Warnet gadisnet

Warnet gadisnet

Sejarah Islam di Asia (Pakistan, India, Korea, Iran)

1.    Negara Pakistan
Islam masuk ke Pakistan kira-kira 12 abad sebelum negara itu mendapatkan kemerdekaanya dari  Inggris,  yaitu  ketika Hajjaj bin  Yusuf  (  Amir  Irak)  dengan mendapat persetujuan dari  Khalifah Walid  bin Abdul Malik (705 - 715 M), mengutus seorang  panglima perang yang masih berumur 17 tahun bernama Muhammad bin Qasim, guna menundukkan penguasa-penguasa di India dan sekitarnya yang lalim terhadapt rakyatnya.
Muhammad bin Qasim berangkat dengan membawa pasukan sekitar 5.000 - 6.000 orang, wilayah pertama yang ditundukkan adalah kekuasaan Maharaja Dahar, seorang  raja  yang  sangat  terkenal  di  dekat  perbatasan  India  yang  berdekatan dengan daerah Arab, Raja  Dahar  sendiri kemudian mati  terbunuh, dan  dengan sebab itu maka negeri Sind, Bairun, dan negeri Rur dapat ditundukkan pula dan menjadi bagian dari wilayah Islam. Muhammad bin Qasim sendiri ditunjuk menjadi Amir yang berkuasa penuh di sana.

Perkembangan Islam di Pakistan
Berdirinya negara Pakistan sendiri merupakan bukti  keberhasilan perkembangan Islam di  daerah ini. Adalah  Muhammad Iqbal  (1876  -  1938)  yang  memiliki  ide pertama tentang berdirinya negara sendiri yang terpisah dari India, mengingat di India terdiri dari Umat Islam dan Hindu.
Nama Pakistan berasal dari seorang mahasiswa Islam India yang berada di London ; P diambil dari kata Punjab, A dari Afghan, K dari Kashmir, S dari Sindi dan TAN dari Balukhistan.Sumber lain mengatakan berasal dari  kata Persia “pak” (suci) dan “stan” (negara). Kalau Muhammad Iqbal sebagai pencetus, sehingga mendapat julukan Bapak Pakistan, maka Muhammad Ali Jinnah (1876 - 1948) mewujudkan cita-cita mendirikan Negara Pakistan menjadi kenyataan.
Pada tahun 1916 dalam kapasitasnya sebagai ketua Liga Muslimin India, Muhammad Ali Jinnah diangkat mejadi Gubernur Jendral pertama dominion Pakistan dan pada tahun 1947 tanggal 15 Agustus, barulah Pakistan menjadi negara merdeka dengan bentuk Republik dan Jinnah tetap sebagai Gubernur Jendralnya.
Pada tahun 1971, terjadi perpecahan antara pakistan Timur dan Pakistan barat, yang berakhir  dengan  pemisahan  kekuasaan  yaitu  Pakistan  Timur  menjadi  negara merdeka dengan nama Bangladesh dengan bentuk Negara Republik Bangladesh, diproklamirkan tanggal 17 April 1971, yang menjadi presiden pertamanya adalah Mujibur Rachman.
Pada tahun 1974, barulah pakistan mengakui kemerdekaan Bangladesh melalui penandatanganan perjanjian antara Pakistan dan Bangladesh.

2.    Negara India
Islam yang masuk ke India pada abad ke-7 disebarkan melalui beberapa saluran. Saluran pertama adalah melalui kegiatan perdagangan, kemudian mendirikan kerajaan dan sekaligus bersamaan dengan itu datang pula para penyebar Islam (da’i / muballigh) yang mendakwahkan agama Islam kepada masyarakat India.
Dengan penyebaran Islam seperti itu, maka masyarakat Islam India wakut itu dapat dibagi menjadi dua:
1.    Golongan keturunan asing yang datang ke India membawa agama Islam.
2.    Golongan penduduk asli yang tadinya memeluk suatu agama tertentu dan kemudian masuk Islam melalui berbagai cara dakwah secara bertahap dalam periode tertentu.

Kerajaan-kerajaan yang pernah berdiri di India di antaranya:
Kerajaan Ghazna
Cikal bakal kerajaan ini adalah sebuah kerajaan kecil yang berdaulat penuh dengan ibu kotanya Ghazni. Pendirinya adalah seorang hambasahaya dari Kerajaan Turki yang dapat memerdekakan dirinya. Dan namanya adalah Alpitigin. Kemudian ia digantikan oleh menantunya yang bernama Sabaktigin (Mahmud Sabaktigin bin Alp Takin dari Ghazna). Dibawah pemerintahannya Kerajaan Ghazna semakin luas berkembang sampai Afganistan. Kemudian dibawah penggantinya yaitu Mahmud Ghazna berhasil memasuki perbatasan India, negara tetangga yang kaya raya dan sangat diidam-idamkan para leluhurnya itu. Namun sepeninggal Mahmud Ghazna, pamor Kerajaan Ghazna menjadi pudar.

Kerajaan Ghori
Kerajaan ini berdiri pada tahun 1186. Pendirinya ialah Alaiddin Husen bin Husen. Rajanya yang terkenal ialah Muhammad Abul Mudzaffar bin Husein Al Ghari yang berhasil menaklukkan Delhi, Kanuj, And, Gujarat, Benares, Bihar, dan Benggala.
Sepeninggal Abul Muzaffar, yang menjadi raja adalah dari dinasti hamba sahaya (mamluk) seperti Qutbuddin Aibak (1206-1211 M); Malik Syamsuddin Iltutmiah / At Tamasy (1211 - 1236 M); dan Bulban (1236 - 1287 M). Sepeninggal Bulban, Kerajaan Ghori runtuh. Peninggalan mereka adalah masjid “Jami” di Delhi dan menara “Khuttub Mini” yang menjulang tinggi.

Kerajaan Khilji / Khiljia (1290 - 1320 M)
Kerajaan ini didirikan oleh Jalaluddin. Pada masa pemerintahannya kerajaan berada dalam keadaan aman. Akan tetapi raja akhirnya terbunuh oleh Alauddin, kemenakannya sendiri. Pada masa inilah orang-orang Mongol (di India disebut orang Moghul atau Mughal) mulai memasukiIndia dan berangsur-angsur menetap disana.

Kerajaan Tuglaq / Kesultanan Delhi (1321 - 1388 M)
Kerajaan Khilji runtuh akibat serangan Syamsuddin Malik dari dinasti Tughlak. Kerajaan ini mencapai kejayaan pada masa Firus Syah Tughlak.

Kerajaan Lodi (1451 - 1526 M)
Setelah dinasti Tughlaq runtuh pada tahun 1388 M, tidak diketahui siapa penerusnya. Namun pada tahun 1414 M muncul Khizir Khan yang mendirikan dinasti Sayyid. Tetapi dinasti Sayyid akhirnya dikalahkan oleh dinasti Lodi (1451-1526 M) dengan rajanya yang terkenal bernama Ibrahim Lodi. Dinasti Lodi ini berakhir karena dikalahkan oleh orang-orang Mughal.

Kerajaan Mughal (1256 - 1258 M)
Kerajaan Mughal didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482 - 1530), salah satu keturunan kelima dari Timur Lenk (penghancur Kota Delhi). Raja-raja Mughal yang memerintah di India sebanyak 26 orang. Namun raja-raja yang terkenal selain Babur adalah Humayun, Akbar, Jehangir, Syah Jehan, dan Aurangzeb. Setelah 6 raja tersebut, Kerajaan Mughal berangsur-angsur mengalami kemerosotan.

3.    Negara Korea
Dari jaman penjajahan Jepang, Itaewon telah menjadi daerah pemukiman utama bagi orang-orang dari luar negeri. Pernah bertempat barak tentara Jepang, dan setelah 1945 senyawa besar di distrik menjadi milik pasukan AS. Sekitarnya dikembangkan sebagai magnet bagi semua jenis kegiatan pemukiman asing di Seoul. Itaewon didominasi oleh sebuah bangunan yang jelas-jelas sebuah masjid. Bangunan yang mengesankan ini adalah pengingat akan kebangkitan komunitas Muslim di sini.
Islam telah hadir di negara ini untuk waktu yang sangat lama. Pada abad 8 dan 9, pelaut dan saudagar Arab sering mengarungi perairan pantai Selatan dan Asia Timur.
Pada 845 disebutkan kata ‘Korea’ dalam bukunya, dalam sebuah frase: ‘Di balik Cina, menyebrangi lautan, terdapat negara berbukit-bukit yang disebut ‘Silla’, kaya emas. Muslim yang tiba di sana secara tak sengaja sangat tertarik oleh karakternya sehingga mereka tinggal di sana selamanya dan tidak mau pergi. Pada waktu itu sejumlah pedagang muslim membuat rumah mereka.
Beberapa Korea juga membuat epik perjalanan ke Barat. Catatan mengkonfirmasi bahwa dalam 727 biksu yang terkenal Heoch’o mengunjungi Timur Dekat Arab dalam perjalanan kembali dari India.
Selama periode Koryo (918-1392) Kaesong, maka ibu kota negara, adalah rumah bagi komunitas Muslim yang berkembang, dan ada masjid juga. Anggota dari salah satu marga, keluarga Chang dari Toksu, masih ingat bahwa pendiri marga adalah seorang Muslim yang datang ke Korea pada zaman Koryo. Namun, dinasti Yi, yang merebut kekuasaan pada 1392, jauh lebih introspektif dari pendahulunya, sehingga awal ini hubungan dengan Timur Dekat secara bertahap layu.
Kebangkitan Islam terjadi selama Perang Korea. Perang itu terjadi sebagian besar oleh pasukan AS, tetapi dengan dukungan dari negara-negara lain, di antaranya Turki, pada waktu itu sekutu dekat Washington. Pasukan Turki termasuk yang paling banyak, sekitar 15.000 tentara, dan merupakan pasukan non-Amerika yang terlatih untuk mengambil bagian dalam perang.
Turki membawa Islam kembali ke Korea. Mereka terbukti tidak hanya menjadi pejuang yang baik tetapi juga berhasil menjadi pendakwah. Tenda mereka sebagai masjid yang awalnya melayani para prajurit sendiri, akhirnya menjadi pusat utama aktivitas pendakwah. Turki memperbolehkan dan mendorong orang Korea yang sudah memeluk Islam untuk ambil bagian dalam ibadah. Turki juga terlibat dalam upaya kemanusiaan skala besar, yang meninggalkan kesan mendalam di penduduk setempat.
Ketika perang selesai dan unit Turki kembali ke rumah, mereka tinggalkan komunitas Muslim lokal yang kecil namun aktif. Masyarakat Muslim Korea diresmikan pada tahun 1955. Organisasi ini, kemudian dinamai ulang Yayasan Islam Korea, menjadi organisasi utama untuk beriman di sini. Anggota masyarakat dikirim ke luar negeri untuk pendidikan agama dan mencoba untuk membangun masjid permanen dengan bantuan hibah pemerintah Malaysia, tetapi tidak mampu. Doa diadakan di gedung darurat, dengan menara yang terbuat dari papan kayu dan besi frame.

Perkembangan Islam Di Korea
Secara kronologi, sejarah perkembangan dan kemajuan Islam di Korea sangat mendukung perkembangan warga muslim Korea. Hal ini di awali oleh Imam Zubercoch dan Abdul Rahman yang terlibat di dalam Perang Korea sebagai anggota pengaman tentara Turki telah menyampaikan cahaya Islam dan ajaran Al-Qur’an untuk pertama kalinya di Korea pada bulan September 1955, di mulainya Persatuan Komunitas Muslim Korea pada bulan oktober 1955, disahkannya Yayasan Islam Korea oleh menteri Kebudayaan dan Komunikasi pada bulan maret 1967, pembinaan mesjid sentral Seoul pada Mei 1974, penerimaan hibah tanah seluas 1,500 m² sebagai tapak pembinaan Masjid Sentral dari Almarhum Presiden Park Jung Hee pada bulan desember 1974, di bukanya mesjid sementara di Busan pada desember 1976, mesjid sementara di Yokri, Gwangju pada April 1978, Rombongan haji terbesar yang terdiri dari 132 orang adalah yang pertama kalinya di dalam sejarah Korea pada oktober 1978, peresmian majelis mesjid Al Fatah, Pusan pada september 1980. Peresmian mesjid Kwangju pada Juni 1981, perkemahan W.A.M.Y. setiap tahun mulai Agustus 1983 sampai Agustus 1985, Peresmian Masjid Anyang Rabita Al-Alam Al-Islami pada April 1986, Peresmian Masjid Abu Bakar As-Siddiq, Jeon-ju pada september 1986, diadakannya Perkemahan Muslim Lokal W.A.M.Y pada Agustus 1987 dan 1988.
Tentunya Islam di Korea sangat bergeliat, hal ini dapat dicerminkan dari mulai banyaknya masjid, mushalla, dan pusat-pusat pendidikan Islam yang berdiri di sana. Dilain hal, dalam hubungan kerjasama antara Arab Saudi dan Federasi Muslim Korea akan mendirikan sekolah Islam pertama yaitu sekolah dasar yang juga memiliki kurikulum yang resmi, dengan rencana membuka SD tersebut pada bulan Maret 2009. Selain itu, menurut rencananya akan dibuka juga pusat kebudayaan Islam, sekolah menengah dan bahkan universitas.
Warga Korea Selatan mulai bisa menerima Islam pada tahun 1980-an dikarenakan pada saat itu orang Korea banyak yang bekerja di luar negeri khususnya di Timur Tengah sehingga selain bekerja, mereka juga mempelajari Islam. Begitu kembali ke Korea, mereka menyebarkan agama Islam kepada warga setempat. Dan sekarang warga Korea Selatan sudah mulai mengerti, memahami sehingga agama Islam sangat berkesan.
Berdasarkan informasi dari berbagai sumber, sampai sekarang ada 9 buah mesjid yang ada di Korea. Antara lain, masjid Mesjid Seoul, Mesjid Busan, Mesjid Bupyong, Mesjid Kwangju, Mesjid Jeonju, Mesjid Anyang, Mesjid Ansan, Mesjid Cheonan , dan Mesjid Paju. Ada juga beberapa Islam Center di Korea, seperti Daejon, Dongam Center, Daegu Center, Daegu (Al-Amin Islamic Center), Gwangju Center, Macheon-Keoyeo Center, Jeju Center, Changwon Center, Pochun Center, Dongdu Cheon Center, dan Suwon.
Persentase agama Islam di Korea, Korea Selatan menduduki rangking ke-25 berdasarkan jumlah penduduk terbanyak diseluruh negara di dunia, dengan jumlah penduduk sekitar 48.447.000 jiwa, sedangkan untuk peringkat pertama tentunya masih di duduki oleh China dengan jumlah penduduk sekitar 1.314.781.000 jiwa. Dan berdasarkan total penduduk yang memeluk agama Islam disetiap negara di dunia, Korea Selatan menduduki peringkat ke- 108 dengan jumlah pemeluk sekitar 194.000 jiwa, sedangkan untuk peringkat pertama diduduki oleh Indonesia dengan jumlah penganut agama Islam sekitar 195.627.000 jiwa dari total penduduk 222.051.000 jiwa.
Jumlah pemeluk agama terbanyak di Korea Selatan adalah pemeluk agama Budha, dengan jumlah pemeluk sebanyak 12.742.000 jiwa, agama Kristen sejumlah 5.668.000 jiwa, agama Katholik sejumlah 7.945.000 jiwa, pemeluk Khonghucu dan Taois sejumlah 678.000 jiwa, dan lainnya sejumlah 21.220.000 jiwa.
Dari persentase pemeluk agama di Korea diatas, disimpulkan bahwa dari total penduduk Korea Selatan sebanyak 48.447.000 jiwa dipersentasekan sebanyak 0,4% warga Korea Selatan adalah pemeluk agama Islam dengan jumlah 194.000 jiwa. Sedangkan jumlah pemeluk agama terbesar adalah pemeluk agama Budha sebanyak 26,30% dengan jumlah 12.742.000 jiwa, agama Khatolik 16,39% dengan jumlah 7.945.000 jiwa, Kristen 11,69% dengan jumlah 5.668.000 jiwa, Konghucu dan Tao 1,39% dengan jumlah 678.000 jiwa, dan yang lainnya 43,80% dengan jumlah 21.220.000 jiwa.

4.    Negara Iran
Setelah menaklukkan bangsa Arab di jazirah Arab, Muslim mengalihkan perhatian kepada tetangga2nya : Persia. (Iran). Melihat pemerintahan oleh para mullah di Iran sekarang, anda akan menyimpulkan bahwa itulah budaya khas Iran. Namun tidak banyak yg tahu bahwa IRAN adalah BANGSA PERTAMA YANG MEMERANGI JIHADIS ISLAM. Tapi Persia (dan Bizantium) tidak siap mengalahkan Muslim Arab, karena memang belum pernah dalam sejarah mereka berpapasan dengan musuh yang berperang dengan begitu membabi buta, membantai penduduk yang tak bersalah, menggunakan wanita sebagai umpan, sambil memaksakan agama mereka terhadap pihak yang kalah.
Sebelum Islam, dunia hanya mengenal tokoh2 penakluk seperti Isklandar Zulkarnaen (Alexander the Great), Cyrus, Julius Caesar, Hannibal atau siapapun, dimana perang dilakukan di medan perang antara 2 pasukan yang saling berlawanan. Menang/kalah ditentukan di medan perang tersebut. Penduduk bebas dari bahaya musuh yang biasanya menuntut tidak lebih dari pajak dan penggantian pemerintahan.
Alexander juga tidak membantai musuh2nya apalagi memaksa mereka memeluk agama Yunani. Tentara Romawipun tidak melakukan ini di Bizantium, begitu juga dengan Persia.
Islam mengubah peraturan perang dan menjadikan penduduk sipil sebagai korban tirani dan tawanan agar musuhnya menyerah. Muslim Arab tidak hanya ingin merebut tanah, mengganti pemerintahan dan menarik pajak dari bangsa2 yang dijajahnya, tetapi juga memaksakan kepercayaan mereka pada orang Persia dan merubah mental penduduk terjajah menjadi haus darah pula, dan melanjutkan nafsu untuk menyerang bagian2 dunia lainnya.
Mereka yang dikalahkan pedang Jihadis hanya bisa menyelamatkan nyawa mereka dengan menjadi Muslim dan mengubur rasa perikemanusiaan mereka. Begitulah cara ’survival’ para korban Islam.
Pada masa Khalifah Umar bin Khattab dan Usman bin ‘Affan telah membawa pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan peradaban Islam. Pada masa ini perluasan Islam ke seluruh arah timur mencapai sungai Oxus. Dakwah Islam pertama masuk ke Persia disampaikan oleh Nabi Muhammas saw. Melalui surat yang dikirim kepada Kisra Abruiz dari kerajaan Sasan pada tahun 8 H (+ 630M). Islam masuk ke Persia diawali pada masa pemerintahan Abu Bakar. Sekitar tahun 637 M pasukan Islam menang atau Persia di Kadisiah yang menyebabkan jatuhnya ibukota Selucia-Ctesiphon yang menandai berakhirnya perlawanan Persia. Selanjutnya melalui wilayah Persia Tenggara, Islam masuk ke Sind.
Keberhasilan gelombang pertama menjadi batu loncatan bagi perluasan yang dilakukan oleh Bani Umayyah. Islam berhasil menguasai propinsi-propinsi yang tadinya tergabung dalam kerajaan Persia, yang sebelumnya dilakukan oleh Iskandar Agung. Peristiwa ini merupakan peristiwa penting dalam sejarah dunia, karena wilayah ini merupakan salah satu tempat pembibitan peradaban manusia yang permulaan.
Setelah kedatangan Islam ke wilayah tersebut, terjadi akulturasi yang cukup kuat antara peradaban Islam dan Persia. Bahkan sejak gerakan Revolusi Abbsiah yang dikomandani oleh Abu Muslim Al-Khurasani, berbagai unsur peradaban Persia mewarnai perkembangan peradaban Islam. Di antara pendukungnya berasal dari suatu gerakan protes orang-orang Persia terhadap dominasi Arab yang diberlakukan oleh penguasa-penguasa Bani Umayyah. Pemindahan ibukota  kekuasaan dari Damaskus ke Bagdad dapat dipandang sebagai orientasi baru yang mengarah ke Bangsa Timur (khususnya Persia).
Kekuatan bukanlah penyebab beralihnya bangsa Persia menjadi pemeluk Islam. Alasan ini seperti ditunjukkan oleh perlakuan baik yang ditunjukkan bangsa Arab kepada yang masih tetap memeluk agama lama. Di Persia masih saja ditemukan sekelompok kecil bangsa Persia yang menyembah api. Nenek moyang mereka mendapat kemerdekaan beragama yang sangat luas sesudah penaklukan Islam, sebagai mana pemerintah Islam pun tidak pernah mengganggu tempat-tempat ibadah mereka.


0 Response to "Sejarah Islam di Asia (Pakistan, India, Korea, Iran)"

Posting Komentar