Makalah Tentang kakao
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang
peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia
lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Di samping itu kakao juga
berperan dalam mendorong pengembangan wilayan dan pengembangan agroindustri.
Pada tahun 2002, perkebunan kakao telah menyediakan lapangan kerja dan sumber
pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala keluarga petani yang sebagian besar
berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI) serta memberikan sumbangan devisa
terbesar ke tiga sub sektor perkebunan setelah karet dan minyak sawit dengan
nilai US $ 701 juta.
Perkebunan kakao di Indonesia mengalami perkembangan pesat
dalam kurun waktu 20 tahun terakhir dan pada tahun 2002 areal perkebunan kakao
Indonesia tercatat seluas 914.051 ha. Perkebunan kakao tersebut sebagianbesar
(87,4%) dikelola oleh rakyat dan selebihnya 6,0% perkebunan besar negara serta
6,7% perkebunan besar swasta. Jenis tanaman kakao yang diusahakan sebagian
besar adalah jenis kakao lindak dengan sentra produksi utama adalah Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah. Di samping itu juga diusahakan
jenis kakao mulia oleh perkebunan besar negara di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Dari
segi kualitas, kakao Indonesia tidak kalah dengan kakao dunia dimana bila
dilakukan fermentasi dengan baik dapat mencapai cita rasa setara dengan kakao
berasal dari Ghana dan keunggulan kakao Indonesia tidak mudah meleleh sehingga
cocok bila dipakai untuk blending. Sejalan dengan keunggulan tersebut,
peluang pasar kakao Indonesia cukup terbuka baik ekspor maupun kebutuhan dalam
negeri. Dengan kata lain, potensi untuk menggunakan industri kakao sebagai
salah satu pendorong pertumbuhan dan distribusi pendapatan cukup terbuka.
Meskipun demikian, agribisnis kakao Indonesia masih
menghadapi berbagai masalah kompleks antara lain produktivitas kebun masih
rendah akibat serangan hama Penggerek Buah Kakao (PBK), mutu produk masih
rendah serta masih belum optimalnya teknologi budidaya tanaman kakao. Hal ini
menjadi suatu tantangan sekaligus peluang bagi para investor untuk
mengembangkan usaha dan meraih nilai tambah yang lebih besar dari agribisnis
kakao.
Kakao (Theobroma cacao, L) merupakan salah komoditas
perkebunan yang sesuai untuk perkebunan rakyat, karena tanaman ini dapat
berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber pendapatan
harian atau mingguan bagi pekebun. Tanaman kakao berasal dari daerah hutan
hujan tropis di Amerika Selatan. Di daerah asalnya, kakao merupakan tanaman
kecil di bagian bawah hutan hujan tropis dan tumbuh terlindung pohon-pohon yang
besar. Oleh karena itu dalam budidayanya, tanaman kakao memerlukan naungan.
Sebagai daerah tropis, Indonesia yang terletak antara 6 LU – 11 LS merupakan
daerah yang sesuai untuk tanaman kakao. Namun setiap jenis tanaman mempunyai
kesesuian lahan dengan kondisi tanah dan iklim tertentu, sehingga tidak semua
tempat sesuai untuk tanaman kakao, dan untuk pengembangan tanaman kakao
hendaknya tetap mempertimbangkan kesesuaian lahannya.
Sebagai tananam yang dalam budidayanya memerlukan naungan,
maka walaupun telah diperoleh lahan yang sesuai, sebelum penanaman kakao tetap
diperlukan persiapan naungan. Tanpa persiapan naungan yang baik, pengembangan
tanaman kakao akan sulit diharapkan keberhasilannya. Oleh karena itu persiapan
lahan dan naungan, serta penggunaan tanaman yang bernilai ekonomis sebagai
penaung merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam budidaya kakao.
Pengembangan tanaman kakao, budidayanya memerlukan naungan.
Tanpa persiapan lahan dan tanpa persiapan naungan yang baik, pengembangan
tanaman kakao akan sulit diharapkan keberhasilannya. Tanaman penaung yang
biasanya digunakan adalah Moghania macrophylla sebagai penaung sementara dan, Lamtoro
atau Glirisidia sebagai penaung tetap, yang tidak memberikan manfaat ekonomis
secara langsung bagi petani, sehingga kurang menarik bagi petani. Secara umum,
dalam budidaya kakao juga dihadapi masalah harga komoditi yang tidak menentu,
kondisi lahan yang semakin menurun, serta mutlak diperlukannya naungan dalam
budidayanya. Oleh karema itu, maka pola diversifikasi tanaman kakao merupakan
peluang untuk pengembangan kakao dengan pemanfaatan tanaman yang mempunyai
nilai ekonomis seperti pisang sebagai penaung sementara, dan kelapa sebagai
penaung tetap, serta jati. sengon, atau tanaman lainnya sebagai tanaman tepi
blok kebun.
1.2 Tujuan
Tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah teknologi
budidaya aneka tanaman industri, selain itu tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah untuk mengetahui cara pemeliharaan tanaman kakao, penaungan tanaman
kakao dan panen buah kakao.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Syarat Tumbuh Tanaman Kakao
a)
Tanah
Tanaman kakao untuk tumbuhnya memerlukan kondisi tanah yang
mempunyai kandungan bahan organ yang cukup, lapisan olah yang dalam untuk
membantu pertumbuhan akar, sifat fisik yang baik seperti struktur tanah yang
gembur juga sistem drainase yang baik. PH tanah yang ideal berkisar antara 6 –
7 (Suhardjo dan Butar-butar, 1979).
Menurut
Situmorang ( 1973) tanah mempunyai hubungan erat dengan sistem perakaran
tanaman kakao, karena perakaran tanaman kakao sangat dangkal dan hampir 80%
dari akar tanaman kakao berada disekitar 15 cm dari permukaan tanah, sehingga
untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik tanaman kakao menghendaki struktur
tanah yang gembur agar perkembangan akar tidak terhambat.
Selanjutnya Tjasadiharja (1980) berpendapat, perkembangan
akar yang baik menentukan jumlah dan distribusi akar yang kemudian berfungsi
sebagai organ penyerapan hara dari tanah. Tanaman kakao menghendaki permukaan
air tanah yang dalam. Permukaan air tanah yang dangkal menyebabkan dangkalnya
perakaran sehingga tumbuhnya tanaman kurang kuat (Anonymous, 1988).
b)
Iklim.
Lingkungan
yang alami bagi tanaman kakao adalah hutan tropis, dengan demikian curah hujan,
suhu, kelembaban udara, intensitas cahaya dan angin merupakan faktor pembatas
penyebaran tanaman kakao (Siregar et al., 1989).
Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 0 – 600 meter diatas permukaan laut, dengan penyebaran meliputi 20˚ LU dan 20˚ LS. Daerah yang ideal untuk pertumbuhannya berkisar antara 10˚ LU dan 10˚ LS (Suyoto dan Djamin, 1983).
Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 0 – 600 meter diatas permukaan laut, dengan penyebaran meliputi 20˚ LU dan 20˚ LS. Daerah yang ideal untuk pertumbuhannya berkisar antara 10˚ LU dan 10˚ LS (Suyoto dan Djamin, 1983).
2.1 Morfologi
Tanaman Kakao
Tanaman kakao termasuk golongan tanaman tahunan yang
tergolong dalam kelompok tanaman caulofloris, yaitu tanaman yang berbunga dan
berbuah pada batang dan cabang. Tanaman ini pada garis besarnya dapat dibagi
atas dua bagian, yaitu bagian vegetatif yang meliputi akar, batang serta daun
dan bagian generatif yang meliputi bunga dan buah (Siregar at al., 1989).
1. Akar.
Akar tanaman kakao mempunyai akar tunggang (Radik primaria).
Pertumbuhannya dapat mencapai 8 meter kearah samping dan 15 meter kearah bawah.
Kakao yang diperbanyak secara vegetatif pada awal pertumbuhannya tidak
membentuk akar tunggang, melainkan akar-akar serabut yang banyak jumlahnya.
Setelah dewasa tanaman tersebut akan membentuk dua akar jumlahnya. Setelah
dewasa tanaman tersebut akan membentuk dua akar yang menyerupai akar tunggang.
Pada kecambah yang telah berumur 1 – 2 minggu terdapat akar-akar cabang (Radik
lateralis) yang merupakan tempat tumbuhnya akar-akar rambut (Fibrilla) dengan
jumlah yang cukup banyak. Pada bagian ujung akar ini terdapat bulu akar yang
dilindungi oleh tudung akar (Calyptra). Bulu akar inilah yang berfungsi
menyerap larutan dan garam-garam tanah. Diameter bulu akar hanya 10 mikro dan
panjang maksimum hanya 1 milimeter.
2.
Batang
Diawal pertumbuhannya tanaman kakao yang diperbanyak dengan
biji akan membentuk batang utama sebelum tumbuh cabang-cabang primer. Letak
pertumbuhan cabang-cabang primer disebut jorquette, dengan ketinggian yang
ideal 1,2 – 1,5 meter dari permukaan tanah dan jorquette ini tidak terdapat
pada kakao yang diperbanyak secara vegetatif. Ditinjau dari segi
pertumbuhannya, cabang-cabang pada tanaman kakao tumbuh kearah atas dan
samping. Cabang yang tumbuh kearah atas disebut cabang Orthotrop dan cabang
yang tumbuh kearah samping disebut dengan Plagiotrop. Dari batang dan kedua
jenis cabang tersebut sering ditumbuhi tunas-tunas air (Chupon) yang banyak
menyerap energi, sehingga bila dibiarkan tumbuh akan mengurangi pembungaan dan
pembuahan (Siregar et al., 1989).
3.
Bunga
Bunga
kakao tergolong bunga sempurna, terdiri atas daun kelopak (Calyx) sebanyak 5
helai dan benang sari ( Androecium) berjumlah 10 helai. Diameter bunga 1,5
centimeter. Bunga disangga oleh tangkai bunga yang panjangnya 2 – 4 centimeter
(Siregar et al., 1989). Pembungaan kakao bersifat cauliflora dan ramiflora,
artinya bunga-bunga dan buah tumbuh melekat pada batang atau cabang, dimana
bunganya terdapat hanya sampai cabang sekunder (Ginting, 1975). Tanaman kakao
dalam keadaan normal dapat menghasilkan bunga sebanyak 6000 – 10.000 pertahun
tetapi hanya sekitar lima persen yang dapat menjadi buah (Siregar et al.,
1989).
4.
Buah
Buah kakao berupa buah buni yang daging bijinya sangat
lunak. Kulit buah mempunyai sepuluh alur dan tebalnya 1 – 2 cm (Siregar et al.,
1989). Bentuk, ukuran dan warna buah kakao bermacam-macam serta panjangnya
sekitar 10–30 cm, umumnya ada tiga macam warna buah kakao, yaitu hijau muda
sampai hijau tua, waktu muda dan menjadi kuning setelah masak, warna merah
serta campuran antara merah dan hijau. Buah ini akan masak 5 – 6 bulan setelah
terjadinya penyerbukan. Buah muda yang ukurannya kurang dari 10 cm disebut
cherelle (pentil). Buah ini sering sekali mengalami pengeringan (cherellewilt)
sebagai gejala spesifik dari tanaman kakao.
Gejala demikian disebut physiological effect thinning, yakni
adanya proses fisiologis yang menyebabkan terhanbatnya penyaluran hara yang
menunjang pertumbuhan buah muda. Gejala tersebut dapat juga dikarenakan adanya
kompetisi energi antara vegetatif dan generatif atau karena adanya pengurangan
hormon yang dibutuhkan untuk pertumbuhahn buah muda (Siregar et al., 1989).
Biji kakao tidak mempunyai masa dormasi sehingga penyimpanan
biji untuk benih dengan waktu yang agak lama tidak memungkinkan. Biji ini
diselimuti oleh lapisan yang lunak dan manis rasanya, jika telah masak lapisan
tersebut pulp atau micilage. Pulp ini dapat menghambat perkecambahan dan
karenanya biji yang akan digunakan untuk menghindari dari kerusakan biji dimana
jika pulp ini tidak dibuang maka didalam penyimpanan akan terjadi proses
fermentasi sehingga dapat merukkan biji ( Suharjo dan Butar-butar, 1979).
BAB III
ISI
3.1
Pemeliharaan Tanaman Kakao
·
Penyiangan
Pengendalian gulma dilakukan dengan membabat tanaman
pengganggu sekitar 50 cm dari pangkal batang atau dengan herbisida sebanyak
1,5-2,0 liter/ha yang dicampur dengan 500-600 liter air. Penyiangan yang paling
aman adalah dengan cara mencabut tanaman pengganggu.Tujuan
penyiangan/pengendalian gulma adalah untuk mencegah persaingan dalam penyerapan
air dan unsur hara, untuk mencegah hama dan penyakit serta gulma yang merambat
pada tanaman kakao/kakao.
·
Pemangkasan
Tujuan
pemangkasan adalah untuk menjaga/pencegahan serangan hama atau penyakit,
membentuk pohon, memelihara tanaman dan untuk memacu produksi.
·
Pemangkasan
Bentuk
Fase
muda Dilakukan pada saat tanaman berumur 8-12 bulan dengan membuang cabang yang
lemah dan mempertahankan 3-4 cabang yang letaknya merata ke segala arah untuk
membentuk jorquette (percabangan). Fase remaja Dilakukan pada saat tanaman berumur 18-24 bulan
dengan membuang cabang primer sejauh 30-60 cm dari jorquette
·
Pemangkasan
pemeliharaan.
Membuang
tunas yang tidak diinginkan, cabang kering, cabang melintang dan ranting yang
menyebabkan tanaman terlalu rimbun.
·
Pemangkasan
produksi.
Bertujuan
untuk mendorong tanaman agar memiliki kemampuan berproduksi secara maksimal.
Pemangkasan ini dilakukan untuk mengurangi kelebatan daun.
·
Penyulaman
Tanaman
yang mati segera dilakukan penyulaman dengan tanaman baru yang sehat.
Penyulaman dapat dilakukan sampai tanaman berumur 10 tahun.
·
Penyiraman
Penyiraman
tanaman kakao yang tumbuh dengan kondisi tanah yang baik dan berpohon
pelindung, tidak perlu banyak memerlukan air. Air yang berlebihan menyebabkan
kondisi tanah menjadi sangat lembab. Penyiraman pohon kakao dilakukan pada
tanaman muda terutama tanaman yang tak diberi pohon pelindung.
·
Penyemprotan
Pestisida
Walaupun
terdapat ketahanan internal dari pupuk Bio P 2000 Z, pada kondisi tertentu
tanaman juga terkena hama dan penyakit. Hal ini sama dengan kondisi manusia
walaupun telah diupayakan sehat, namun tetap tidak luput terkena penyakit.
Penyemprotan
pestisida dilakukan dengan dua tahapan, pertama bersifat untuk pencegahan
sebelum diketahui ada hama yang benar-benar menyerang. Kadar dan jenis
pestisida disesuaikan. Penyemprotan tahapan kedua adalah usaha
pemberantasan hama, selain jenis juga kadarnya ditingkatkan. Misal untuk
pemberantasan digunakan insektisida berbahan aktif seperti Dekametrin (Decis
2,5 EC), Sihalotrin (Matador 25 EC), Sipermetrin (Cymbush 5 EC), Metomil Nudrin
24 WSC/Lannate 20 L) dan Fenitron (Karbation 50 EC).
·
Penyerbukan
Buatan
Dari
bunga yang muncul hanya 5% yang akan menjadi buah, peningkatan persentase
pembuahan dapat dilakukan dengan penyerbukan buatan. Bagian bunga yang
mekar digosok denga bunga jantan yang telah dipetik sebelumnya, kemudian
bunga ditutup dengan sungkup.
·
Pemupukan.
Pengurangan
pupuk yang cukup dratis ini dikarenakan adanya mikrobia yang ada di
dalam pupuk mempunyai sifat-sifat adalah: Bersifat fiksasi atau
penambat unsur Nitrogen baik di udara dan di tanah. Diketahui bahwa Nitrogen di
udara mempunyai komposisi 70 % dari kandungan seluruh unsur di udara. Sehingga
pengurangan pupuk urea dapat mencapai 50 % dari dosis yang dianjurkan. Kemampuan
mikrobia yang menambat pupuk an organik yang diberikan. Sehingga pupuk tersebut
tidak menguap atau tercuci, unsur hara yang ada diserap dilindungi dan
disediakan pada saat tanaman menyerapnya. Efisiensi penggunaan pupuk urea dapat
mencapai 50 % sedangkan untuk SP 36 dan KCl dan Kliserit hanya sekitar 30 %
saja.
Disamping
kemampuan dalam efisiensi pupuk, maka beberapa keuntungan dengan menggunakan
pupuk Bio P 2000 Z secara garis besarnya adalah sebagai berkut: Kemampuan
memperbaiki sifat kimia, fisika dan biologi tanah. Kemampuan menetralkan sifat
racun dan pH tanah. Kemampuan merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman. Dan
kemampuan merangsang pertumbuhan generatif, sehingga buah lebat dan bagus.
Ketahanan internal lebih baik dari serangan hama dan penyakit.
·
Hama
Dan Penyakit
Hama
dan penyakit ditangani sesuai dengan serangan yang ada. Sistem pengendalian
hama terpadu diterapkan untuk menlindungi seluruh ekosistem yang ada.
Pengendalian hama dan penyakit tanaman : tajuk plagiotrop berpotensi lebih
rimbun daripada tajuk ortotrop, sehingga peluang terserang penyakit lebih
besar. Prinsip utama dalam pengendalian hama dan penyakit yaitu pengendalian
hama secara terpadu (PHT) menggunakan biopestisida dan agens hayati. Hama Helopelthis
spp dikendalikan secara biologis dengan semut hitam (Dolichoderus
thoracious) dan biopestisida Beauveria bassiana.
Penyakit
busuk buah kakao dikendalikan secara preventif dengan sanitasi kebun dan
memanen buah sakit dan membenamnya. Kulit buah hasil panen sebaiknya
dibenamkan, tetapi yang sehat dapat disebar dikebun sebagai tempat
berkembangbiaknya serangga penyerbuk bunga kakao. Jika tingkat serangan hama
dan penyakit tinggi dapat menggunakan pestisida yang terdaftar dengan dosis
sesuai anjuran.
·
Rehabilitasi
Tanaman Dewasa
Tanaman
dewasa yang produktivitasnya mulai menurun tidak diremajakan (ditebang untuk
diganti tanaman baru), tetapi direhabilitasi dengan cara okulasi tanaman dewasa
dan sambung samping tanaman dewasa. Cara yang kedua lebih unggul karena
peremajaan dapat dilakukan dalam waktu yang lebih singkat, murah dan lebih
cepat berproduksi. Entres (bahan sambungan) diambil dari kebun entres atau
produksi yang telah diseleksi, berupa cabang berwarna hijau, hijau kekakaoan
atau kakao, diameter 0,75-1,50 cm dan panjang 40-50 cm. Sambungan dapat dibuka
setelah 3-4 minggu.
3.2
Naungan Tanaman Kakao/ Pohon Pelindung
Tanaman
kakao mutlak memerlukan pohon pelindung yang ditanam sebagai tanaman lorong
diantara tanaman-tanaman kakao. Terdapat dua macam pohon pelindung yaitu:
1. Pohon
Pelindung Sementara.
Pohon
ini diperlukan untuk melindungi tanaman kakao muda (belum berproduksi) dari
tiupan angin dan sinar matahari. Jenis pohon yang dapat ditanam adalah pisang (Musa
paradisiaca), turi (Sesbania sp.), Flemingia congesta atauClotaralia
sp. Pohon ini ditanam 1 bulan sebelum ditanam kakao atau bersamaan
waktunya dengan penanaman kakao. Untuk pohon pelindung dari pisang usahakan
tanaman pisang jangan sampai anakan menjadi banyak, jumlah pohon yang ada hanya
3 batang. Pohon pelindung sementara ini harus sudah di hilangkan setelah
4 atau 5 bulan.
2. Pohon
Pelindung Tetap.
Pohon
ini harus dipertahankan sepanjang hidup tanaman kakao dan berfungsi sebagai
melindungi tanaman kakao yang sudah produktif dari kerusakan sinar matahari dan
menghambat kecepatan angin. Jenis pohon yang cocok adalah Lamtoro (Leucena sp.),
Sengon Jawa (Albizia stipula), Dadap (Erythrina sp.) dan Kelapa (Cocos
nucifera). Pohon pelindung tetap ditanam dengan jarak tanam 6 x 3 m.
Jarak tanam yang diajurkan adalah 3 X 3 m2 dengan kerapatan pohon
1.100 batang pohon/hektar. Jarak ini sangat ideal karena nantinya pohon akan
membentuk tajuk yang seimbang sehingga tanaman tidak akan mudah tumbang.
3.3
Panen
Penanganan
panen dan pasca panen buah kakao sangat penting, kegiatan inilah yang
menentukan produk akhir buah kakao.
a. Tanda-Tanda Buah Siap Panen :
·
Perubahan
warna alur dari hijau menjadi kuning orange ± 50 %
·
Buah
masak porosnya agak kering, biji-biji didalam agak renggang dari kulit buah
terbentuk rongga antara biji dan kulit buah.
·
Buah
apabila dikocok/diguncang berbunyi
Buah kakao/kakao bisa dipenen apabila perubahan warna
kulit dan setelah fase pembuahan sampai menjadi buah dan matang ± usia 5 bulan.
Ciri-ciri buah akan dipanen adalah warna kuning pada alur buah; warna kuning
pada alur buah dan punggung alur buah; warna kuning pada seluruh permukaan buah
dan warna kuning tua pada seluruh permukaan buah. Kakao masak pohon
dicirikan dengan perubahan warna buah: Warna buah sebelum masak hijau, setelah
masak alur buah menjadi kuning. Warna buah sebelum masak merah tua, warna buah
setelah masak merah muda, jingga, kuning.
Buah akan masak pada waktu 5,5 bulan (di dataran rendah)
atau 6 bulan (di dataran tinggi) setelah penyerbukan. Pemetikan buah dilakukan
pada buah yang tepat masak. Kadar gula buah kurang masak rendah sehingga hasil
fermentasi kurang baik, sebaliknya pada buah yang terlalu masak, biji
seringkali telah berkecambah, pulp mengering dan aroma berkurang.
Terdapat
tiga perubahan warna kulit pada buah kakao yang menjadi kriteria kelas
kematangan buah di kebun – kebun yang mengusahakan kakao, yakni : Kelas
kematangan A+, kuning tua pada seluruh permukaan buah. Kelas A, kuning pada seluruh
permukaan buah. Kelas
B, kuning pada alur buah dan punggung alur buah. Kelas C, kuning pada alur buah.
b. Pemetikan
J Petik
buah yang betul-betul masak menggunakan pisau atau sabit bergalah Yang tajam
J Rotasi
pemetikan setiap 7 atau 14 hari
J Rendam
buah yang busuk atau terserang hama/penyakit kedalam tanah sedalam 50 cm
di pinggir kebun
J Selama
memanem buah diusahakan tidak merusak atau melukai batang tanaman/bantalan
buah
3.4 Pasca Panen
Tahapan
penenganan pasca panen kakao meliputi :
1. Sortasi buah
Buah
yang sudak masak dipanen, masukkan kedalam keranjang, angkut ketempat
Pengumpulan buah yang letaknya masih dalam kebun. Setalah itu disortasi
dalam dua bagian yaitu :
a.
Sortasi I
Terdiri
dari buah-buah sehat dan masaknya sempurna.
b.
Sortasi II
J
Buah-buah yang kurang bauk terserang ulat buah
J
Buah belum masak/keliru pungut
J
Biji dari sortasi I yang tercampur tanah
J
Biji yang tercecer ditanah, bekas buah yang dimakan tikus/bajing
2. Pemecahan Buah
a.
Buah yang disortir menjadi 2 golongan dipecah ditempat terpisah
b.
Buah dipecah diatas tikar/karung goni
c.
Buah dipukul dengan kayu, diupayakan jangan sampai biji rusak/pecah Keluarkan
biji dari buah
d.
Biji dimasukkan kewadah fermentasi
3.
Fermentase
Tujuan
dari fermentasi adalah untuk mematikan lembaga biji agar tidak tumbuh sehingga
perubahan-perubahan di dalam biji kakao akan mudah terjadi, seperti warna
keping biji, peningkatan aroma dan rasa, perbaikan konsistensi keping biji, dan
untuk melepaskan pulp. Biji kakao difermentasikan di dalam kotak kayu
berlubang. Selama fermentasi, biji beserta pulpnya mengalami penurunan berat
sampai 25%.
4.
Perendaman Dan Pencucian
Perendaman
berpengaruh terhadap proses pengeringan dan rendemen. Selama proses perendaman
berlangsung, sebagian kulit biji kakao terlarut sehingga kulitnya lebih tipis
dan rendemennya berkurang. Dengan demikian, proses pengeringan menjadi lebih
cepat. Setelah perendaman, dilakukan pencucian yang bertujuan untuk mengurangi
sisa – sisa pulp yang masih menempel pada biji dan mengurangi rasa asam pada
biji. Apabila biji masih ada sisa pulp, bijiakan mudah menyerap air dari udara
sehingga mudah terserang jamur dan juga akan memperlambat proses pengeringan.
5.
Pengeringan
Pengeringan
bertujuan untuk menurunkan kadar air biji dari 60 % sampai pada kondisi kadar
air dalam biji tidak dapat menurunkan kualitas biji dan biji tidak ditumbuhi
cendawan. Pengeringan biji kakao dapat dilaksanakan dengan sinar matahari atau
pengeringan buatan. Dengan sinar matahari dibutuhkan waktu 2 - 3 hari,
tergantung kondisi cuaca, sampai kadar air biji menjadi 7 – 8 %. Dengan pengeringan
buatan, pengeringan biji kakao berlangsung pada temperatur 65oC – 68oC.
6.
Penyortiran Atau Pengelompokan
Biji
kakao kering dibersihkan dari kotoran dan dikelompokkan berdasarkan mutunya:
Mutu A : dalam 100 g biji terdapat 90 – 100 butir biji. Mutu B : dalam 100 g biji terdapat
100 – 110 butir biji. Mutu
C : dalam 100 g biji terdapat 110 – 120 butir biji.
7. Penyimpanan
Biji
kakao yang telah kering dimasukkan ke dalam karung goni. Tiap goni diisi 60 kg
biji cokelat kering, kemudian karung tersebut disimpan dalam gudang yang
bersih, kering, dan memiliki lubang pergantian udara. Penyimpanan di gudang
sebaiknya tidak lebih dari 6 bulan, dan setiap 3 bulan harus diperiksa untuk
melihat ada tidaknya jamur atau hama yang menyerang. Sebaiknya, biji kakao bisa
segera dijual dan diangkut dengan menggunakan truk atau sebagainya.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang
peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia
lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara.
Tanaman kakao mutlak memerlukan pohon pelindung yang ditanam
sebagai tanaman lorong diantara tanaman-tanaman kakao. Tujuan dari adanya pohon
pelindung ini adalah untuk melindungi tanaman kakao muda (belum berproduksi)
dari tiupan angin dan sinar matahari. Ada dua jenis pohon pelindung antara lain
adalah adalah sebagai berikut Pohon Pelindung Sementara. Pohon ini
diperlukan untuk melindungi tanaman kakao muda (belum berproduksi) dari tiupan
angin dan sinar matahari. Pohon Pelindung Tetap. Pohon ini
harus dipertahankan sepanjang hidup tanaman kakao dan berfungsi sebagai
melindungi tanaman kakao yang sudah produktif dari kerusakan sinar matahari dan
menghambat kecepatan angin.
Buah kakao bisa dipanen apabila terjadi perubahan warna
kulit pada buah yang telah matang. Sejak fase pembuahan sampai menjadi buah dan
matang, kakao memerlukan waktu sekitar 5 bulan. Buah kakao matang dicirikan
oleh perubahan warna kulit buah dan biji yang lepas dari kulit bagian dalam.
Bila buah diguncang, biji biasanya berbunyi. Ketelatan waktu panen akan
berakibat pada berkecambahnya biji di dalam. Terdapat tiga perubahan warna
kulit pada buah kakao yang menjadi kriteria kelas kematangan buah di kebun –
kebun yang mengusahakan kakao, yakni : Kelas kematangan A+, kuning tua pada
seluruh permukaan buah. Kelas A, kuning pada seluruh permukaan buah. Kelas B,
kuning pada alur buah dan punggung alur buah. Kelas C, kuning pada alur buah.
4.2
Saran
Semoga
dengan adanya makalah ini, dapat membantu para petani, khususnya juga kepada
para mahasiswa tentang bagaimana cara perawatan tanaman kakao, naungan yang
digunakan untuk tanaman kakao dan cara panen kakao.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1.
2010. Klon Kakao Unggul Generasi Ketiga. http://pengawas benih
tanaman.blogspot.com/2010/02/klon-unggul-kakao-generasi-ketiga.html. Akses 9 April 2012.
Anonim2.
2010. Meningkatkan Kakao dengan Sambung Samping. http://bercocoktanam-
kakao.blogspot.com/2010/02/meningkatkan-kakao-dengansambung-samping.html. Akses
9 April 2012.
Anonim3.
2010. Teknologi Sambung Samping Kakao. http://bercocok-tanamkakao.
blogspot.com/2010/02/teknologi-sambung-saping-kakao.html. Akses 9 April 2012.
Anonim4.
Teknologi SE Kakao Sistem Padat. http://pengawas benih tanaman.
blogspot.com/2009/07/teknologi-se-kakao-sistem-padat.html. Akses 9 April 2012.
BBP2TP
Surabaya1. 2008. Standar Operasional (SOP) Pemeriksaan Kebun Pembibitan
Kakao (Theobroma cacao) Pasca Aklimatisasi Asal Somatic Embriyogenesis (SE).
Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementrian Pertanian, Jakarta. 5 hal.
BBP2TP
Surabaya2. 2008. Standar Operasional (SOP) Pemeriksaan Kebun Pembibitan
Kakao (Theobroma cacao) Siap Salur Asal Somatic Embriyogenesis (SE).
Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementrian
Departemen
Pertanian RI. Winarno, H. 2006. Budidaya Tanaman Kakao. Agromania
Goenadi,
D.H., Baon, J.B., Herman, dan Purwoto, A. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan
Agribisnis Kakao di Indonesia. Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian,
Hardjosuwito,
H. Dan Hermansyah.1982.Alat Pengukur kadar air untuk kopi dan
kakao.menara perkebunan.jakarta
Tumpal, H.Siregar.1989.Budidaya, pengelolaan
dan pemasaran coklat.penebar swadaya.jakarta.
UNTUK VERSI LENGKAP (TULISAN + GAMBAR + EDIT + RAPI)
SILAHKAN DATANG KE WARNET GADIS.NET
SIMPANG SMPN 1 SITIUNG, DHARMASRAYA
08777-07-33330 / 0853-6527-3605
0 Response to "Makalah Tentang kakao"
Posting Komentar