Cerpen Pribadi Mentari Mengintip Di Balik Celah Awan Hitam
Di
siang yang terik ini,tampaklah matahari dengan gagah perkasanya memunculkan di
tengah awan putih yang kian begitu tebal,tak kalah cahaya matahari terus memancarkan
sinarnya yang terik.Aku bersama teman-temanku yang begitu lelah karena baru
siap latihan menari duduk dengan lunglainya menghempaskan tubuh ke lantai smen
yang begitu sejuk.Akhh…begitu lega rasanya..ya itulah kebiasaan kami sehabis
pulang sekolah,kami latihan menari untuk lomba antar kelas dan sekaligus untuk
mengambil nilai seni budaya,ya bisa di sebut dengan pagelaran lah,namun
penontonnya hanya siswa-siswi dan orang tua murid saja.Pada saat itu kami yang
masih duduk di bangku kelas 6 sekolah dasar,cukup dengan cepat mengerti dengan
gerakan-gerakan tari. Kami di latih oleh seorang penari salah seorang siswi smk
sungai rumbai yang begitu lincahnya membawakan gerakan-gerakan tari,tari kami
pada saat itu bukanlah tari tradisional,melainkan tari modern.
Dua
minggu lagi lomba akan segera di mulai,jadi kami harus berlatihan dengan
maksimal,aku bukan termasuk orang yang lugu dalam menari,hampir latihan yang
kelima aku sudah dapat menguasai gerakan-gerakan tari tersebut,namun nasib baik
belum bepihak kepada ku,oleh karena itu aku harus mundur dalam menari tersebut.
Tepat
hari senin jam 02:00 pengambilan nilai tari di selenggarakan,aku dengan
semangat membawa gerakan-gerakan tari tersebut,akhirnya tiga orang dari
kami,termasuk aku juga mendapat nilai yang terbaik,allhamdulillah ucapan syukur
kembali terucap dalam bathinku,setelah pengmbilan nilai tari di ambil,guru seni
budaya ku mengatakan kelompok kami paling bagus dan mendapat juara satu.Dan guruku
menawarkan,bahwasannya “Bapak Marlon Mertua” akan datang ke daerahku,yang pada
saat itu menjabat sebagai Bupati,kami di suruh menampilkan tarian kami dalam
acara penyambutan bupati tersebut dalam acara peresmian lomba bola volley se Dharmasraya.http://warnetgadis.blogspot.com/
Enam orang
dari kami, grup tari semakin bersemangat untuk terus latihan menari,sampai sutu
ketika,kami membahas tentang baju,mereka mengatakan, bahwa harus menjahit baju
baru,aku dengan kepala dingin, diam dan tertunduk lesu,jangankan untuk jahitin
baju untuk bayar uang latihan tari saja aku sudah merasa kasihan yang amat
berat kepada orang tuaku,dengan berani aku mengajukan usul kepada teman-teman
ku,maklum dulu aku adalah orang yang tipe pendiam dan penakut,ku katakan bahwasanya
tidak perlu mejahit baju,karna biayanya terlalu besar,teman-teman yang lain
banyak yang setuju,namun ada salah seorang temanku menolak,dan berkata siapa
yang tidak mau menjahit baju harus keluar dari kelompok nari kami, suasana
menjadi tegang,ku rasakan betapa panasnya ubun-ubunku, tat kala dia mengatakan
hal tersebut.Kami semua terdiam,akhirnya ada seorang teman ku yang kurang mampu
juga,mengundurkan diri karena alasan ekonomi orang tuanya rendah,begitu pula
denganku.
Suasana
pun seketika hening, awan putih berubah kabut,dan tiba-iba gelap seketika, hari
pun sekatika mendung,aku yng sedari tadi
caria kini lemas lunglai.Ku lihat Fitri menangis alangkah betapa sedihnya hatinya dan di perlakukan seperti
itu. Aku pun datang mendekatinya,kulihat di wjahnya air mata mengalir perlahan-lahan
wajahnya sangatlah iba,hari hajan yang cukup deras kami segera mengambil sepeda
dan pulang kerumah, di sepanjang perjalanan kami di guyur hujan yang cukup
deras,akhirnya kami berhenti di sebuah gubuk tua,tampaknya sudah usang dan
sudah lama tidak di huni.
Di sini
lah kami berteduh, dan sejak saat itu juga aku semakin dekat dengannya melebihi
saudaraku sendiri,saat itu hati kami kian hancur bak kepingan kaca yang pecah
berserakan,namun apalah daya kami hanya sekedar orang biasa,tak mampu seperti mereka
halnya.Suasana yang senyap pecah seketika saat petir meletus,kami pun terkejut
dan saling berpandangan.Akhirnya Fitri berkata dengan lirih kepadaku.
‘’Siti,kamu
sedih tidak?” “Tentu saja Fit, bagai mana dengan mu?” “Hal yang sama dengan mu
ku alami”.Seketika kami diam sejenak.Hujan yang terus mengguyur belum juga
berakhir. Ku lihat di balik raut wajahnya rasa iba yang amat dalam. Kupalingkan
wajah ku ke samping,terbayang kata-kata Lika yang begitu amat perih seakan-akan
menyobek hati yang kian hancur bagaikan debu terhempas,tak sengaja aku melihat
Fitri yang termenung dengan sedihnya.Tiba-tiba ku lihat dia meneteskan
mutiara-mutira bening di atas pipinya yang begitu indah,tak kuasa rasa nya hati
ini melihat kejadian itu, karna dia adalah salah seorang teman yang sudah ku
anggap lebih dari saudara.Tiba-tiba dengan hati yang tulus aku memberani kan
diri mengatakan kata yang saat itu sudah ku anggab bijaksana bagi seorang
sahabat. Ya..cukup bijaksana walaupun pada saat itu aku masih berusia
bawahan,namun aku cukup sudah mengerti dengan yang namanya sakit hati.
Dengan
suara lirih aku mengeluarkan kata-kataku dengan penuh hati-hati,karna aku takut
nantinya dia tersinggung dengan perkataanku,atau setidaknya aku takut malah membuat
dia tambah lebih sedih,’’Fit,kamu kenapa menangis??”Apakah kamu sedih dengan perkataan
Lika tadi?’’iya Sit, aku sedih sekali dengan perkataan Lika tadi, aku tidak
masalah ko, walaupun tidak ikut bergabung menari denganya,toh kita masih bisa
bermain berdua,dan juga mungkin lebih bahagia jika aku selalu bersama mu,iya
kan? “Akh..kamu ada saja kata ku sambil meledeknya,ku lihat senyum mungil
nanindah di bibirnya..menandakan bahwa dia sedikit lega dengan
pertanyaanku,namun aku terus melanjutkan bicaraku,kini aku hanya ingin berusa
agar dia bahagia seperti biasa-biasanya.’’Fitri..kamu jangan sedih lagi ya..apa
lagi menangis dengan hal seperti itu.Kita harus kuat,kita gak kalah ko dengan
orang seperti mereka,walaupun kita tidak kaya,tidak mampu seperti mereka bisa
terturuti apa yang mereka inginkan,namun itu semuakan belum tentu berjalan dengan
mulus dan indah selamanya,hidup ini seperti roda yang setiap detik akan
berputar,tidak selamanya kita di atas,begitu pula tidak selamanya kita di
bawah,karna allah maha adil,jadi kamu jangan sedih ya Fit,kan nada aku,kan
bukan kamu sendiri yang itdak ikut menari,kan juga bukan kamu sendiri yang dia
keluarkan,aku juga ko”. Saat itu ku lihat dia benar-benar tidak bisa
menyembunyikan tangisnya,ku dengar isak tangisnya yang tersedu-sedu,dan dia
tersenyum langsung memelukku.
Hajan
pun akirnya berhenti,seiring dengan tangis kami yang sudah reda,kami pun pulang
menuju rumah masing-masing, di sepanjang jalan kami masih sempat bermain air di
oloran yang ada ika--ikan kecil,hari itu penuh sejarah,ada rasa sedih yang tak
dapat terlukiskan,namun ada juga rasa haru bercampur bahagia menjadi satu.
Sesampainya
di persimpangan jalan kami berpisah,ya karena rumah Fitri berlawanan arah
dengan rumahku,namun tidak begitu jauh,kami pun pulang menuju rumah masing-
masing,akhirnya tibalah jua aku di rumahku yang cukup sederhana,yang terbuat
dari papan dan atap dari gendeng yang sudah berwarna hitam karna sudah lama tidak
diganti. Ya di rumah ini lah aku tinggal bersama keluargaku,hidup lima orang
penghuninya,yaitu ayahku,ibuku,abangku,adiku, dan beserta aku, walaupun
demikian kami selalu bahagia tinggal di rumah tersebut, rumah yang dapat di
katakan sebagai pondok,karna terbuat dari papan-papan yang tidak begitu
bagus,dan tidak ada hiasan-hiasan ataupun seninya barang sekalipun.http://warnetgadis.blogspot.com/
Namun
demikian aku tidak pernah merasa malu barang sedikitpun,aku tidak pernah merasa
gengsi, karna orang tuaku sering mengatakan kita tidak boleh malu dengan
keadaan kita yang sebenarnya,karna itu merupakan sebuah nikmat yang di berikan
Allah terhadap kita,jadi kita harus mensyukuri,bukan untuk memalukannnya.
Setelah kami menjalan hari-hari
sering berdua,kami sering saling berbagi curhat dan bebagai kisah-kisah. Pada
suatu ketika,pada saat itu hari mendung namun tak hujan-hujan jua ,kami kembali
lagi duduk di pondok tua itu,suasananya saat itu begitu hening, kami tertawa
karena barusan saja becerita yang lucu-lucu, tiba-tiba aku mengingat sesuatu
tentang mimpi ku semalam pada waktu itu, dan aku pun meceritakan kanya dengan
Ffitri,’’Fit,kamu tahukan mendiang pakwoku yang sering main ke rumah ku ketika
bulan puasa itu?”iya, emangnya kenapa Sit?” Tadi malam Siti mimpiin dia kalau
dia. Terus bagai mana kelanjutan mimpi kamu itu? “Ya aku mimpi kalau dia menangis-
nangis minta makanan,dan dia membawa batang kayu yang amat besar dan
panjang,aku gak tau kenapa merasa sangat sedih dan iba sekali,ingin rasanya aku
menolongnya,dan member imakanan yang banyak kepadanya namun aku tak mampu
ketika mimpi tersebut. Pas ketika aku bangun aku baru tersadar kalau itu
semuanya hanya mimpi. Namun dalam mimpi itu terasa ada yang aneh, aku mersakan
hal itu benar-benar tejadi Fit,namun aku tidak mengatakannya kepada ayah dan
ibuku,aku takut mereka juga sedih seperti halnya diriku.
“Menurut
mu,apa coba maksdu dari mimpi tersebut?”ku lihat Fitri diam sejenak,”kamu
sayangkan dengan pakwo mu itu Sit.”Iya jawabku tegas, emang kenapa?” “dia sengsara di alam akhirat sana,dia minta
do’a dia menangung beban berat di
sana,kalau kamu ingin memberikannya makanan,maka kamu harus banyak mengirimkan
do’a kepadanya”. Aku terdiam sejanak,ku fikir-fikir masuk akal juga perkataan Fitri
tersebut,dalam tekad hati ku,aku akan pasti berdo’a untuk pakwo ku
tercinta,karna dia amat baik kepada ku.
Setelah
itu ku lihat dia dengan wajah sedih menunduk ke bawah,”Fitri kamu kenapa?
“Siti..?aku
boleh gak curhat sama kamu,namun kamu jangn nolak permintaanku ya..bolehkan?”
“iya,..fitri,,kamu
seperti tidak kenal aku saja,kita kan
sudah lama kenal,pasti aku akan menuruti permintaan kamu selama aku masih mampu.”
“Siti..kamu
sudah tau kan bahwa aku sering sakit-sakit selama ini? suatu saat hari ini aku
ingin kamu berjanji kepada ku jangan bilang sama siapa siapa ya.. dulu orang
tua ku pernah mengajak ku berobat, kata orang tersebut hanya aku kurang darah
makanya kepala ku sering sakit- sakitan,namun kadang-kadang rasa sakitnya
membuat ku hilang fikiran dan melang-melayang kosong.”
“Karna sudah terlalu banyak dan
sering orang tuaku mengajak untuk
berobat dan sudah banyak menghabiskan biaya,aku merasa amat iba yang
terlalu dalam Sit”,”akhirnya aku memutuskan untuk berbohong,setiap kepala kukambuh
sakit, aku pergi ke samping rumah, dan menahan tangis di situ,kadang-kadang aku
pernah berfikir,aku tidak sanggup lagi hidup seprti ini,namun jika aku ingat
bermain bersamamu,ingin mengejar mimpi dan angan-angan yang beitu indah,aku
tetap kembali bersemangat untuk hidup, kamu pernah mengatakan bahwa hidup itu
indah jika di jalani dengan kesabaran, namun bagiku itu tidak Sit, aku merasa kesakitan dalam
menjalani hidup ini, aku benar benar tidak sanggup”.
Aku yang terdiam,kini tibalah
saatnya aku menagis tersedu-sedu,hati ku saat itu gelisah tak menentu,bahkan sedih
sekali,rasanya ingin sekali kupergi mengajaknya kebulan agar dia tidak
meneruskan perkataannya, setidak-tidaknya aku ingin bahwa pada saat itu hanya
mimpi belaka, namun tidak, perkataan itu kenyataan yang membuatku kian iba.
Dan dia meneruskan ceritanya,’’
aku merasa hidup sehari serasa seribu tahun bagiku, apa lagi setelah aku
mengetahui bahwa apa yang sebenarnya penyakit yang selama ini mengidap di
kepala ku..”dia menangis dan memelukku dengan betapa eratnya.
Aku yang masih takut bercampur
cemas menyakan bahwa sebenarnya penyakit
apa yang selama ini telah menyerangnya,hingga membuat dia kian
menderita.’’Fitri,,Fitri sakit pa..??”Fitri jangan menangis lagi ya..” “Fitri
bilang donk sama Siti,jawab.. sebenarnya Fitri sakit apa Fit…..???”Fitri….Fitri…
kena tomor ganas Siti…Fitri takut, Fitri takut dengan semua ini, Fitri takut
kehilangan masa depan Fitri, Fitri taku kehilangn Siti, Fitri takut..”
“Sudahh
donk..itu gak benar, Fitri bohongkan sama Siti, Fitri lagi becandakan sama
siti,gak mungkin……..Fitri,dengar kata-kata Siti baik-baik ya,Fitri pasti
sembuh,Fitri tidak akan kehilangan semua-muanya,Siti akan nemenin Fitri sampai
kapan pun,kita pasti akan meraih
cita-cita yang tinggi sebagai mana yang pernah kita janjikan dulu..jangan
nangis lagin ya..”aku pun memeluknya dengan erat, saat itu aku benar-benar
takut kehilangan dia,yaa.. dia Fitri sosok wanita yang sudah kuanggap bagian
dari saudaraku sendiri..
“Siti,tadi
kan siti sudah janji sama Fitri akan nurutin permintaan Fitri, besok jika kelak
Fitri pergi, Siti apakah akan merindukan Fitri,Siti sayangkan sama Fitri,besok
jangan lupa selalu kirimin do’a buat fitri ya Siti..”
‘’Fitriiiiiii,,,,,sudahh
donk,,,,jangan berkata seperti itu lagii…jangan kata Siti…jangan bauat Siti
jadi sedi,Siti pastii selalu ada buat Fitri.” Kami pun saling berpelukan dengan
eratnya.
Ya begita lah kisah kami yang
sangat menyedihkan dan tak terlupakan,hari-hari demi hari pun berganti,bulan
demi bulan berubah, sejak dua bulan kejadian itu,aku semakin selalu dekat fitri
dan jarang sekali meninggalkan nya,sampai pada tanggal 28-05-2007 hari ulang
tahun ku, dan kami sama tanggal lahir dan bulan jadi kami merayakannya berdua,
saat itu adalah masa yang paling indah, di mana aku merasakan dia sosok orang
yang amat beharga bagiku,aku ingin sampai besar nanti hidup bersama-sama
dengannya,ya itu lah fikiran konyol ku saat dulu.
Sampai pada suatu ketika, aku
kepilih menari sebagai pengantar carano
untuk acara peresmian lomba bola voley,yang di hadiri oleh bapak “Maron Mertua”,
dan pada saat itu Fitri sedang sakit, tapi pada saat aku tampil aku masih
sempat melihatnya,di balik batang kelapa di sudut lapangan , ku lihat dia
tersenyum puas melihat ku menggenakan baju adat dengan wajah di hias,ku rasa
jika dia ikut menari,pasti dialah yang paling cantik,ya karna wajahnya amat
manis dan imut,namun karna dia sering sakit-sakitan jadi dia tidak bisa
latihan,pas acara selesai aku tidak lagi melihatnya, perasaan ku mulai tidak
enak dan gundah gelana,pas ketika aku pulang ke rumah seketika menunjkan pukul
delapan malam, aku selalu terbyang Fitri,aku takut terjadi sesuata yang
tidak-tidak dengannya.
Paginya,karna aku di pilih lomba
puisi saat itu ke Kabupaten tepatnya di sekolah
dasar pulau punjung,jadi aku berangkat pagi,otomatis,aku tidak bertemu
dengannya, sesampainya aku pulang,orang rame-rame di persimpangn jalan,aku
gemetar,ku kira ada orang kecelakaan,dan aku menanyakan ibu-ibu tetangga
ku,mereka mengatakan bahwa Fitri,telah meninggal dunia, wajahku langsung hitam
balu, dengan secepat kilat aku berlari menuju ke dalam rumahnya, dan membuka
sarung pembukus mayatnya,ku peluk dia
dengan erat..”Fitriiiiiiiiii……pekik ku dengan kencang,kenapa kamu begitu cepat
meninggalkan ku Fitri,kamu tidak sayang sama aku Fit???..Aku pun tak sadar diri
saat itu, ketika aku bangun ternya Fitri sudah di kuburkan,tak henti-hentinya
aku menagis.Kejadian itu serasa mimpi bagiku, serasa Fitri masih hidup, aku
belum bisa ikhlas dengan kepergiannya, ya sungguh tak ikhlas sama sekali.
Tiga tahun berlalu,semenjak
kepergiannya, aku tidak mendapatkan sahabat yang serupa dia, baik, lembut,santun dan selalu bersikap baik
terhadap orang, kemaren tepat tanggal lahir ku yang ke 16 tahun,tanggal
28-05-2014,jika dia masih hidup,mungkin seusiaku,karna tanggal,bulan,tahun
lahir kami sama,jadi stiap ulang tahun kami selalu merayakanya berdua,namun
kini tidak lagi,aku hanya bisa merayakannya di tempat pemakamannya dengan
tangis yang penuh kerinduan,aku hanya merasa baru kemaren kita
berteman,bercerita,baru kemaren rasanya aku duduk di pondok tua itu Fit,sekarang
kamu sudah tiada, harapan ku hanya satu,aku rindu kamu fit,aku hanya ingin
bertemu dengan mu walau sekejap saj, walau hanya dalam mimpi..Allah begitu
sayangnya kepada mu sehingga begitu cepatnya merebutmu dari..semoga kamu tenang
di alam sana.miss you Fitri lidya sari.http://warnetgadis.blogspot.com/
UNTUK
VERSI LENGKAP (TULISAN + GAMBAR + EDIT + RAPI)
SILAHKAN
DATANG KE WARNET GADIS.NET
SIMPANG
SMPN 1 SITIUNG, DHARMASRAYA
08777-07-33330
/ 0853-6527-3605
0 Response to "Cerpen Pribadi Mentari Mengintip Di Balik Celah Awan Hitam"
Posting Komentar