Elemen Dasar Manajemen PAUD (Lengkap)
Pendidikan
anak usia dini (PAUD) adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun. PAUD dilakukan melalui pemberian
rangsangan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pada dasarnya PAUD merupakan
salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada
peletakan dasar pertumbuhan dan perkembangan fisik (perkembangan motorik halus
dan motorik kasar), kecerdasan (misalnya: daya pikir, daya cipta, kecerdasan
emosi, kecerdasan spiritual), serta sosioemosional (sikap dan perilaku). Hal
penting yang perlu dilakukan agar PAUD dapat berlangsung dengan optimal salah
satunya adalah penyusunan program yang terstruktur dan efektif. Salah satu yang
telah diupayakan oleh pemerintah/penyelenggara PAUD adalah penyusunan
kurikulum.
Penyusunan
kurikulum di mana intinya adalah pemberian rangsangan tersebut memerlukan
fleksibilitas, kreativitas, dan sensitivitas dari seluruh elemen. Dalam rangka
memenuhi kebutuhan pendidikan anak usia dini, pemerintah sudah mengembangkan
Kurikulum PAUD dan perangkatnya yang dijadikan acuan bagi penyelenggaraan PAUD.
Kurikulum PAUD disusun berdasarkan landasan teoritik, yuridis, dan empiric.
Saat ini Standar Nasional Pendidikan untuk PAUD sebagai acuan penyusunan KTSP
telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 58 Tahun
2009, namun terlihat bahwa perangkat kurikulum, terutama indikator-indikator
dalam standar kompetensi nasional, yang dapat mengakomodasi kebutuhan spesifik
peserta didik masih belum sempurna.
Pada
dasarnya, tidak ada satu cara yang paling benar dalam penyusunan kurikulum,
terutama yang dapat digunakan oleh setiap siswa, hal ini karena setiap anak yang
berbeda bisa membutuhkan teknik pembelajaran yang berbeda pula, namun pemahaman
mengenai tahap-tahap dan elemen-elemen penting dalam perkembangan akan menjadi
modal bagi guru dalam melakukan proses pembelajaran (Eisenberg, Murkoff, dan
Hathaway, 1998) serta akan membantu penyempurnaan perangkat kurikulum yang
diharapkan meminimalisasikan kelemahan yang ada. Demi penyempurnaan perangkat
kurikulum tersebut, salah satu upaya penting dalam pemahaman dan penyusunan
dapat diperoleh dari metode asesmen, yang dalam lingkup PAUD merupakan upaya
penjaringan yang dilaksanakan secara komprehensif untuk memperoleh gambaran
tentang pertumbuhan dan perkembangan serta mengetahui faktor resiko yang
mungkin akan terjadi pada anak, baik itu resiko fisik, biomedik ataupun psikososial.
Dengan
demikian, proyek ini hendak menyusun sistem PAUD yang dapat menjadi masukan
bagi pemerintah Indonesia. Sistem PAUD yang akan disusun merupakan sistem
pembelajaran anak usia dini di mana kurikulum yang digunakan berbasis asesmen,
yang merupakan aplikasi Brain-based Integrated Outline (B-bIO). B-bIO merupakan
pengembangan irisan-irisan proses pemerolehan pengetahuan pada orang dewasa
maupun proses pembelajaran yang berlangsung pada anak. Secara sistem, B-bIO
menggunakan penggerak utama yang dinamakan Awesome, yaitu aware, expose,
sinchronize, construct, automize, dan integrate. Kunci pertama yang disebut
dengan aware adalah sadar. Aplikasi aware yang paling utama dalam system
pembelajaran adalah dengan menggunakan asesmen yang tepat agar guru dapat
mengetahui gambaran besar mengenai kondisi siswanya.
Sedangkan
secara umum, asesmen pada dasarnya dapat dilakukan oleh tenaga profesional,
kader, orangtua ataupun pendamping anak di pusat-pusat pelayanan kesehatan,
posyandu, sekolah ataupun dalam lingkungan keluarga. Khusus untuk mengetahui
perkembangan dan kemajuan belajar anak usia dini digunakan Asesmen Otentik.
Melalui pemantauan secara terus menerus, dalam berbagai konteks, dan
berdasarkan apa yang dapat dikerjakan dan dihasilkan anak, guru dan orangtua
dapat memberi bantuan belajar yang pas sehingga anak dapat belajar secara
optimal.
Oleh karena
itu asesmen otentik dilakukan secara terus menerus bersamaan dengan kegiatan
pembelajaran. Hasil karya anak, hasil pengamatan guru, dan informasi dari
orangtua diperlukan untuk memotret perkembangan belajar anak. Berbagai teknik
dan instrumen asesmen, seperti catatan anekdot (anecdotal record), catatan
narrative (narrative record), catatan cepat (running record), sample kegiatan
(event sampling), dan dengan portofolio digunakan untuk memantau perkembangan
anak. Asesmen untuk pemantauan perkembangan tersebut akan disusun berdasarkan
pada tingkat pencapaian yang menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan anak
pada rentang usia tertentu, yang merupakan integrasi aspek pemahaman
nilai-nilai agama dan moral, fisik, kognitif, bahasa, dan
sosial-emosional.
Hal ini
dilakukan berdasarkan asumsi bahwa perkembangan anak berlangsung secara unik
dan berkesinambungan yang berarti bahwa tingkat perkembangan yang dicapai pada
suatu tahap diharapkan meningkat, baik secara kuantitatif maupun kualitatif
pada tahap selanjutnya. Walaupun setiap anak adalah unik, karena perkembangan
anak berbeda satu sama lain yang dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal, namun perkembangan anak tetap mengikuti pola yang umum. Sehubungan
dengan asumsi tersebut, maka dalam asesmen yang mendasari kurikulum PAUD akan
mengacu pada tingkat pencapaian perkembangan yang berdasarkan kelompok usia
anak: 0 – <2 tahun; 2 – <4 tahun; dan 4 – ≤6 tahun. Pengelompokan usia 0
– <1 tahun dilakukan dalam rentang tiga bulanan karena pada tahap usia ini,
perkembangan anak berlangsung sangat pesat. Pengelompokan usia 1 – <2 tahun
dilakukan dalam rentang enam bulanan karena pada tahap usia ini, perkembangan
anak berlangsung tidak sepesat usia sebelumnya. Untuk kelompok usia
selanjutnya, pengelompokan dilakukan dalam rentang waktu per tahun.
Berkaitan
dengan proyek penyusunan model PAUD ini, maka metode yang digunakan untuk
penyusunan asesmen adalah gabungan antara metode kuantitatif (survey) dengan
kualitiatif (studi kasus, wawancara, observasi serta evaluasi yang
berkesinambungan). Gabungan metode tersebut akan membuat data yang ada lebih
komprehensif dan meminimalisasi ketidakcermatan dalam mendekteksi perkembangan
pada anak usia dini. Kecermatan yang diharapkan akan membuat program PAUD
Indonesia menjadi lebih akurat serta lebih cermat dalam deteksi dini gangguan
perkembangan yang dialami anak bangsanya sendiri. Acuan perkembangan anak usia
dini masih mengacu pada literatur asing, sehingga ada kemungkinan tidak
semuanya sesuai dengan tingkat perkembangan anak Indonesia. Setiap anak di
setiap negara bahkan setiap daerah memiliki kultur dan budaya yang
spesifik.
Teori
ekologis memperkuat hal itu, di mana pola pikir dan perilaku anak sangat
dipengaruhi oleh lingkungan spesifiknya. Anak-anak di daerah pantai di Papua
umumnya sudah biasa main air dan berenang di laut sejak kecil. Anak-anak di
hutan pedalaman lebih mengenal berbagai jenis tumbuhan dan hewan. Oleh karena
itu langkah pertama dalam proyek penyusunan system PAUD berbasis asesmen ini
maka perlu dilakukan kajian perkembangan anak Indonesia, baik yang bersifat
umum maupun spesifik untuk setiap daerah agar dapat mejadi acuan standar
perkembangan anak usia dini di Indonesia.
Setelah
kajian tersebut selesai dilakukan dan instrumen asesmen perkembangan anak
Indonesia dapat tersusun dengan baik untuk menentukan standar perkembangan
akhir usia, maka langkah selanjutnya adalah menyusun sistem PAUD berbasis
asesmen yang menggunakan pola B-bIO berpenggerak awesome (aware, expose,
sinchronize, construct, automize, dan integrate). Sistem PAUD yang berdasarkan
pada kesadaran, keterbukaan, ketersinambungan, keterbangunan, keterhayatan, dan
keintegrasian dalam standar dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan target
tingkat pencapaian perkembangan; standar penyediaan dan pengelolaan pendidik
maupun tenaga kependidikan; serta standar sarana dan prasarana, pengelolaan,
dan pembiayaan. Secara praktis, penyusunan sistem PAUD tersebut akan dilakukan
dengan melakukan beberapa program kerja berikut ini:
1.
Menetapkan visi dan
misi yang menjamin ketersediaan lingkungan belajar yang kondusif demi
terlaksananya proses pembelajaran yang tepat untuk anak-anak usia dini dari
semua kalangan agar dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang
dimiliki.
2.
Mendesain kebijakan
kesiswaan, yaitu dengan:
a)
menetapkan
kebijakan mengenai sasaran peserta didik, termasuk hak dan kewajibannya,
b)
menetapkan pembagian
kelompok belajar berdasarkan usia maupun kapasitas,
c)
Mendesain kurikulum
dan kegiatan belajar mengajar dengan melakukan langkah-langkah berikut:
·
memodifikasi
indikator dalam Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan yang tercantum pada
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional agar dapat menjadi lebih terperinci,
sesuai dengan instrumen asesmen yang berhasil disusun.
·
mengolah
indikator-indikator tersebut menjadi sebuah matriks target pencapaian yang
menjadi landasan dalam perencanaan pembelajaran.
·
mengkaitkan materi
pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari semua peserta didik.
·
membuat desain
pembelajaran dengan memanfaatkan kinerja Sistem Aktivasi Retikular, Otak Emosi,
Peta Koneksi, dan Siklus Otak, di mana jika diperlukan, juga membuat suatu
program pendidikan individual bagi ABK.
·
membuat contoh
media belajar, baik yang berupa lembar kerja maupun alat peraga, yang memenuhi
beragam kebutuhan.
·
membuat desain
sensory based report sebagai alat asesmen keberhasilan belajar.
·
membuat desain
modifikasi perilaku dengan berprinsip token ekonomi.
d)
Mempersiapkan
pendidik dan tenaga kependidikan, yaitu:
·
membuat desain
sistem seleksi dalam merekrut pendidik maupun tenaga kependidikan
·
membuat desain peningkatan
kemampuan karyawan melalui pendidikan lanjutan yang sesuai dengan arah
pengembangan karirnya
e)
Membuat desain
sarana dan prasarana, yaitu merancang lingkungan pembelajaran yang memenuhi
kebutuhan peserta didik yang beragam
f)
Memperluas jaringan
hubungan masyarakat, yaitu dengan menjalin kerja sama dengan beberapa pihak
yang berkompeten, misalnya dengan dokter, psikolog, terapis, dan sekolah
inklusi lain serta membuat website sekolah yang juga merupakan alat sosialisasi
sistem PAUD berbasis asesmen Sistem PAUD berbasis asesmen yang menggunakan pola
B-bIO tersebut sebenarnya telah dilakukan selama
7 (tujuh) tahun di KB & TK
Bintang Bangsaku, Jakarta Pusat. Pembelajaran ini telah berhasil mengantarkan
lebih dari 400 anak, baik normal maupun ABK, ke jenjang pendidikan yang lebih
tinggi tanpa mengorbankan tugas-tugas perkembangan pada masa kanak-kanak.
Keberhasilan yang telah diperoleh tersebut dapat menjadi pijakan bagi
pengembangan asesmen secara nasional untuk penyempurnaan sistem PAUD di Indonesia.
0 Response to "Elemen Dasar Manajemen PAUD (Lengkap)"
Posting Komentar