Makalah Giat Bekerja dan Tanggung Jawab Lengkap
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan
yang Maha Esa. Karena rahmat dan petunjukNya lah saya dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “Perkembangan Bahasa dan Frasa Anak” untuk memenuhi
salah satu tugas dalam mata kuliah. Sholawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang
sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
Selanjutnya kami ucapkan terima kasih
kepada teman-teman dan juga seluruh pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu yang telah membantu hingga terselesainya makalah dengan judul “Giat
Bekerja dan Tanggung Jawab” ini.
Saya sangat menyadari dalam penulisan
makalah ini masih jauh dari sempurna, serta masih banyak kekurangan. Hal ini
disebabkan keterbatasan ilmu pengetahuan, dan waktu yang ada. Maka dengan
kerendahan hati saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun bagi
semua pihak. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi kita semua khususnya kepada penulis dan dapat diterima
dikalangan umum.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A.
Latar
Belakang...................................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah............................................................................... 1
C.
Tujuan
Penulisan................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 3
A. Pengertian Bekerja............................................................................... 3
B. Pengertian Tanggung Jawab............................................................. 5
C. Hadist Giat Bekerja dan Tanggung Jawab...................................... 5
D. Pekerjaan yang Paling Baik................................................................ 7
E. Tanggung Jawab Sebagai Pemimpin............................................... 9
F. Larangan Meminta-Minta.................................................................... 10
BAB III PENUTUP........................................................................................... 12
A.
Kesimpulan........................................................................................... 12
B.
Saran...................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setiap manusia
memerlukan harta untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satunya melalui
bekerja manusia akan berusaha memperoleh harta kekayaan. Karena tanpa berusaha
manusia tidak akan mendapatkan apa-apa.
Apakah ajaran Islam
menganjurkan dan memberi motivasi untuk bekerja yang hasilnya adalah
pertumbuhan ekonomi? Pertanyaan ini timbul karena terdapat ayat yang
seolah-olah mencegah orang untuk menjadi kaya (Al-Humazah atau Al-Takatsur).
Perbedaan dalam rezeki ada keterangannya dalam surat An-Nahl: 71 yang mengatakan
bahwa Allah melebihkan sebagian kamu terhadap sebagian yang lain tentang
rezeki. Ini sebenarnya merupakan konsekuensi belaka dari kebebasan bekerja atau
keterbukaan kesempatan atau akses terhadap rezeki Allah, tergantung dari
beberapa faktor antara lain usaha setiap orang itu sendiri
Sebenarnya kekayaan
dengan segala bentuknya, baik material maupun spiritual merupakan keutamaan dan
mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan kemiskinan meskipun demikian,
kekayaan bukanlah segala-galanya bukan tujuan akhir dari kehidupan muslim.
Kekayaan hanyalah alat untuk memakmurkan bumi. Oleh karena itu, al-Qur’an
mencela orang-orang yang hanya menumpuk harta kekayaan tetapi tidak peduli
dengan nasib orang lain (Al-Qur’an 104 : 1-9).
Dalam syari’at
Islam, kekayaan Islam dipandang amat penting untuk dapat menjalankan
ketentuan-ketentuannya, dan paling tidak ada dua rukun Islam yang mensyaratkan
kemampuan ekonomi yang cukup, yaitu untuk melaksanakan kewajiban zakat dan haji
B.
Rumusan Masalah
1)
Pengertian
Bekerja ?
2)
Pengertian
Tanggung Jawab ?
3)
Hadist
Giat Bekerja dan Tanggung Jawab ?
4)
Pekerjaan
yang Paling Baik ?
5)
Tanggung
Jawab Sebagai Pemimpin ?
6)
Larangan
Meminta-Minta ?
C.
Tujuan Penulisan
1)
Menjelaskan
Pengertian Bekerja
2)
Menjelaskan
Pengertian Tanggung Jawab
3)
Mengetahui
Hadist Giat Bekerja dan Tanggung Jawab
4)
Menyebutkan
Pekerjaan yang Paling Baik
5)
Menjelaskan
Tanggung Jawab Sebagai Pemimpin
6)
Mengetahui
Larangan Meminta-Minta
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Bekerja
Bekerja bagi
seorang muslim adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh dengan mengerahkan
seluruh aset, pikir dan dzikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan
arti dirinya sebagai hamba Allah yang harus menundukkan dunia dan menempatkan
dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik (khairu ummah) atau
dengan kata lain dapat juga kita katakan bahwa hanya dengan bekerja manusia itu
memanusiakan dirinya.
Kerja adalah suatu
cara untuk memenuhi kebutuhan manusia baik kebutuhan fisik, psikologis, maupun
sosial. Dengan pekerjaan manusia akan memperoleh kepuasan-kepuasan tertentu
yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik dan rasa aman, serta kebutuhan sosial
dan kebutuhan ego. Selain itu kepuasan seseorang terhadap pekerjaan juga
diperoleh melalui berbagai bentuk kepuasan yang dapat dinikmati diluar kerja,
misalnya kepuasan sewaktu bekerja, menikmati liburan, dan yang lebih mendasar
lagi dapat menghidupi diri dan keluarga.
Selain itu, kerja
adalah aktivitas yang mendapat dukungan sosial dan individu itu sendiri.
Dukungan sosial itu dapat berupa penghargaan masyarakat terhadap aktivitas
kerja yang ditekuni. Sedangkan dukungan individu dapat berupa
kebutuhan-kebutuhan yang melatarbelakangi aktivitas kerja. Seperti kebutuhan
untuk aktif, untuk berproduksi, berkreasi, untuk memperoleh pengakuan dari
orang lain, memperoleh prestise serta kebutuhan-kebutuhan lainnya. Bekerja
merupakan kegiatan pokok dari suatu aktivitas kemanusiaan yang dapat dibagi
menjadi sejumlah dimensi, yaitu dimensi Fisiologis. Dimensi psikologis, dimensi
ikatan sosial dan ikatan kelompok, dimensi ekonomi, dimensi kekuasaan, serta
dimensi kekuasaan ekonomi.
1. Dimensi Fisiologis
Dimensi Fisiologi
adalah dimensi yang memandang bahwa manusia bukanlah mesin. Manusia dalam
bekerja tidak dapat disamakan dengan mesin.
2. Dimensi Psikologis,
Dimensi
Psikologis merupakan suatu dimensi dimana kerja disamping merupakan beban, juga
merupakan suatu kebutuhan. Dengan demikian bekerja juga merupakan upaya
pengembangan kepribadian.
3. Dimensi Ikatan Sosial dan Kelompok,
Pekerjaan dapat
menjadi pengikat sosial dan kelompok karena pekerjaan akan dapat menjadi cara
seseorang untuk memasuki suatu ikatan kelompok tertentu. Dengan pekerjaannya
seseorang dapat menyatakan tentang bagaimana status yang dimilikinya.
4. Dimensi Ekonomi,
Dimensi ekonomi
mengandung pengertian bahwa pekerjaan merupakan sumber mata pencaharian bagi
seseorang. Pekerjaan dapat menjadi sumber kegiatan ekonomi untuk masa sekarang
maupun untuk masa yang akan datang. Dengan adanya sumber penghasilan inilah
seseorang dapat hidup secara mandiri dan menghidupi keluarganya.
5. Dimensi Kekuasaan,
Dimensi kekuasaan
dalam bekerja selalu ada, terutama jika seseorang bekerja dalam suatu
organisasi kerja. Bagaimanapun setiap pekerjaan dalam ruang lingkup suatu
organisasi kerja selalu ada wewenang pribadi. Dalam organisasi kerja, pekerjaan
harus di susun sedemikian rupa, sehingga ada jadwal, jelas pendelegasian
wewenangnya. Semua ini menyangkut masalah kekuasaan.
6. Dimensi Kekuasaan Ekonomi
Dimensi kekuasaan
ekonomi menerapkan bahwa setiap orang dalam pekerjaan akan memberikan sumbangan
berdasarkan pada apa yang sudah mereka lakukan.
Secara hakiki
bekerja seorang muslim merupakan ibadah bukti pengabdian dan rasa syukurnya
untuk mengolah dan memenuhi panggilan Ilahi agar mampu menjadi yang terbaik karena
mereka sadar bahwa bumi diciptakan sebagai ujian bagi mereka yang memiliki etos
yang terbaik. “Sesungguhnya Kami telah menciptakan apa-apa yang ada di bumi
sebagai perhiasan baginya, supaya Kami menguji mereka siapakah yang terbaik
amalnya”. (Al-Kahfi : 7)
Karena kebudayaan
kerja Islami bertumpu pada akhlaqul karimah umat Islam akan menjadikan
akhlak sebagai energi batin yang terus menyala dan mendorong setiap langkah
kehidupannya dalam koridor jalan yang lurus. Semangat dirinya adalah minallah,
fisabilillah, Illah (dari Allah, dijalan Allah, dan untuk Allah).
B.
Pengertian Tanggung Jawab
Tanggung jawab
adalah bagian dari ajaran Islam yang disebut mas'uliyyah. Tanggung jawab
artinya ialah bahwa setiap manusia apapun statusnya pertama harus bertanya
kepada dirinya sendiri apa yang mendorongnya dalam berperilaku, bertutur kata,
dan merencanakan sesuatu.
Apakah perilaku itu
berlandaskan akal sehat dan ketakwaan, atau malah dipicu oleh pemujaan diri,
hawa nafsu, dan ambisi pribadi. Jika manusia dapat menentramkan hati nuraninya
dan merespon panggilan jiwanya yang paling dalam, maka dia pasti bisa
bertanggungjawab kepada yang lain. Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya." (QS.17.36)
C.
Hadist Giat Bekerja dan Tanggung Jawab
Agama Islam yang berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadits sebagai tuntunan dan
pegangan bagi kaum muslimin mempunyai fungsi tidak hanya mengatur dalam segi
ibadah saja melainkan juga mengatur umat dalam memberikan tuntutan dalam
masalah yang berkenaan dengan kerja ini, Rasulullah saw bersabda:
اعمل للدنيا كأنك
تعيش ابدا واعمل للأخرة كأنك تموت غادا
“Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan
kamu hidup selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati
besok.”
Dalam situasi globalisasi saat ini, kita
dituntut untuk menunjukkan etos kerja yang tidak hanya rajin, gigih, setia,
akan tetapi senantiasa menyeimbangkan dengan nilai-nilai Islami yang tentunya
tidak boleh melampaui rel-rel yang telah ditetapkan al-Qur’an dan as-Sunnah.
Islam sangat mendorong orang-orang mukmin
untuk bekerja keras, karena pada hakikatnya kehidupan dunia ini merupakan
kesempatan yang tidak akan pernah terulang untuk berbuat kebajikan atau sesuatu
yang bermanfaat bagi orang lain. Ini sekaligus untuk menguji orang-orang
mukmin, siapakah diantara mereka yang paling baik dan tekun dalam bekerja.[5]
Allah swt berfirman;
الَّذِي خَلَقَ
المَوْتَ وَالحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلا
وَهُوَالعَزِيزُالغَفُورُ
“Yang menjadikan
mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik
amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Mulk’ ; 2)
Untuk menekankan perintah agar kita semua
menggunakan kesempatan hidup ini dengan giat bekerja dan beramal, Allah swt
menegaskan bahwa tidak ada satu amal atau satu pekerjaanpun yang terlewatkan
untuk mendapatkan imbalan di hari akhir nanti, karena semua amal dan pekerjaan
kita akan disaksikan Allah swt, Rasulullah saw dan orang-orang mukmin lainnya.
Allah swt berfirman;
وَقُلْ اعْمَلوُافَسَيَرَى اللهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالمُؤْمِنُونَ
وَسَتُرَدُّون اِلى عالمِ الغيْبِ والشّهادةِ فَيُنبّئُكُمْ بِماكُنْتُمْ
تَعْمَلوْنَ
“Dan Katakanlah; “Bekerjalah kamu, maka
Allah swt dan Rasulullah-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu
itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib
dan nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”(QS.
At-Taubah’; 105)
Disisi lain, Rasulullah saw sangat menekankan
kepada seluruh umatnya, agar tidak menjadi orang yang pemalas dan orang yang
suka meminta-minta. Pekerjaan apapun, walau tampak hina dimata banyak orang,
jauh lebih baik dan mulia daripada harta yang ia peroleh dengan meminta-minta.
Dalam sebuah riwayat disebutkan;
وعن حكيْم بن حزام رضى الله عنهما عن النّبيّ صلّى الله عليْه وسلّم
قال (اليد العليا خير منْ يد السّفلى، وابْدأ بمنْ تعول وخيْر الصّدقة عنْ ظهر غنى
ومنْ يسْتعْففْ يعفّه الله ومنْ يسْتغْن يغْنه الله) متفق عليه ,والفظ للبخارى
Dari Hakim putra Hizam, ra., dari
Rasulullah saw., beliau bersabda; “Tangan yang di atas lebih baik dari tangan
yang di bawah, dahulukanlah orang yang menjadi tanggunganmu. Dan sebaik-baiknya
sedekah itu ialah lebihnya kebutuhan sendiri. Dan barang siapa memelihara
kehormatannya, maka Allah akan memeliharanya. Dan barang siapa mencukupkan akan
dirinya, maka Allah akan beri kecukupan padanya.” (H.R Bukhari)
Hadits Riwayat
Muttafaq Alaih
مَامِنْ عَبْدٍيَسْتَرْعِيْهِ
اللَّهُ رَعِيَّةً يَمُوْتُ يَوْمَ يَمُوْتُ وَهُوَغَاشٍ لِرَعِيَّتِهِ
اِلاَّحَرَّمَ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ (متفق عليه)
Artinya : “Tiada
lain bagi seorang hamba yang diamanatkan oleh Allah SWT mengurusi rakyat yang
pada suatu hari ia mati dalam keadaan menipu rakyatnya atau tidak bertanggung
jawab, kecuali Allah mengharamkan surga untuknya.” (HR. Muttafaq ‘alaih).
Hadits Riwayat
Bukhori
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ (رواه البخارى)
Artinya : “Kamu
semua adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya
tentang kepemimpinannya.” (HR. Bukhari)
Manusia diciptakan
Allah SWT sebagai makhluk yang sempurna yang dilengkapi dengan akal pikiran.
Dengan adanya akal itu, manusia berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya. Selain
itu, dengan adanya akal, manusia dapat membedakan mana yang baik mana yang
buruk, serta benar dan yang salah. Oleh karena itu, manusia harus bertanggung
jawab dengan atas segala perbuatannya di dunia ini. Bertanggung jawab dengan
sesama manusia dan bertanggung jawab di hadapan Allah SWT.
Orang yang memiliki
sifat bertanggung jawab di hadapan Allah SWT segala perbuatannya akan selalu
dipertimbangkan, agar bermanfaat dan tidak mendatangkan kerusakan atau
kemaksiatan. Setiap manusia diberikan tugas dan kewajiban oleh Allah SWT untuk
mengurus, mengatur dan memelihara segala sesuatu yang menjadi bebannya.
Pelaksanaan tugas itu akan dimintai pertanggungjawabannya.
D.
Pekerjaan yang Paling Baik
Menurut Rasulullah
SAW, setidaknya ada dua jenis pekerjaan yang tergolong ke dalam pekerjaan
terbaik yang bisa dilakukan oleh umat manusia, antara lain yaitu:
1.
Setiap Pekerjaan Selain Meminta – minta
Menurut Rasulullah SAW, pada dasarnya setiap pekerjaan
merupakan pekerjaan yang terbaik selama semuanya dilakukan dengan berlandaskan
kemampuan yang dimiliki diri sendiri dan bukan dengan jalan meminta – minta.
Hal ini senada dengan Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Baihaqi dan
Al Hakim yang artinya : Rasulullah SAW ditanya, “Pekerjaan apakah yang paling
baik?” Beliau menjawab “Pekerjaan seseorang dengan tangannya sendiri dan semua
pekerjaan yang baik.” (HR. Baihaqi dan Al Hakim).
Jika dikaji secara mendalam, maka pada dasarnya setiap
pekerjaan itu baik untuk dilakukan selama halal dan bukan merupakan aktivitas
meminta – minta. Menurut hadits ini, tidak ada pekerjaan yang lebih baik
dibandingkan pekerjaan yang lainnya. Semua pekerjaan memiliki tingkat kebaikan
yang sama satu dengan lainnya, sehingga setiap orang yang telah bekerja harus
mensyukuri pekerjaan yang dimilikinya saat ini.
2.
Perniagaan
Selain mengatakan bahwa pekerjaan terbaik merupakan setiap
pekerjaan yang dilakukan dengan tangan sendiri selain meminta – minta,
Rasulullah juga menyatakan jika pekerjaan terbaik yang lainnya adalah aktivitar
perniagaan atau pun perdagangan. Hal ini diutarakan oleh Rasulullah SAW melalui
Hadits yang diriwayatkan oleh Al Bazzar dan Tabrani yang artinya : Nabi SAW
ditanya tentang pekerjaan yang paling utama. Beliau menjawab, “Perniagaan yang
baik dan pekerjaan seseorang dengan tangannya seniri”. (HR. Al Bazzar dan
Thabrani dalam Al Mu’jam Kabir).
Seperti yang telah kita ketahui bersama, sepajang hidupnya
sebelum menjalankan aktivitas kenabiannya, Rasulullah SAW merupakan seorang
pedagang unggul yang menjajakan dagangannya di seluruh penjuru jazirah Arab.
Bahkan, dari hasil perniagaan yang dilakukannya, Rasulullah berhasil menjadi
salah satu saudagar kaya yang dikenal dengan sifatnya yang jujur. Oleh karena
itu, sebagai pengikut ajarannya, sudah sepatutnya kita mengikuti jejak
kehidupannya dalam mencari rizky dengan jalan berniaga atau pun berdagang.
Itulah
dua pekerjaan terbaik menurut Rasulullah SAW yang patut untuk kita teladani.
Perlu kita ketahui bersama, meskipun disebut di atas bahwa setiap pekerjaan
selain meminta – minta adalah pekerjaan terbaik, namun konteks pekerjaan yang
dimaksud di sini adalah setiap pekerjaan yang halal. Jadi meskipun sebuah pekerjaan
dilakukan sendiri dan bukan hasil meminta – minta, akan tetapi jika pekerjaan
tersebut merupakan pekerjaan yang haram seperti mencuri atau pun perniagaan
barang – barang yang haram, maka pekerjaan tersebut bukanlah pekerjaan yang
terbaik, melainkan pekerjaan yang terburuk.
E.
Tanggung Jawab Sebagai Pemimpin
Menurut James A.F Stonen, tugas utama
seorang pemimpin adalah:
1.
Pemimpin
bekerja dengan orang lain
Seorang
pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan
atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi sebaik orang
diluar organisasi.
2.
Pemimpin
adalah tanggung jawab dan mempertanggungjawabkan (akuntabilitas).
Seorang
pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun tugas menjalankan tugas, mengadakan
evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk
kesuksesan stafnya tanpa kegagalan.
3.
Pemimpin
menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas
Proses
kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat menyusun tugas dengan
mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus dapat
mendelegasikan tugas-tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin harus dapat
mengatur waktu secara efektif,dan menyelesaikan masalah secara efektif.
4.
Pemimpin
harus berpikir secara analitis dan konseptual
Seorang
pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual.
Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat
menguraikan seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas dan kaitannya dengan
pekerjaan lain.
5.
Manajer
adalah seorang mediator
Konflik
selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus
dapat menjadi seorang mediator (penengah).
6.
Pemimpin
adalah politisi dan diplomat
Seorang
pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat,
seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya.
7.
Pemimpin
membuat keputusan yang sulit
Seorang
pemimpin harus dapat memecahkan masalah.
Menurut
Henry Mintzberg, Peran Pemimpin adalah :
1)
Peran
hubungan antar perorangan,
dalam kasus ini fungsinya sebagai pemimpin yang dicontoh, pembangun tim, pelatih,
direktur, mentor konsultasi.
2)
Fungsi
Peran informal
sebagai monitor, penyebar informasi dan juru bicara.
3)
Peran
Pembuat keputusan,
berfungsi sebagai pengusaha, penanganan gangguan, sumber alokasi, dan
negosiator
F.
Larangan Meminta-Minta
Allah Ta’ala
memuji orang yang bersabar atas kemiskinannya, tidak meminta-minta, walau dia boleh
meminta apabila terpaksa. Hal ini tidak berarti larangan menerima pemberian
orang yang kasihan padanya. Bukankah Allah menyuruh orang kaya agar menyisihkan
hartanya untuk orang yang meminta-minta dan orang yang tidak meminta?
وَالَّذِينَ فِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَعْلُومٌ
لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ
“Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian
tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai
apa-apa (yang tidak mau meminta-minta).” (QS. Al-Ma’arij: 24-25)
Dari Qabishah bin Mukhariq Al-Hilali radhiallahu ‘anhu,
ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَا قَبِيْصَةُ، إِنَّ الْـمَسْأَلَةَ لَا تَحِلُّ إِلَّا
لِأَحَدِ ثَلَاثَةٍ : رَجُلٍ تَحَمَّلَ حَمَالَةً فَحَلَّتْ لَهُ الْـمَسْأَلَةُ
حَتَّى يُصِيْبَهَا ثُمَّ يُمْسِكُ، وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ جَائِحَةٌ اجْتَاحَتْ
مَالَهُ فَحَلَّتْ لَهُ الْـمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيْبَ قِوَامًا مِنْ عَيْشٍ
–أَوْ قَالَ : سِدَادً مِنْ عَيْشٍ- وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ فَاقَةٌ حَتَّى يَقُوْمَ
ثَلَاثَةٌ مِنْ ذَوِي الْحِجَا مِنْ قَوْمِهِ : لَقَدْ أَصَابَتْ فُلَانًا فَاقَةٌ
، فَحَلَّتْ لَهُ الْـمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيْبَ قِوَامًا مِنْ عَيْش ٍ، –أَوْ
قَالَ : سِدَادً مِنْ عَيْشٍ- فَمَا سِوَاهُنَّ مِنَ الْـمَسْأَلَةِ يَا
قَبِيْصَةُ ، سُحْتًا يَأْكُلُهَا صَاحِبُهَا سُحْتًا.
“Wahai Qabishah! Sesungguhnya meminta-minta itu tidak
halal, kecuali bagi salah satu dari tiga orang: (1) seseorang yang menanggung
hutang orang lain, ia boleh meminta-minta sampai ia melunasinya, kemudian
berhenti, (2) seseorang yang ditimpa musibah yang menghabiskan hartanya, ia
boleh meminta-minta sampai ia mendapatkan sandaran hidup, dan (3) seseorang
yang ditimpa kesengsaraan hidup sehingga ada tiga orang yang berakal dari
kaumnya mengatakan, ‘Si fulan telah ditimpa kesengsaraan hidup,’ ia boleh
meminta-minta sampai mendapatkan sandaran hidup. Meminta-minta selain untuk
ketiga hal itu, wahai Qabishah! Adalah haram, dan orang yang memakannya adalah
memakan yang haram.” (Shahih: HR. Muslim, Abu Dawud, Ahmad, an-Nasa-i, dan
selainnya).
Hadits ini menunjukkan bahwa meminta-minta adalah haram,
tidak dihalalkan, kecuali untuk tiga orang:
(1) Seseorang yang
menanggung hutang dari orang lain, baik disebabkan menanggung diyat orang
maupun untuk mendamaikan antara dua kelompok yang saling memerangi. Maka ia
boleh meminta-minta meskipun ia orang kaya.
(2) Seseorang yang
hartanya tertimpa musibah, atau tertimpa peceklik dan gagal panen secara total,
maka ia boleh meminta-minta sampai ia mendapatkan sandaran hidup.
(3) Seseorang yang
menyatakan bahwa dirinya ditimpa kemelaratan, maka apabila ada tiga orang yang
berakal dari kaumnya memberi kesaksian atas hal itu, maka ia boleh
meminta-minta sampai ia mendapatkan sandaran hidup.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kerja adalah suatu
cara untuk memenuhi kebutuhan manusia baik kebutuhan fisik, psikologis, maupun
sosial. Selain itu, kerja adalah aktivitas yang mendapat dukungan sosial dan
individu itu sendiri. Manusia diwajibkan untuk berusaha, bukan menunggu karena
Allah tidak menurunkan harta benda, iptek dan kekuasaan dari langit melainkan
manusia harus mengusahakannya sendiri. Manusia harus menyadari betapa
pentingnya kemandirian ekonomi bagi setiap muslim. Kemandirian atau ketidak
ketergantungan kepada belas kasihan orang lain ini mengandung resiko, bahwa
umat Islam wajib bekerja keras. Dan syarat itu adalah memahami konsep dasar
bahwa bekerja merupakan ibadah. Dengan pemahaman ini, maka akan terbangun etos
kerja yang tinggi.
Tujuan bekerja
menurut Islam ada dua, yaitu memenuhi kebutuhan sendiri dan keluarga, dan memenuhi
ibadah dan kepentingan sosial. Islam menjunjung tinggi nilai kerja, tetapi
Islam juga memberi balasan dalam memilih jenis pekerjaan yang halal dan haram.
Etika kerja dalam Islam yang perlu
diperhatikan adalah (1) Adanya keterkaitan individu terhadap Allah sehingga
menuntut individu untuk bersikap cermat dan bersungguh-sungguh dalam bekerja,
berusaha keras memperoleh keridhaan Allah dan mempunyai hubungan baik dengan
relasinya. (2) Berusaha dengan cara yang halal dalam seluruh jenis pekerjaan.
(3) tidak memaksakan seseorang, alat-alat produksi atau binatang dalam bekerja,
semua harus dipekerjakan secara professional dan wajar. (4) tidak melakukan
pekerjaan yang mendurhakai Allah yang ada kaitannya dengan minuman keras, riba
dan hal-hal lain yang diharamkan Allah. (5) Professionalisme dalam setiap
pekerjaan.
B.
Saran
Kami banyak berharap
pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan
makalah ini sehingga kami dapat
memperbaiki dikesempatan
berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.warnetgadis.com/2017/04/makalah-giat-bekerja-dan-tanggung-jawab.html
M. Dawan Raharjo, Etika Ekonomi dan Manajemen, PT. Nara Wacana, Yogyakarta, 1990, hlm. 50
M. Dawan Raharjo, Etika Ekonomi dan Manajemen, PT. Nara Wacana, Yogyakarta, 1990, hlm. 50
Ali-Sumanto
Alkindi, Bekerja Sebagai Ibadah: Konsep Memberantas Kemiskinan, Kebodohan
dan Keterbelakangan Umat, CV. Aneka,
Solo, 1997
KH.
Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islam, Gema Insani Press, Jakarta,
2002, hlm. 2-26
Prof.
Dr. Muhammad Mutawalli asy-Sya’rawi, Jiwa dan Semangat Islam, Gema
Insani Press, Jakarta, 1992, hlm. 36-38
Drs.
M. Thalib, Pedoman Wiraswasta dan manajemen Islami, CV. Pustaka Mantiq,
Solo, 1992, hlm. 18-20
UNTUK VERSI SOFTCOPY (TULISAN + GAMBAR + EDIT + RAPI)
SILAHKAN DATANG KE WARNET GADIS.NET / SMS
SIMPANG SMPN 1 SITIUNG, DHARMASRAYA
08777-07-33330 / 0853-6527-3605
HARGA BERSAHABAT
0 Response to "Makalah Giat Bekerja dan Tanggung Jawab Lengkap"
Posting Komentar