TRADISI
Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak
membuat bangsa Jepang kehilangan tradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang
sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada dan hidup sampai saat ini. Budaya
minta maaf masih menjadi reflek orang Jepang. Kalau suatu hari anda naik sepeda
di Jepang dan menabrak pejalan kaki , maka jangan kaget kalau yang kita tabrak
malah yang minta maaf duluan. Sampai saat ini orang Jepang relatif menghindari
berkata “tidak” untuk apabila mendapat tawaran dari orang lain. Jadi kita harus
hati-hati dalam pergaulan dengan orang Jepang karena ”hai” belum tentu “ya”
bagi orang Jepang Pertanian merupakan tradisi leluhur dan aset penting di
Jepang. Persaingan keras karena masuknya beras Thailand dan Amerika yang murah,
tidak menyurutkan langkah pemerintah Jepang untuk melindungi para petaninya.
Kabarnya tanah yang dijadikan lahan pertanian mendapatkan pengurangan pajak
yang signifikan, termasuk beberapa insentif lain untuk orang-orang yang masih
bertahan di dunia pertanian. Pertanian Jepang merupakan salah satu yang
tertinggi di dunia.
Mungkin seperti itu 10 resep sukses yang bisa
saya rangkumkan. Bangsa Indonesia punya hampir semua resep orang Jepang diatas,
hanya mungkin kita belum mengasahnya dengan baik. Di Jepang mahasiswa Indonesia
termasuk yang unggul dan bahkan mengalahkan mahasiswa Jepang. Orang Indonesia
juga memenangkan berbagai award berlevel internasional. Saya yakin ada faktor
“non-teknis” yang membuat Indonesia agak terpuruk dalam teknologi dan ekonomi.
Mari kita bersama mencari solusi untuk berbagai permasalahan republik ini. Dan
terakhir kita harus tetap mau belajar dan menerima kebaikan dari siapapun juga
0 Response to "Orang Jepang, Kebiasaan Remaja Orang Jepang, Kebiasaan Dalam Keluarga, Membedakan Nama Keluarga dan Nama Asli, Gaya Asuh Anak, Nama-Nama Panggilan Dalam bahasa Jepang, Kebiasaan Anak-Anak Jepang, Perbedaan Mencolok Antara Budaya Jepang dengan Indonesia, Aturan dalam keluarga Jepang, Kehidupan Keseharian di Jepang"
Posting Komentar