Makalah Sejarah Peradaban Islam Tentang Islam di Andalusia (Spanyol) Lengkap
KATA PENGANTAR
Dengan segala
kerendahan hati, izinkan penulis memanjatkan rasa syukur yang mendalam kepada
Allah SWT yang senantiasa membukakan pikiran dan hati untuk terus berjuang
dalam menegakakan agama-Nya serta makalah yang membahas tentang Islam Di
Andalusia dapat penulis selesaikan. Shalawat serta salam tak pernah
putus kita sampaikan kepada pimpinan sekaligus guru peradaban dunia Nabi
Muhammad SAW yang banyak memberikan keteladanan dalam berfikir dan bertindak.
Penulis
mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak dan rekan-rekan yang membantu
penulis dalam memberikan masukan dan pendapat terhadap makalah ini.Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka
dari itu, kepada para pembaca dan para pakar di mohon saran dan kritikan yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah dan guna meningkatkan kualitas
dari makalah ini.
Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa, masyarakat dan bangsa.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................................... 1
B. Rumusan Maslaah.............................................................................................. 1
C. Tujuan penulisan................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................. 3
A.
Perkembangan Islam di Andalusia..................................................................... 3
B. Perkembangan Pendidikan Islam pada
masa Dinasti
Umayyah di Andalusia....................................................................................... 4
C.
Kemajuan Ilmu Pengetahuan di Andalusia........................................................ 6
D. Faktor-faktor Pendukung Kemajuan
Pendidikan Dan
Peradaban di Andalusia...................................................................................... 10
E.
Disentegrasi Pendidikan Dan Peradaban Di Andalusia..................................... 10
F. Pengaruh Peradaban Islam Andalusia
di Eropa................................................. 13
BAB III PENUTUP....................................................................................................... 15
A. Kesimpulan......................................................................................................... 15
B. Saran................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Setelah berakhirnya periode klasik Islam, Eropa bangkit dari
keterbelakangannya. Kebangkitan itu bukan saja terlihat dalam bidang politik
dengan keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaan-kerajaan islam dan bagian dunia
lainnya, tetapi terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan,
kemajuan dalam bidang pengetahuan dan teknologi itulah yang mendukung
kebarhasilan politiknya. Kemajuan-kemajuan Eropa tidak bisa dipisahkan dari
pemerintah Islam di Spanyol atau Andalusia. Dari Andalusia inilah Eropa banyak
menimba ilmu.
Pada perode klasik, ketika Islam mencapai masa keemasannya.
Andalusia merupakan pusat peradaban Islam yang sangat penting, menyaingi
Baghdad di Timur. Ketika itu, orang-orang Eropa Kristen banyak belajar di
perguruan tinggi Islam di sana. Islam menjadi “guru” di Spanyol bagi orang
Eropa. Karena itu, kehadiran Islam banyak menarik perhatian para sejarawan.
Berkembang pesatnya ilmu pengetahuan tentu disebabkan disamping karena dukungan
penuh dari pemerintah juga karena pola pendidikan yang digunakan saat itu
sehingga berbagai bidang ilmu dapat maju pesat dan tokoh-tokoh penting pun
bermunculan. Kondisi ini juga memberikan dampak terhadap daerah Eropa lainnya.
Maka dalam makalah
ini, akan dibahas menganai perkembengan islam di Andalusia, perkembangan ilmu
pengetahuannya, serta faktor kemajuan ilmu pengetahuan, hingga faktor mundur
dan hancurnya kekuasaan dari prestasi yang gemilang.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
perkembangan islam di Andalusia?
2.
Bagaimana
perkembangan pendidikan islam pada masa dinasti Umayyah di Andalusia?
3.
Bagaimanakah
kemajuan ilmu pengetahuan di Andalusia?
4.
Apasajakah
faktor-faktor pendukung pendidikan dan peradaban di Andalusia?
5.
Bagaimanakah
proses disentegrasi pendidikan dan peradaban di Andalusia?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Untuk
mengetahui perkembangan islam di Andalusia.
2.
Untuk
mengetahui perkembangan pendidikan islam pada masa dinasti Umayyah di
Andalusia.
3.
Untuk
mengetahui kemajuan ilmu pengetahuan di Andalusia.
4.
Untuk
mengetahui faktor-faktor pendukung pendidikan dan peradaban di Andalusia.
5.
Untuk
mengetahui proses disentegrasi pendidikan dan peradaban di Andalusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Islam di Andalusia
Wilayah Andalusia yang sekarang disebut Spanyol di ujung
selatan benua Eropa, masuk ke dalam kekuasaan dinasti bani Umayyah semenjak
Thariq bin Ziyad, bawahan Musa bin Nushair gubernur Qairuwan, mengalahkan
pasukan Spanyol pimpinan Roderik raja bangsa Gothia tahun 92 H/711 M.
Spanyol diduduki umat islam pada zaman Khalifah Al-Walid
(705-715 M), Salah seorang khalifah dari dinasti Bani Umayyah yang berpusat di
Damaskus. Ada tiga nama yang disebut berjasa dalam penaklukan Spanyol, yaitu
Musa bin Nushair, Tharif bin Malik dan Thariq bin Ziyad. Kemenangan ini menjadi
awal bagi Thariq untuk menaklukan kota-kota lain di semenanjung Iberia
(Andalusia) tanpa banyak kesulitan.
Penguasaan Umat Islam terhadap Andalusia dapat dibagi menjadi
beberapa periode yaitu :
1.
Periode
Pertama
Periode antara
tahun 711-755 M, Andalus diperintah oleh para wali yang diangkat oleh khalifah
bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini Andalus secara politis
belum stabil, masih terjadi perebutan kekuasaan anta relit penguasa, atau masih
adanya ancaman musuh Islam dari penguasa setempat.
2.
Periode
Kedua
Periode antara
tahun 755-1013 M pada waktu Andalus dikuasai oleh daulah Umawiyah II. Periode
ini dibagi dua yaitu :
a)
Masa
Keamiran tahun 755-912. Masa ini dimulai ketika Abd al-Rahman al-Dakhil,
seorang keturunan bani Umayyah I yang berhasil menyelamatkan diri dari
pembunuhan yang dilakukan di Damaskus.
b)
Masa
Kekhalifahan tahun 912-1013 M, ketika Abd al-Rahman III, amir ke-8 bani Umayyah
II, menggelari diri dengan khalifah al-nasyhir di Dinilah (912-961).
3.
Periode
ketiga
Periode antara
tahun 1031-1492 M, ketika ummat Islam Andalus terpecah dan menjadi
kerajaan-kerajaan kecil. Periode ini dibagi menjadi tiga masa yaitu :
a)
Masa
kerajaan-kerajaan kecil yang sifatnya local tahun 1031-1086 M, jumlahnya
sekitar 20 buah. Masa ini disebut Muluk al-Thawaif (raja golongan)
b)
Masa
antara tahun 1086-1235 M, ketika ummat Islam Andalus dibawah kekuasaan bangsa
bar-bar Afrika Utara.
c)
Masa
antara tahun 1232-1492, ketika ummat Islam Andalusia bertahan diwilayah Granada
di bawah kuasa dinasti bani Ahmar.
Menurut Prof. Dr. H. Abuddin Nata dalam
bukunya Sejarah Pendidikan Islam, Sejarah Panjang yang di lalui umat islam di
Andalusia (Spanyol) itu dapat dibagi dalam enam periode yaitu : Periode Pertama
(711-755 M), Periode Kedua (755-912 M), Periode Ketiga (912-1013 M), Periode
Keempat (1013-1086 M), Periode kelima (1086-1248 M) dan Periode keenam
(1248-1492 M).
Di bawah kekuasaan Umawiyyah II, kebudayaan
Andalus dapat dikatakan masih berupa rintisan, terutama dalam bidang
kesustraan, arsitektur, dan intelektual. Kebudayaan ini terbagi dalam beberapa
bidang, yaitu bidang kesustraan, bidang seni bangun, bidang ilmu keislaman,
bidang sejarah, dan dalam bidang filsafat.
Masjid-masjid yang didirikan di Asia Barat
tidak hanya digunakan sebagai ibadah saja, tetapi disinipun masjid-masjid itu
berfungsi pula sebagai tempat dan lembaga pendidikan di samping pendidikan umum
lainnya yang terpisah dari masjid. Dari lembaga-lembaga pendidikan itu
memancarlah ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan memberikan arti bagi kehidupan
umat manusia sendiri, tersebar ke segenap penjuru dunia.
B.
Perkembangan
Pendidikan Islam pada masa Dinasti Umayyah di Andalusia
Benturan firgah-firgah di kalangan ummat
Islam, khususnya dalam bidang politik, berakhir dengan kemenangan Muawiyah bin
Abi Sufyan, yang memproklamirkan bani Ummayah, sebagai pemimpin daulah
Islamiyah. Setelah negara dalam keadaan aman, mulailah ia membangun.
Pembangunan bidang fisik: menata system pemerintahan, memperlancar dan
memajukan ekonomi perdagangan dan mengembangkan bidang
kebudayaan.
Salah satu aspek dari kebudayaan adalah mengembangkan
ilmu pengetahuan. Kalau masa Nabi dan khulafaur ar-Rasyidin perhatian terpusat
pada usaha untuk memahami al-Qur`an dan Hadits Nabi untuk memperdalam akidah,
akhlak, ibadah, muammalah dan kisah-kisah al-Qur`an, maka perhatian sesudah itu
sesuai dengan kebutuhan zaman, tertuju pada ilmu-ilmu yang diwariskan
bangsa-bangsa sebelum munculnya Islam.
Pada masa dinasti Umayyah pola pendidikan bersifat
desentrasi. Pada masa ini peletakan dasar-dasar dari kemajuan pendidikan
dimunculkan. Intelektual muslim berkembang pada masa ini. Kajian ilmu yang ada
pada periode ini berpusat di Damaskus, Kufah, Mekkah, Madinah, Mesir, Cordova
dan beberapa kota lainnya, seperti: Basrah dan Kuffah (Irak), Damsyik dan
Palestina (Syam), Fistat (Mesir). Diantara ilmu-ilmu yang dikembangkannya,
yaitu: kedokteran, filsafat, astronomi atau perbintangan, ilmu pasti, sastra,
seni baik itu seni bangunan, seni rupa, amuoun seni suara.
Pada masa khalifah-khalifah Rasyidin dan Umayyah sebenarnya
telah ada tingkat pengajaran, hampir sama seperti masa sekarang. Tingkat
pertama ialah Kuttab, tempat anak-anak belajar menulis dan membaca, menghafal
Al-Qur’an serta belajar pokok-pokok Agama Islam. Setelah tamat Al-Qur’an mereka
meneruskan pelajaran ke masjid. Pelajaran di masjid itu terdiri dari tingkat
menengah dan tingkat tinggi. Pada tingkat menengah gurunya belumlah ulama
besar, sedangkan pada tingkat tinggi gurunya ulama yang dalam ilmunya, masyhur
ke’aliman dan kesalehannya.
Umumnya pelajaran diberikan guru kepada murid-murid seorang
demi seorang. Baik di Kuttab atau di Masjid pada tingkat menengah. Pada tingkat
tinggi pelajaran diberikan oleh guru dalam satu tempat yang dihadiri oleh
pelajar bersama-sama. Ilmu-ilmu yang diajarkan pada Kuttab pada mula-mulanya
adalah dalam keadaan sederhana, yaitu:
a)
Belajar
membaca dan menulis.
b)
Membaca
Al-Qur’an dan menghafalnya.
c)
Belajar
pokok-pokok agama Islam, seperti
cara wudhu, shalat,
puasa dan sebagainya.
Pemerintah dinasti Umayyah menaruh perhatian dalam bidang
pendidikan. Memberikan dorongan yang kuat terhadap dunia pendidikan dengan
penyediaan sarana dan prasarana. Hal ini dilakukan agar para ilmuan, para
seniman, dan para ulama mau melakukan pengembangan bidang ilmu yang dikuasainya
serta mampu melakukan kaderisasi ilmu.
C. Kemajuan Ilmu Pengetahuan di Andalusia
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran peradaban dan
kebudayaan yang sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan
sebagai jembatan penyebrangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke
Eropa pada abad XII. Minat terhadap pendidikan dan ilmu pengetahuan serta
filsafat mulai dikembangkan pada abad IX M selama pemerintahan penguasaan Bani
Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abd Al-Rahman (832-886 M).
Berdasarkan literatur-literatur yang membahas sejarah
pendidikan dan sejarah peradaban Islam secara garis besar pendidikan Islam di
Spanyol (Andalusia) terbagi pada dua bagian atau tingkatan, yaitu:
1.
Kuttab
Pada lembaga
pendidikan kuttab ini para siswa mempelajari beberapa bidang
studi dan pelajaran-pelajaran yang meliputi fiqih, bahasa dan sastra serta
musik dan kesenian.
a)
Fikih
Pemeluk
islam di Andalusia menganut mazhab Maliki, maka para ulama memperkenalkan
materi-materi fikih dari mazhab Imam Malik. Tokoh-tokoh yang ternasyhur disini
diantaranya tersebut nama Ziyad ibnu Abd. ar-Rahman dan dilanjutkan oleh Ibn
Yahya. Yahya sempat menjadi kadi pada masa Hisyam ibn Abd Rahman, dn masih banyak
nama-nama lain, seperti Abu Bakar ibn al-Qutiyah, Munzir Ibn Said al-Baluthi,
dan Ibu Hazm yang sangat populer dikala itu.
Santri
pada kuttab mendapatkan pelajaran yang cukup lengkap dari
ulama-ulama yang ahli dibidang ilmunya, sehingga para siswanya lebih cepat
menyerap ilmu pengetahuan yang dipelajarinya, sehingga menumbuhkan minat
belajar dikala itu.
b)
Bahasa
dan Sastra
Bahasa
Arab menjadi bahasa resmi umat Islam di Spanyol, bahasa ini dapat dipelajari
di kuttab, bahkan kepada siswanya diwajibkan untuk selalu
melakukan dialog dengan memakai bahasa resmi islam (bahasa Arab), sehingga
bahasa ini menjadi cepat populer dan menjadi bahasa keseharian.
Tokoh-tokoh
bahasa tersebutlah nama Ibn Sayidih, Ibn Malik yang mengarang Al-Fiyah, Ibn
Khuruf, Ibn al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan ibn Usfur, dan Abu Hayyan
al-Gharnathi. Dibidang sastra tersohor nama Ibn Abd. Rabbih dengan karya al-‘iqd
al-Farid, Ibn Bassam dengan karyanya al-Dzakhirah fi Mahasin
ahl al-Jazirah, dan Al-Fath ibn Khaqan dengan karyanya kitab al-Qalaid dan
lain-lain.
c)
Musik
dan Seni
Di
Spanyol berkembang musik-musik yang bernuansa Arab yang merangsang tumbuhnya
nilai-nilai kepahlawanan. Banyak tokoh musik dan seni bermunculan ketika itu,
diantaranya, Al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki Ziryab (789-857).
Ziryab
selalu tampil pada acara-acara penjamuan kenegaraan di Cardova, karena ia
merupakan aransemen musik yang handal dan piawai pula mengubah syair-syair lagu
yang pantas dikonsumtifkan kepada seluruh lapisan dan tingkat umur.
Kepiawaiannya bermusik dan seni membuat ia menjadi orang yang termasyhur dikala
itu. Ilmu yang dimilikinya itu diajarkan kepada anak-anaknya, baik laki-laki
maupun perempuan dan juga kepada para budak, sehingga kemasyhurannya tersebar
luas sangat cepat.
2.
Pendidikan
Tinggi
Universitas
yang dibangun pada saat itu oleh bani Umayyah adalah Universitas Cardova.
Universitas ini menandingi dua universitas lainnya, yaitu Al-Azhar di Cairo dan
Nizamiyah di Baghdad, dan telah menarik perhatian para pelajar tidak hanya dari
Spanyol, tetapi juga dari tempat lain seperti dari negara-negara Eropa, Afrika
dan Asia. Ilmu Pengetahuan yang berkembang saat itu adalah Filsafat, sains,
sejarah dan geografi.
Pada
dunia pendidikan Islam Timur mulai dikenal dengan madrasah. Menurut Hasan
Langgulung, pada zaman kegemilangan Islam di Andalusia, ilmu-ilmu dan seni
semakin bertambah banyak dan berkembang dengan pesat sehingga sukar dihimpun
semuannya. Namun demikian ia mencoba membuat klasifikasi sebagai berikut :
a)
Pengetahuan
dan Syari’ah, yaitu Ilmu tafsir Al-Qur’an, Ilmu bacaan (qira’ah), tajwid, dan
pemberian baris (dabt), Ilmu Hadits, Ilmu Musthalah Hadits, Ilmu Fiqih, Ilmu
Kalam dan Ilmu tasawuf.
b)
Ilmu-ilmu
Bahasa dan Sastra, yaitu: Ilmu Bahasa, Ilmu Nahu, Saraf dan ‘arud, Ilmu Sastra,
Ilmu Balaghah dan Ilmu Kritik sastra.
c)
Ilmu-ilmu
Sejarah dan Sosial, yaitu: Ilmu Sirah, peperangan dan biografi, Ilmu Sejarah,
Ilmu Politik dan Sosial, dan Ilmu Jiwa, pendidikan, akhlak, sosiologi, ekonomi,
dan tata laksana, yang terdiri dari ilmu-ilmu berikut: Ilmu Jiwa, Ilmu
Pendidikan, Ilmu akhlak, Ilmu Sosiologi, Ilmu Ekonomi, Ilmu Politik, dan Ilmu
tata Laksana. Ilmu-ilmu Geografi dan Perencanaan Kota, yang terdiri dari
Ilmu-ilmu berikut : Ilmu Geografi dan Ilmu Perencanaaan Kota.
d)
Ilmu-ilmu
Falsafah, Logika, Debat, dan Diskusi.
e)
Ilmu-ilmu
Tulen (murni), yaitu: Ilmu Matematika, Ilmu Falak, dan Ilmu Musik.
f)
Ilmu-ilmu
Kealaman dan Eksperimental, yaitu: Ilmu Kimia, Ilmu Fisika, dan Ilmu Biologi.
g)
Ilmu-ilmu
Terapan dan Praktis, yaitu: Ilmu Kedokteran, Ilmu Farmasi dan Ilmu Pertanian.
Pola pendidikan pada periode Bani Umayyah
telah berkembang jika dilihat dari aspek pengajarannya, walaupun sistemnya
masih sama seperti pada masa Nabi dan khulafaur rasyidin. Pada masa ini
peradaban Islam sudah bersifat internasional yang meliputi tiga benua, yaitu
sebagian Eropa, sebagian Afrika dan sebagian besar Asia yang kesemuanya itu
dipersatukan dengan bahasa Arab sebagai bahasa resmi Negara.
Tidak dapat dipungkiri bahwa islam di
Spanyol merupakan tonggak sejarah peradaban, kebudayaan dan pendidikan pada
abad kedelapan dan akhir abad ketiga belas. Universitas Cardova berdiri megah
dan menjadi ikon Spanyol, sehingga Spanyol termasyhur keseluruh dunia.
Universitas ini tegak bersanding dengan
Masjid Abdurrahman III, yang pada akhirnya berkembang menjadi lembaga
pendidikan tinggi yang terkenal yang setara dengan Universitas Al-Azhar di
Cairo dan Universitas Nizamiyah di Baghdad. Perguruan tinggi ini telah menjadi
pilihan utama bagi generasi muda yang mencintai ilmu pengetahuan, baik dari belahan
Asia, Eropa, Afrika, dan belahan dunia lainnya.
Banyak yang pantas dilirik didaerah ini,
khususnya dalam bidang pendidikan. Perpustakaannya saat itu tiada tandingannya,
yang menampung kurang lebih empat juta buku yang mencakup berbagai disiplin
ilmu. Buku-buku ini dikonsumtifkan untuk seribu lebih mahasiswa yang sedang
menuntut ilmu.
Selain itu, terdapat juga Universitas
Sevilla, Malaga, dan Granada. Pada perguruan tinggi ini diajarkan ilmu
kedokteran, astronomi, teologi, hukum islam, kimia, dan lain-lain. Pada lembaga
ini terdapat para pengajar yang cukup dikenal antaranya, Abu Ali Qali yang ahli
dibidang biologi. Namun, secara garis besar perguruan tinggi di Spanyol
terdapat dua konsentrasi ilmu pengetahuan, yaitu:
a. Filsafat
Universitas
Cardova mampu menyaingi Baghdad, salah satu diantaranya, karena mampu mengimpor
ilmu filsafat dari belahan Timur dalam jumlah besar, sekalipun Baghdad termasuk
pusat ilmu pengetahuan islam. Sehingga beberapa waktu sesudahnya melahirkan
filosof-filosof besar dengan karya-karya emasnya.
Ibnu
Bajjah adalah filosof muslim yang pertama dan utama dalam sejarah kefilasafatan
di Andalus. Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad ibnu Yahya ibnu
Al-Sha’ig, yang lebih terkenal dengan nama Ibnu Bajjah. Orang Barat menyebutnya Avenpace. Ia
dilahirkan di Saragossa (Spanyol) pada akhir abad ke-5 H/ abad ke-11 M.
Tokoh
yang lainnya terdapat nama Abu Bakr ibnu Thufail, penduduk asli Wadi Asy,
sebuah dusun kecil disebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut pada
tahun 1185 M. Ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi, dan filsafat.
Karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay Ibn Yaqzhan.
Pada
akhir abad ke-12 masehi muncul seorang pengikut Aristoteles yang terbesar dalam
kalangan filsafat islam, dia adalah Abu al-Walid Muhammad ibnu Ahmad ibnu
Muhammad Ruyd dilahirkan di Cardova, Andalus pada tahun 510 H/1126 M. yang
terkenal dengan nama Ibn Rusyd. Kepiawaiannya yang luar biasa dalam ilmu hukum,
sehingga dia diangkat menjadi ketua Mahkamah Agung di Cardova (Qadhi
al-Qudhat). Karya besarnya yang termasyhur adalah Bidayah
al-Mujtahid.
b.
Sains
Tercatat
nama Abbas ibn Farnas yang termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ia adalah
orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Perkembangan sains pada
daerah ini diikuti pula oleh ilmu kedokteran, matematika, kimia dan musik serta
lainnya, bahkan ada ilmuwan wanita yang ahli kedokteran, yaitu Umm al-Hasan
binti Abi Ja’far.
D.
Faktor-faktor
Pendukung Kemajuan Pendidikan Dan Peradaban di Andalusia
Menurut Prof. Dr. H.Abudin Nata,MA, dalam bukunya Sejarah
pendidikan Islam, menyebutkan bahwa faktor-faktor pendukung kemajuan
/peradaban islam di Andalusia adalah sebagai berikut:
1.
Adanya
dukungan dari para penguasa. Kemajuan Spanyol Islam sangat ditentukan oleh
adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa serta mencintai ilmu
pengetahuan, juga memberikan dukungan dan penghargaan terhadap para ilmuan dan
cendekiawan.
2. Didirikannya sekolah-sekolah dan universitas-universitas di
beberapa kota di Spanyol oleh Abd al-Rahman III al-Nasir, dengan universitasnya
yang terkenal di Cardova. Serta dibangunnya perpustakaan-perpustakaan yang
memiliki koleksi buku-buku yang cukup banyak.
3. Banyaknya sarjana Islam yang datang dari ujung Timur sampai
ujung Barat wilayah Islam dengan membawa berbagai buku dan
bermacam gagasan. Ini menunjukkan bahwa meskipun umat Islam terpecah dalam
beberapa kesatuan politik, terdapat apa yang disebut kesatuan budaya Islam.
4. Adanya persaingan antara Abbasiyah di Baghdad dan Umayyah di
Spanyol dalam bidang ilmu pengetahuan dengan didirikannya Universitas Cardova
yang menyaingi Universitas Bizhamiyah di Baghdad yang merupakan persaingan
positif tidak selalu dalam bentuk peperangan.
Sejarah membuktikan bahwa, selama Islam dianut dan
dipertahankan sifat-sifat aslinya, selama itu ia akan tetap menjadi pelindung
dan penganjur ilmu pengetahuan. Dan selama itu pula umat islam akan memiliki
daya kemempuan dan kesanggupan memfungsikan potensi-potensi yang ada dalam
dirinya dan alam sekelilingnya. Demikian pula mereka akan mampu dan sanggup
memanusiakan dan membudayakan dirinya sendiri dengan bijaksana dan penuh
semangat. Melalui Ilmu pengetahuan, umat Islam telah berhasil membina dan
mengungkap kembali peradaban dan kemanusiaan pada umumnya, yang hingga sekarang
masih menjadi dasar ilmu pengetahuan dan peradaban dunia.
E. Disentegrasi Pendidikan Dan Peradaban Di Andalusia
Dalam sejarah dan literatur yang ada mengisyaratkan bahwa,
kedigdayaan islam di Andalusia hanya mampu bertahan sekitar delapan abad saja,
kalau dihitung memang waktu yang cukup panjang dan terjadi beberapa kali
pergantian dinasti. Namun pada akhirnya datang juga masa yang ditakuti yaitu
masa-masa kehancuran, yang sampai hari ini masih belum bengkit dari keluluhan
itu.
Diantara
penyebab keruntuhan peradaban dan pendidikan islam di Andalusia adalah:
a)
Konflik
Agama
Pada
akhir-akhir kemajuan peradaban pendidikan islam di Andalusia, telah muncul ke
permukaan paham-paham dan perbedaan keyakinan. Kondisi yang tidak menguntungkan
bagi umat islam telah membuat “berani” umat kristiani menampakkan dirinya ke
permukaan. Bahkan dengan terang-terangan telah pula berani menentang kebijakan
penguasa islam dikala itu.
Para
penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa
puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya dan
membiarkan mereka mempertahankan hukum dan adat mereka, termasuk posisi
hierarki tradisional, asal tidak ada perlawanan senjata.
Kondisi
seperti ini dapat diprediksi, bahwa kelengahan umat islam ternasuk toleransi
dan wewenang yang diberikan kepada umat Kristen telah dimanfaatkan untuk
mencari kelemahan islam disaat islam lengah dikala itu. Hal ini diperkuat oleh
al-Qur’an bahwa umat Kristen itu tidak akan pernah diam dan senang, sebelum
islam bertekuk lutut kepadanya.
b)
Ideologi
Perpecahan
Istilah ‘ibad
dan muwalladun perendahan derajat kepada orang pribumi ang mukallaf
selalu dilakukan oleh orang-orang islam keturunan Arab, sehingga
kelompok-kelompok etnis non-Arab selalu menimbulkan kegaduhan dan sering menggerogoti
serta merusak perdamaian atas celaan dan pemisahan kasta tersebut. Kultur
sosial kemasyarakatan ketika itu amat berpeluang besar terjadinya pertikaian,
apalagi dengan tidak adanya sosok pemimpin yang dapat mempersatukan ideologi
yang telah memecah belah persatuan. Sehingga keamanan negeri tidak lagi bisa
terjamin dengan baik dan terjadinya perampokan dimana-mana. Kondisi seprti ini
dimanfaatkan oleh umat kristiani untuk menyusun kekuatan.
c)
Krisis
Ekonomi
Dalam
situasi yang semakin sulit, umat kristiani tidak lagi jujur membayarkan
upetinya kepada penguasa islam, dengan berbagai dalih, supaya upeti dan pajak
tidak lagi dikumpul penguasa. Sering terjadi perampokan skenario oleh kelompok
kristiani, dan pada akhirnya menuduh umat islam berbuat aniaya kepadanya.
Keadaan
yang tidak kondusif ini membuat inkam negara jauh berkurang, dan akhirnya
berdampak besar kepada masyarakat. Padahal dipertengahan kekuasaan islam,
pemerintah lebih memerhatikan kemajuan pendidikan dan lupa menata perekonomian,
sehingga melemahkan ekonomi negara dan kekuatan militer serta politik.
d)
Peralihan
Kekuasaan
Granada
yang merupakan pusat kekuasaan islam terahir di Spanyol jatuh ke tangan
Ferdinand dan Isabella, sementara dikalangan islam sendiri terjadi perpindahan
kekuasaan dengan sistem ahli waris. Pola yang masih dipertahankan umat islam
dalam menggantikan tampuk kepemimpinan kadang jauh dari kelayakan. Sebagaimana
bukti sejarah yang mengangkat seorang raja atas pertimbangan keturunan yang
masih berusia belasan tahun.
Peralihan
kekuasaan seperti ini sering keliru dalam mengambil keputusan, dan kadang kala
terdapat kesalahan besar dan fatal akibatnya, baik terhadap pamornya, maupun
kestabilan kedaulatan dalam negeri islam sendiri.
Perang Salib
dan Akibatnya Terhadap Pendidikan Islam dan Ilmuwan Muslim di Andalusia
Philip
K. Hitti berpendapat bahwa Perang Salib terjadi tiga angkatan, segala negara
Kristen mempersiapkan tentara yang lengkap persenjataannya untuk pergi
berperang merebut Palestina. Dari sinilah bermula suatu penyerbuan Barat
Kristen kedunia islam yang berjalan selama 200 tahun lamanya dari mulai
1095-1293 M dengan 8 kali penyerbuan.
Tentara
Alp Arsenal yang berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasil
mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 200.000 orang, terdiri dari tentara
Romawi, Ghuz, Al-Akraj, Perancis, dan Armenia. Peristiwa besar ini menanamkan
benih permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen terhadap umat islam, yang
kemudian mencetuskan Perang Salib.
Akibat yang
ditimbulkan oleh perang salib yang berlangsung selama dua abad itu amat banyak
sekali, di antaranya adalah:
1.
Pemeluk
islam yang menduduki Andalusia dan Sisilia terpaksa hengkang dari dua daerah
ini, karena kemenangan Ratu Isabella dan Raja Ferdinand membuat mereka
memberikan tiga tawaran yang tidak menguntungkan satu pun (keluar dari Spanyol,
memeluk agama Kristen, atau dibunuh).
2.
Delapan
kali perang salib, hanya serangan pertama yang dianggap menang oleh K. Hitti,
sedangkan yang lainnya adalah gagal, sehingga tujuan perang dialihkan untuk
merebut kota Mesir.
3.
Kegagalan
merebut Mesir membuat perang salib selanjutnya tidak terarah, maka Spanyol dan
Sisilia jauh berada dari Baghdad di serang dengan membabibuta tanpa pandang
bulu, sehingga daerah ini mendapat getah dari perang salib.
4.
Dengan
dikuasainya Sisilia dan Spanyol oleh Raja Ferdinand dan Ratu Isabella yang
sangat membenci islam karena perang salib, sehingga mereka mengikis habis
seluruh jejak islam dan peradabannya, kecuali bangunan-bangunan yang dianggap
perlu yang masih eksis sampai sekarang, dan lain-lain.
F.
Pengaruh
Peradaban Islam Andalusia di Eropa
Kemajuan Eropa terus berkembang, hal ini dilupakan oleh
bangsa Eropa yang telah mengambil khazanah ilmu pengetahuan yang berkembang di
Andalusia pada periode klasik. Menurut Faisal Ismail, jika diteliti secara
seksama peranan, jasa dan sembangan islam pada bangsa –bangsa Eropa dapat
dibagi menjadi dua segi.
Pertama, umat Islam “ Menyelamatkan “ warisan kebudayaan
klasik yunani dari ancaman kehilangan dan kemusnahannya sehingga penyelidikan –
penyelidikan yang dilakukan Aristoteles, Galenus, Ptolemios dan kawan-kawannya
tidak hilang. Sebab kalau ilmu pengetahuan yang asli hilang maka seoerti
dikatakan Hitti, dunia akan tinggal miskin seolah-olah ilmu pengetahuan itu
tidak pernah tercipta.
Kedua, umat islam berjasa dalam mengolah dan mengembangkan
kebudayaan klasik yunani dengan menambahkan unsur-unsur baru, ia kemudian
menjadi sumbangan besar terhadap Eropa sehingga benua ini memasuki babak baru
dengan munculnya masa Renaisansce.
Diantara pemikiran yang sangat berpengaruh di Eropa adalah
Ibn Rusyd yang menganjurkan kebebasan berfikir yang dia pelajari dan pemikiran
Aristoteles. Sebagai baukti besarnya pemikiran Ibn Rusyd di Eropa timbulnya
gerakan Averroisme yang menuntut kebebasan berfikir. Berawal dari Averroisme
ini terjadi reformasi di Eropa pada abad ke 16 M dan rasionalisme abad ke 17 M.
para pemuda Kristen banyak belajar di Universitas Islam di Andalusia seperti
Cardova, Seville, Malaga, dan Salmance. Lalu sekembalinya mereka menterjemahkan
buku-buku muslim di pusat penterjemahan Toledo. Maka Universitas pertama kali
yang berdiri di Eropa yang terkenal adalah Universitas Paris. Yang mendirikan
setelah 30 tahun Ibn Rasyd wafat , kemudian berkembang terus pendirian
universitas dan sekolah-sekolah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Islam yang pernah berkuasa di
Eropa, khususnya Andalusia merupakan sejarah gemilang peradaban Islam dengan
lembaran-lembarannya yang lebih dari 800 tahun dapat dianggap sebagai sebuah
kejayaan yang hakiki, sebuah kejayaan yang sangat besar dalam bidang ilmu,
pengalaman, dan pelajaran. Kejayaan yang kini sangat sulit untuk dapat
terualang kembali oleh umat Islam.
Disetiap sebuah kebesaran dan
kejayaan pasti ada perebutan kekuasaan dan konflik yang berkepanjangan hingga
terjadi pertumpahan darah. Selain itu, hubbud dunia juga menjadi salah satu
faktor besar kehancuran dan keruntuhan sebuah dinasti Islam besar penguasa
Andalusia yang memiliki peradaban paling maju pada zamannya dan menjadi kiblat
dunia. Alangkah baiknya jika sejarah besar ini menjadi acuan bagi umat Islam
untuk kembali mengulangi kejayaan silam, bukan hanya menjadi kenangan dan
kebanggaan sejarah yang tak akan ada gunanya jika hanya sebatas sejarah.
B.
Saran
Dengan adanya makalah sejarah
Islam di Andalusia dapat dijdikan sebuah pelajaran guna membangun lagi sebuah
kejayaan dan peradaban Islam. Penulis menyadari keterbatasan penulis sehingga
makalah ini jauh dari kata kesempurnaan baik dalam susunan kata maupun
pembahasan yang terbatas. Oleh karena itu penulis meminta maaf yang
sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Fakhri, Majid. Sejarah Filsafat Islam, terj.
Mulyadi Kartanegara. Jakarta: Pustaka Jaya, 1986.
Karim, M. Abdul. Sejarah Pemikiran
dan Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007.
Maryam, Siti, dkk. Sejarah Peradaban Islam.
Yogyakarta: LESFI, 2004.
Nata, Abuddin. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2004.
Nizar, Samsul. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta:
Kencana, 2009.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 1996.
0 Response to "Makalah Sejarah Peradaban Islam Tentang Islam di Andalusia (Spanyol) Lengkap"
Posting Komentar