Resensi Novel Populer - Pulang (Tereliye) Lengkap
RESENSI NOVEL
PULANG
Judul : Pulang
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Republika
Penerbit
Cetakan: VIII,
November 2015
Tebal: 400 halaman
ISBN: 978-602-0822-129
Seluk beluk dunia shadow economy jadikan
latar oleh Tere Liye dalam novel paling barunya yang berjudul Pulang (Republika
Penerbit, September 2015). Mungkin saja tidak banyak yang tahu tentang shadow
economy. Di sinilah keunggulan penulis. Ia meramunya dengan apik lewat plot
serta ciri-ciri yang kuat, dibarengi adegan pertandingan ala film action.
Novel ini mengambil pojok pandang Bujang
sebagai tokoh paling utama, seseorang anak kampung yang diangkat anak oleh
Tauke Muda dari Keluarga Tong. Ada kesepakatan di saat lantas yang melibatkan
bapak Bujang. Dahulunya, bapak Bujang yaitu tukang jam Keluarga Tong. Saat ia
mengambil keputusan untuk berhenti, ada perjanjian yang di ambil. Kalau saat ia
mempunyai anak lelaki, ia bakal memberinya pada Keluarga Tong.
Bujang juga geser ke Kota Propinsi serta
resmi jadi anggota keluarga Tong. Bujang mempunyai otak yang pandai. Alih-alih
jadikan tukang jam, Tauke Muda punya niat menyekolahkan Bujang untuk hari esok
Keluarga Tong. Awalannya, Bujang menampik hasrat Tauke Muda. Ia menginginkan
jadi tukang jam seperti ayahnya. Tetapi, ritual Amok hentikan ambisi Bujang.
Tanpa ada dapat menampik lagi, ia juga menuruti hasrat Tauke Muda untuk
bersekolah. Walau sekian, Tauke Muda berikan peluang untuk Bujang untuk melatih
fisik, seni bela diri, bahkan juga ketrampilan memakai pistol.
Bertahun-tahun lalu, Bujang sudah jadi
sosok yang dihandalkan Keluarga Tong. Ia seseorang negosiator andal, berotak
pandai, serta pintar berkelahi. Reputasi Keluarga Tong juga bertambah dari
tahun ke tahun. Bisnisnya juga berkembang cepat, bahkan juga gaungnya terdengar
hingga luar negeri yang keduanya sama menekuni dunia hitam. Tidak ayal, hal
semacam ini mengundang iri pihak-pihak spesifik yang tidak suka pada
keberhasilan Keluarga Tong.
Puncaknya yaitu saat Keluarga Lin dari
Makau mengambil tehnologi pemindai paling baru punya Keluarga Tong. Bujang
sangat terpaksa membunuh Tuan Lin saat beraksi mengambil pemindai itu. Berikut
semula rentetan perseteruan yang dilewati Bujang. Ia tidak mengira musuh yang
perlu dihadapinya tidak cuma datang dari Keluarga Lin yang menginginkan
menuntut balas. Tetapi, juga datang dari lingkup keluarganya sendiri—seorang
kawan yang disegani, namun mempunyai dendam tidak terbalaskan, sepanjang
beberapa puluh tahun.
Tidak disangkal, topik narasi yang menarik
jadi satu diantara daya tarik untuk pembaca novel. Dalam novel Pulang, Tere
Liye mengambil pengertian lain dari kata pulang yang ia pakai sebagai topik,
yakni tidak cuma kembali pada tempat tinggal setelah melancong, namun lebih
pada pulang pada inti kehidupan (hlm. 388). Berikut yang akan diamanatkan Tere
Liye lewat tokoh Bujang. Kehidupan Bujang yang condong mulus tanpa ada
kesusahan yang bermakna, jadi jungkir balik saat kehilangan beberapa orang yang
dikasihi. Waktu tersebut, Bujang belajar memeluk rasa sedih yang dirasakannya.
Ia juga berdamai dengan saat lantas serta meneruskan hidupnya. Berikut inti
kehidupan sebenarnya yang menginginkan di sampaikan Tere Liye, yakni saat
seseorang insan dapat memeluk keceriaan serta kesedihannya.
Latar narasi berbentuk kehidupan
beberapa orang yang bergelut didunia shadow economy juga jadi satu diantara
elemen menarik dari novel Pulang. Tere Liye berikan pemahaman tentang system
ekonomi tidak terdeteksi bernama shadow economy, dimana keuntungannya melebihi
imajinasi yang dapat kita pikirkan. Bahkan juga dalam teritorial spesifik, di
negara-negara spesifik, organisasi shadow economy semakin besar serta lebih
punya pengaruh di banding pemerintahannya (hlm. 32). Lepas sejauh mana
kenyataan yang dibeberkan Tere Liye, hal semacam ini buka wawasan untuk pembaca
tentang organisasi dunia hitam. Terang sekali penelitian yang dikerjakan Tere
Liye demikian mendalam tentang hal itu, hingga ceritanya tampak memberikan
keyakinan. Bahkan juga bikin pembaca memikirkan mungkin saja kehidupan ala
Keluarga Tong sungguh-sungguh ada diluar sana.
Terkecuali topik yang menarik, elemen
yang tidak dapat di hilangkan dari satu novel yaitu ciri-ciri beberapa
tokohnya. Dalam novel Pulang, Tere Liye mendatangkan tokoh-tokoh yang mempunyai
fungsi utama dalam gerakan alur narasi. Tidak ada tokoh yang berlebihan serta
ditampilkan sembari lantas. Tere Liye juga menggambarkannya dengan cara apik,
tidak terus-terusan lewat cerita, namun juga dari sikap serta ucapannya.
Flash back saat lantas beberapa tokoh di
sebagian bab juga semakin menegaskan motif. Seperti tokoh Basyir yang demikian
suka pada pepatah populer Suku Bedouin : “I against my brother, my brothers and
I against my cousins, then my cousins and I against strangers. ” (hlm. 45).
Sepintas, keterangan tersebut di awal narasi seperti tidak ada pengaruhnya.
Tetapi, saat perseteruan mencapai puncak, pepatah kegemaran Basyir tersebut
yang jadikan motif atas apa yang dikerjakannya. Berikut surprise atau twist
yang disediakan Tere Liye, yang mengecoh siapa dalang dibalik kekacauan yang
berlangsung di Keluarga Tong.
Walau banyak adegan pertandingan ala
film action, Tere Liye tidak lupa berikan sentuhan filosofis melalui karyanya.
Banyak filosofi hidup yang bisa kita petik melalui tokoh-tokoh di novel Pulang.
Seperti bapak Bujang umpamanya, saat ia berupaya memperoleh ibu Bujang serta
bersabar menahan rindu sepanjang bertahun-tahun. Melalui ibu Bujang, kita dapat
juga merenungi tulusnya cinta seseorang ibu yang tidak pernah berhenti, bahkan
juga hingga ajal menjemput.
Kesetiaan juga demikian disinggung di
novel ini, lewat apa yang berlangsung di Keluarga Tong. Dalam organisasi dunia
hitam, pengkhianatan orang dalam yaitu yang paling krusial. Oleh karena itu,
utama sekali tahu beberapa orang yang setia yang tidak mungkin saja berkhianat.
Melalui tokoh Guru Bushi, kita juga
paham filosofi hidup seseorang samurai. Kalau sejatinya samurai tidak cuma seni
memainkan pedang untuk melumpuhkan lawan. Samurai yaitu langkah hidup.
Prinsip-prinsip. Kehormatan (hlm. 216). Bujang juga mempunyai prinsip yang
pantas dicontoh. Ia tak setia pada orang atau grup, namun kesetiaannya ada pada
prinsip hidupnya : kalau kesetiaan paling baik yaitu pada prinsip-prinsip
hidup, bukanlah pada yang lain (hlm. 187-188).
Kekurangan serta
Keunggulan Novel Pulang
Ada sedikit catatan tentang kekurangan
novel Pulang. Seperti yang diterangkan diatas, novel ini memakai pojok pandang
orang pertama melalui tokoh Bujang. Hal semacam ini bermakna cerita yang di
sampaikan juga terbatas, cuma merujuk pada apa yang dapat diliat Bujang.
Sayangnya, ada ketidakkonsistenan yang berlangsung. Terdapat banyak adegan yang
mana ceritanya diterangkan oleh Bujang, walau sebenarnya semestinya Bujang
tidak tahu-menahu tentang hal semacam itu lantaran ada ditempat lain.
Walau ada sedikit kekurangan, tetapi
tidak kurangi keseruan novel setebal 400 halaman ini. Kepiawaian Tere Liye
merangkai kata melalui diksinya yang simpel namun memiliki kandungan arti layak
memperoleh animo. Membaca Pulang tidak cuma menghibur melalui aksinya yang
menegangkan ala film action. Tere Liye membawa kita mengeksplorasi dunia shadow
economy yang tidak tersentuh, yang praktiknya mampu jadikan kita bidak-bidak
catur beberapa penguasa.
***
Sejatinya, inti pulang memanglah tidak
sedangkal saat kita kembali pada tempat tinggal yang dilingkupi ketenangan.
Kian lebih itu, pulang yang menginginkan di sampaikan Tere Liye yaitu
perjuangan tanpa ada ujung, saat kita berupaya merangkul rasa sedih serta
kebencian yang dirasa, serta kembali ke Tuhan :
0 Response to "Resensi Novel Populer - Pulang (Tereliye) Lengkap"
Posting Komentar