Makalah Tentang Konsep Dasar Manajemen Lingkungan Lengkap
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan tema “Konsep Dasar Manajemen Lingkungan”.
Makalah
ini berisikan tentang Pengertian dasar-dasar manajemen. Ketika istilah
manajemen banyak diadopsi oleh pihak dalam berbagai bidang kehidupan, orang
dengan mudah menganggap bahwa manajemen merupakan suatu konsep yang sangat
sederhana. Akhirnya, orang dengan mudah merangkai kata manajemen dengan
permasalahan yang harus di pecahkan. Diharapkan makalah ini dapat memberikan
informasi kepada kita semua tentang konsep
dasar manajemen lingkungan.
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. http://www.warnetgadis.com/
Akhir
kata, kami sampaikan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak Terutama
kelompok kami yang telah bekerja untuk menyusun makalah konsep dasar manajemen lingkungan dari awal sampai akhir, yang
tersusun dengan lancar.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
A. Latar Belakang...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................... 2
A. Definisi manajemen Lingkungan........................................................................... 2
B. Aspek Lingkungan................................................................................................ 3
C. Kebijakan Lingkungan.......................................................................................... 4
D. Manajemen Lingkungan Berbasis Kualitas........................................................... 10
E. Peluang
dan Tantangan Manajemen Lingkungan................................................. 12
F.
Pengembangan Berkelanjutan (Sustainable Development)................................... 18
BAB III PENUTUP........................................................................................................ 19
A. Kesimpulan............................................................................................................ 19
B. Daftar Pustaka....................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manajemen lingkungan
saat ini telah banyak mengalami perubahan yang cukup berarti terutama dimulai
sejak awal 1990an. Penelitian mengenai efek dan akibat penerapan manajemen
lingkungan telah banyak dilakukan terutama sejak munculnya ISO 14001 di tahun
1996.
Penerapan
manajemen lingkungan yang baik di tingkat organisasi terutama akan memberi
manfaat pada umumnya 3 elemen:
1. Perlindungan
lingkungan secara fisik.
2. Membentuk
budaya berkelanjutan dalam organisasi.
3. Menanamkan
nilai-nilai moral dan saling kepercayaan antar elemen organisasi.
B. Rumusan Masalah
Makalah ini disusun dengan
maksud antara lain memberikan gambaran pada apa itu manajemen lingkungan, serta
perkembangannya.
Makalah ini akan
membahas beberapa permasalahan, antara lain:
2. Aspek
lingkungan dan dampak lingkungan.
3. Kebijakan
lingkungan dan perkembangannya.
4. Manajemen
lingkungan berbasis kualitas.
6. Peluang
dan tantangan manajemen lingkungan.
7. Pengembangan
berkelanjutan (sustainable development)
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Manajemen Lingkungan
Untuk menjelaskan
definisi manajemen lingkungan, kita lihat definisi manajemen secara umum sebagai
berikut :
1. Manajemen
menurut pengertian Stoner & Wankel (1986) adalah proses merencanakan, mengorganisasikan,
memimpin, mengendalikan usaha-usaha anggota organisasi dan proses penggunaan
sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi yang sudah
ditetapkan,
2. Sedangkan
menurut Terry (1982) manajemen adalah proses tertentu yang terdiri dari
kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan sumber daya manusia dan
sumber daya lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Masih ada banyak definisi lain, namun
pada intinya manajemen adalah sekumpulan aktifitas yang disengaja (merencanakan,
mengorganisasikan, menggerakkan) yang terkait dengan tujuan tertentu.
Lingkungan
menurut definisi umum yaitu segala sesuatu disekitar subyek manusia yang
terkait dengan aktifitasnya. Elemen lingkungan adalah hal-hal yang terkait
dengan: tanah, udara, air, sumberdaya alam, flora, fauna, manusia, dan hubungan
antar faktor-faktor tersebut. Titik sentral isu lingkungan adalah manusia. Jadi
manajemen lingkungan bisa diartikan sekumpulan aktifitas merencanakan, mengorganisasikan,
dan menggerakkan sumber daya manusia dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan
kebijakan lingkungan yang telah ditetapkan.
Manajemen
lingkungan adalah aspek-aspek dari keseluruhan fungsi manajemen (termasuk perencanaan)
yang menentukan dan membawa pada implementasi kebijakan lingkungan (BBS 7750,
dalam ISO 14001 oleh Sturm, 1998).
Manajemen lingkungan selama ini sebelum adanya ISO
14001 berada dalam kondisi terpecah-pecah dan tidak memiliki standar tertentu
dari satu daerah dengan daerah lain, dan secara internasional berbeda penerapannya
antara negara satu dengan lainnya. Praktek manajemen lingkungan yang dilakukan
secara sistematis, prosedural, dan dapat diulang disebut dengan sistem
manajemen lingkungan (EMS).
Menurut ISO 14001 (ISO 14001, 1996), sistem
manajemen lingkungan (EMS) adalah:
“that part of the overall management system which includes
organizational structure planning, activities, responsibilities,practices,
procedures, processes, and resources for developing, implementing, achieving,
reviewing, and maintaining the environmental policy”.
Jadi disimpulkan bahwa menurut ISO 14001, EMS adalah
bagian dari sistem manajemen keseluruhan yang berfungsi menjaga dan mencapai
sasaran kebijakan lingkungan. Sehingga EMS memiliki elemen kunci yaitu
pernyataan kebijakan lingkungan dan merupakan bagian dari sistem manajemen
perusahaan yang lebih luas.
Berdasarkan
cakupannya, terdapat pendapat yang membagi manajemen lingkungan dalam 2 macam yaitu:
1. Lingkungan
internal yaitu di dalam lingkungan pabrik / lokasi fasilitas produksi. Yaitu
yang termasuk didalamnya kondisi lingkungan kerja, dampak yang diterima oleh
karyawan dalam lingkungan kerjanya, fasilitas kesehatan, APD, asuransi pegawai,
dll.
2. Lingkungan
eksternal yaitu lingkungan di luar lokasi pabrik / fasilitas produksi. Yaitu
segala hal yang dapat menimbulkan dampak pada lingkungan disekitarnya, termasuk
masyarakat di sekitar lokasi pabrik, dan pihak yang mewakilinya (Pemerintah,
pelanggan, investor/pemilik). Aktifitas yang terkait yaitu komunikasi dan
hubungan dengan masyarakat, usaha-usaha penanganan pembuangan limbah ke saluran
umum, perhatian pada keseimbangan ekologis dan ekosistem di sekitar pabrik,
dll.
Yang dimaksud dengan lingkungan pada tulisan ini
adalah yang dicakup dalam sistem manajemen lingkungan ISO 14001, yaitu yang
berkaitan dengan lingkungan internal dan eksternal.
B.
Aspek
Lingkungan
Diantara
definisi aspek lingkungan adalah:
1.
Aspek lingkungan adalah elemen dari
aktifitas organisasi, produk dan jasa yang dapat berinteraksi dengan
lingkungan. Contoh: konsumsi air, pengeluaran zat beracun ke udara (GEMI,2001).
2.
Elemen dari aktifitas, produk, atau jasa
perusahaan yang mengakibatkan atau dapat mengakibatkan dampak lingkungan (EPA,
1999).
Atau dapat dikatakan bahwa aspek lingkungan dalam
diagram input-output proses produksi adalah semua elemen yang termasuk dalam
non-produk atau by-produk.
Contoh kriteria aspek lingkungan dari Acushnet (EPA,
1999):
1.
Biaya pembuangan limbah
2.
Dampak pada kesehatan manusia
3.
Biaya material
4.
Tingkatan toksisitas
5.
Konsumsi energy
6.
Dampak pada sumberdaya, seperti buruh
7.
Dll.
Adapun
definisi dampak lingkungan adalah :
1.
Dampak lingkungan didefinisikan sebagai
interaksi aktual dengan atau memberi dampak pada lingkungan (EPA, 1999).
2.
Adalah setiap perubahan pada lingkungan,
apakah menguntungkan atau merugikan, secara keseluruhan atau sebagian yang
diakibatkan dari aktifitas organisasi, produk atau jasanya. (GEMI, 2001).
Antara aspek dan dampak lingkungan terdapat hubungan
sebab-akibat, dimana dampak lingkungan berasal dari aspek lingkungan, namun
aspek lingkungan tidak selalu berdampak lingkungan (EPA, 1999). Untuk mengukur
aspek dan dampak lingkungan ini dilakukan bermacam metoda. Salah satunya adalah
metoda 6 langkah pemetaan proses EPA (1999).
C.
Kebijakan
Lingkungan
Dasar dari manajemen lingkungan
seperti dijelaskan dalam definisinya adalah adanya kebijakan lingkungan.
Kualitas kebijakan lingkungan tergantung pada tinggi rendahnya orientasi. Yang
telah dikenal selama ini yaitu orientasi kebijakan memenuhi peraturan
lingkungan (compliance oriented), dan
yang berusaha melebihi standar peraturan tersebut (beyond compliance).
1.
Evolusi kebijakan lingkungan
Kebijakan-kebijakan
lingkungan yang diadopsi oleh negara-negara anggota OECD selama 25 tahun
terakhir telah menunjukkan evolusi yang tetap. Awalnya kebijakan difokuskan
pada membersihkan polusi yang ada dan mencoba untuk mengurangi polusi dari
sumber titik di titik pembuangannya (ukuran end-of
pipe). Kemudian strategi manajemen berpindah ke arah memodifikasi
proses-proses produksi sehingga meminimalkan jumlah polusi yang dihasilkan di
saat pertama (cleaner production / pollution prevention). Sementara masih
banyak yang perlu dilakukan untuk menghilangkan masalah-masalah lingkungan
jangka panjang di negara-negara OECD, dan untuk tetap pada jalur (stay the course) dengan banyak strategi
manajemen sebelumnya, perspektif sustainable development yang telah diadopsi di
Konferensi Rio (1992), merangsang langkah lebih jauh menuju kebijakan berfokus
pada pencegahan polusi, integrasi perhatian lingkungan dalam keputusan ekonomi
dan sektoral, dan kerjasama internasional (OECD, Environmenal Performance Reviews, 1997).
2.
Green Wall Effect
Banyak pemimpin lingkungan dan ahli strategi lingkungan
perusahaan menemukan dalam pekerjaannya yang disebut efek Green Wall (Shelton
dalam Piasecki et.al. (1999), yaitu titik dimana keseluruhan organisasi menolak
untuk maju kedepan dengan program manajemen lingkungan strategisnya, dan
inisiatif lingkungan berhenti mati di jalurnya, seperti menabrak dinding.
Gejala menabrak Green
Wall antara lain keputusan negatif atau menurun karena kurangnya dukungan manajemen
bagi konsep dan program manajemen lingkungan; program lingkungan, kesehatan,
dan keselamatan (EH&S) yang terasa kurang fokus, dan ketidak mampuan untuk
menunjukkan pada fungsi bagian lain di organisasi, tingkat pengembalian yang
menarik pada investasi (ROI) dari program-program lingkungan yang akan
dijalankan.
Akibat
efek Green Wall antara lain :
a. Program
lingkungan terasing dari program-program lain di perusahaan
b. Program
lingkungan sering dipinggirkan atau dianggap sebagai program terakhir, tidak
diprioritaskan
c. Pola
kerjasama bidang lingkungan dengan bidang-bidang lainnya sering berjalan
sendiri-sendiri, tidak menunjukkan keterkaitan yang erat.
d. Pertimbangan
bidang lingkungan jarang dimasukkan sebagai saran pertimbangan kebijakan perusahaan.
Penyebab
efek Green Wall antara lain :
a. Sebagai
akibat penerapan kebijakan lingkungan satu arah yaitu penekanan pada memenuhi
aspek peraturan lingkungan, sebagai konsekuensi strategi ‘end-of-pipe’.
b. Bagian
lingkungan kurang mampu mengkomunikasikan tugas-tugas dan menunjukkan hasil pekerjaannya
dalam bahasa yang dimengerti elemen bisnis lain di perusahaan (bahasa
lingkungan vs bahasa bisnis).
c. Kurangnya
pemahaman elemen organisasi lain pada fungsi bagian lingkungan dan
tugas-tugasnya di perusahaan, selain sebagai ‘penjaga peraturan’.
d. Orientasi
jangka pendek, pada pemenuhan peraturan Pemerintah, dalam arah strategi
kebijakan lingkungan perusahaan.
3.
Kebijakan
Lingkungan dan Pasar Bebas
James E.Rogers (Marcus
et.al., 1997, p.9) menyatakan bahwa pasar bebas baik bagi aspek lingkungan karena:
a. Pasar
yang kompetitif menginginkan efisiensi, memaksa produsen mengurangi limbah
b. Pasar
bebas didorong konsumen, konsumen menginginkan tanggung jawab lingkungan
c. Pasar
bebas menyediakan model dan dasar bagi peraturan lingkungan yang efektif biaya.
Ada 2 pendekatan karakteristik kepemimpinan
lingkungan: beyond command and control dan beyond compliance. Dari sudut
pandang perusahaan, keberhasilan beyond command and control adalah menyeimbangkan
peraturan lingkungan yang merefleksikan pemikiran terbaik saat ini, yang
mendorong inovasi.
Michael Porter dari Harvard Business School
menyatakan bahwa peraturan lingkungan tidak akan melanggar daya saing /
competitiveness, malah jadi sumber persaingan. Kurangnya standar lingkungan punya
efek sama dengan hambatan perdagangan (protective trade barrier) –akan
menyebabkan perusahaan domestik tertinggal dalam inovasi dan efisiensi.
Kemampuan memenuhi standar lingkungan yang ketat menjadi produk yang bisa
diexport. Contohnya perusahaan listrik AS telah mampu mengoperasikan fasilitas
di negara lain dengan keunggulan standar lingkungan. (Marcus et.al., 1997).
Peraturan lingkungan agar efektif harus berfokus
pada kinerja daripada keperluan hardware tertentu; jadi peraturan lingkungan
harus:
a. Memungkinkan
perusahaan memenuhi standar lewat P2 daripada kontrol end-of-pipe.
b. Menggunakan
mekanisme berbasis pasar yang memotivasi perusahaan untuk memenuhi
tujuan-tujuan lingkungan dengan biaya minimal
c. Mendirikan
tujuan dan memberikan perusahaan peluang untuk mencapai tujuan tersebut lewat
usaha sukarela
Dari sudut pandang perusahaan, kuncinya beyond compliance? terdapat
kecenderungan bahwaperusahaan multinasional akan mendirikan operasinya di
negara dengan peraturan lingkungan lebih ketat.
Ciri
pendekatan beyond compliance:
a. Komitmen
perusahaan
b. Pelaporan
dan pengukuran kinerja lingkungan
c. Pencegahan
polusi dan minimasi limbah
d. Pelatihan
dan tanggungjawab karyawan
e. Pengurusan
lingkungan
4.
Struktur Organisasi Penanggung Jawab
Kebijakan Lingkungan
Perusahaan
yang tidak memberikan prioritas yang tinggi terhadap praktek manajemen
lingkungan tidak akan mengorganisasikan dalam cara yang sama dengan perusahaan
yang memberikan prioritas tinggi pada program-program lingkungan. Bagaimana
perusahaan mengorganisasi dan menstrukturkan manajemen lingkungan berpengaruh
pada evaluasi keseluruhan sistem manajemen lingkungan perusahaan.
5.
Manajemen Lingkungan Perusahaan
Praktek
manajemen lingkungan perusahaan ditujukan agar menyatu dengan praktek manajemen
bisnis umum, seperti telah dinyatakan oleh ISO 14001.
Praktek manajemen lingkungan perusahaan sendiri
perkembangannya banyak diinspirasikan oleh evaluasi implementasi ISO 14001.
Seperti saat ini banyak bermunculan unit-unit belajar di perguruan tinggi
seluruh dunia yang khusus mempelajari Corporate Environmental Management,
seperti di MIT, Harvard University, Lund University, dan berbagai kampus
ternama lainnya.
Alasan manajemen lingkungan banyak dipelajari adalah
karena perkembangan keilmuan manajemen lingkungan yang dianggap banyak kalangan
akademisi ternyata sangat penting dalam ikut menentukan perkembangan bisnis
dunia dimasa mendatang.
Aspek manajemen lingkungan yang berfokus fisik
seperti definisi lingkungan secara tradisional, ternyata berpengaruh pula
secara non-fisik dalam hal moralitas dan aspek modal spiritual manusia pelakunya.
Pertanyaan yang terkait dengan ini adalah: Bukankah manajemen lingkungan
berfokus pada fisik dalam bentuk perlindungan lingkungan? Lalu apa hubungannya
dengan aspek non-fisik?
Memang praktek manajemen lingkungan selama ini
berfokus pada perlindungan lingkungan dan memang berakar dari sasaran fisik
lingkungan tersebut. Namun pada prakteknya, pada perusahaan yang telah
mengimplementasikan ISO 14001, bila melakukannya dengan baik, akan ditanggapi
karyawan dengan lebih banyak menyebutkan dampak intangible-nya yaitu
peningkatan motivasi kerja (karena keamanan dan keselamatan kerja diperhatikan
perusahaan), peningkatan kepercayaan karyawan terhadap kebijakan yang ditempuh
manajemen, peningkatan citra perusahaan dikalangan karyawan, dst. (Hillary,
2000; Purwanto, 2002).
Bila kita mengenal perangkat manajemen lingkungannya
yang berfokus mengelola aset fisik beyond compliance seperti adalah LCA, PP,
DfE, Env.Acc., Eco-efficiency, dll. Maka dengan menerapkan program dan
perangkat peduli lingkungan seperti diatas, dampak tidak langsungnya akan
berupa pemberdayaan aset virtual seperti:
a. Training
kompetensi SDM lingkungan terkait dengan upaya inovatif Pencegahan Polusi
menuju Sustainable Development lewat Manajemen Lingkungan Terintegrasi,
b. Pemberdayaan
karyawan (lewat alokasi tanggung jawab dan otoritas keputusan),
c. Upaya
peningkatan ketrampilan dan kompetensi pengawasan lingkungan,
d. Penghargaan
pada kebersihan, keteraturan, kedisiplinan,
e. Upaya
mengasah inovasi produk dan proses ramah lingkungan, lewat komunikasi yang erat
dengan interested parties
Gambaran pengaruh manajemen lingkungan bila
diterapkan di 3 jenis perusahaan; (a) Jasa; (b) Investasi keuangan; (c)
Manufaktur.
a. Jasa
Contohnya
hotel --> aktifitas terkait jasa kepuasan konsumen yang menginap di hotel
tersebut Pengaruh penerapan manajemen lingkungan yang baik:
1) Fisik --> dampak lingkungan kecil:
a) limbah
cair rumah tangga
b) energy
c) limbah
dapur
d) dst.
2) Virtual --> manajemen lingkungan bisa menimbulkan
kebetahan dari pelanggan terhadap suasana ramah lingkungan, suasana dekat
dengan alam, mendorong kesatuan dengan alam lewat keteraturan, disiplin, dan
pelayanan yang tulus dari karyawan hotel.
Sasaran
lingkungan dapat meliputi:
a) meminimalkan
dampak lingkungan
b) kenyamanan
lingkungan pada tamu
c) moral yang tinggi dari karyawan hotel bisa
tercermin dan dirasakan tamu (seperti kepercayaan, keteraturan, disiplin,
customer oriented services).
b. Keuangan
/ investasi
Aktifitas
manajemen lingkungan terkait dengan jasa kepuasan konsumen --> besar dana,
ketepatan pembayaran, konsultan finansial, dst. Terkait langsung dengan tingkat
kepercayaan antara institusi pemodalan dan pelanggan.
Tindakan mengawasi permodalan untuk tindakan
melindungi lingkungan dan perhatian pada karyawan akan membuahkan rasa Saling
percaya (mutual trust) antara manajemen dan karyawan. Kebutuhan karyawan
tersebut bisa dari segi keselamatan dan kesehatan kerja, kenyamanan dan
keamanan kerja. Di Jepang bahkan termasuk masalah keluarga, suami / istri,
anak, juga diperhatikan oleh atasannya di perusahaan.
c. Manufaktur
Bila
menggunakan pertimbangan siklus hidup akan membawa pada pengurusan produk /
product stewardship yang melibatkan peran serta dari masyarakat dan interested
parties lebih besar, dan peningkatan imej perusahaan dapat efektif dilakukan.
Sasaran
lingkungannya:
1) fisik --> meminimalkan dampak lingkungan
lewat PP, DfE, Product Stewardship, dst., meminimalkan dampak kesehatan dan
keselamatan pekerja.
2) virtual --> meningkatkan motivasi kerja,
keteraturan, kedisiplinan, dan kepercayaan karyawan dan interested parties
terhadap apa yang dilakukan perusahaan. Imej bisa diarahkan pada pembentukan celah
pasar / segmen pasar baru.
D. Manajemen Lingkungan Berbasis Kualitas
1.
Definisi
ISO
8402 (1986) mendefinisikan kualitas sebagai : totalitas fitur dan karakteristik
produk atau jasa yang bersandar pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan
yang dinyatakan atau diimplikasikan.
Manajemen lingkungan berbasis kualitas, atau sering
kita sebut Total Quality Environmental
Management (TQEM), sesuai dengan definisi diatas adalah praktek manajemen
lingkungan yang mampu memberikan nilai tambah pada produk atau jasa akhir
perusahaan, yang sesuai dengan keinginan konsumen lingkungan.
2.
TQEM
TQEM dapat
didefinisikan sebagai :
a. Identifikasi, pengkajian, dan perbaikan
terus-menerus atribut-atribut lingkungan yang berkontribusi pada kualitas total
dari produk dan operasi perusahaan. (Fiksel, 1996, p.41).
b. Cara
pemikiran sistem lingkungan lebih holistik, melalui pengambilan tanggungjawab
lingkungan diseluruh rantai operasi-operasi bisnis (Sammalisto, 2001).
TQEM berangkat dari pandangan bahwa limbah atau
polusi dapat dilihat sebagai inefisiensi atau kecacatan di dalam proses yang
berakibat rendahnya kinerja lingkungan perusahaan. Perangkat dan filosofi Total
Quality Management (TQM) dapat digunakan untuk memperbaiki kinerja lingkungan
dengan menghilangkan limbah atau mengurangi dampaknya. Aplikasi perangkat ini
dan filosofinya untuk memperbaiki kinerja lingkungan dikenal sebagai Total
Quality Environmental Management (TQEM).
TQEM pertama kali diluncurkan oleh Global
Environment Management Initiatives (GEMI, suatu asosiasi lebih dari 30
perusahaan besar dunia yang menitik beratkan pada kerjasama dalam bidang pengelolaan
lingkungan di perusahaan, 2000), di tahun 1993, yang idenya sebagian
diinspirasikan dari keberhasilan TQM di awal tahun 1990an. TQEM secara umum
adalah sistem pengelolaan lingkungan dengan menerapkan prinsip-prinsip kualitas
total. Prinsip kualitas yang dimaksud adalah:
a. Fokus
pada pelanggan.
b. Perbaikan
terus-menerus.
c. Kerja
tim
d. Sistem
manajemen.
Perangkat TQEM identik dengan yang digunakan dalam
setiap program TQM, meliputi perangkat Statistical Process Control (SPC) 7
tools (Pareto Chart, Diagram cause and effect, control chart, dll). Dalam
program TQEM setiap perangkat berfungsi dengan kegunaan yang berbeda. Ketika
digunakan dikombinasikan dengan lainnya, perangkat itu berfungsi:
a. Mengidentifikasi
peluang pencegahan polusi
b. Menentukan
kemungkinan penyebab polusi
c. Mendirikan
tingkat polusi yang diharapkan dari proses, dan
d. Merencanakan
aksi mencegah polusi tersebut
3.
Perbedaan EMS
/ ISO 14001 dan TQEM
Standar ISO 14001
disusun dengan tujuan menyediakan pendekatan terstruktur untuk mengelola kualitas
dan lingkungan, untuk menjamin produk dan jasa yang memenuhi kebutuhan bagi
kualitas atau menjaga kebijakan lingkungan (Ollila A., 1995).
Perbedaan EMS dan TQEM
antara lain (Oliver J., 1996):
a. EMS
menolong organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan praktek lingkungan
ke dalam sistem operasi mereka. Batasan pengaruh EMS lebih kecil daripada TQEM
karena cenderung mempunyai keperluan terstruktur bagi hanya kinerja lingkungan
dengan integrasi yang kecil dengan dimensi kemasyarakatan lainnya.
b. Filosofi
TQEM satu sinergi dengan TQM yaitu prinsip-prinsipnya dikembangkan untuk
mencapai manajemen sumberdaya berkelanjutan untuk memastikan memenuhi kebutuhan
masyarakat, baik sekarang dan dimasa depan.
c. TQEM bukan perangkat (tool) namun filosofi
manajemen radikal yang mana organisasi perlu mempertimbangkan kinerja sosial,
ekonomi, dan lingkungan untuk menciptakan budaya perbaikan terus-menerus secara
intra dan antar komunitas belajar.
d. Baik
TQEM maupun EMS sama-sama mengarah pada isu-isu lingkungan. Namun pendekatan TQEM
pada dasarnya berbeda karena menantang prinsip-prinsip organisasi, terutama
yang berhubungan dengan tanggungjawab sosial. Karena itu, TQEM dengan pandangan
holistiknya: memenuhi kebutuhan masyarakat, “memerlukan struktur baru, dari
bawah keatas” bagi terjadinya proses belajar inovatif.
Dalam jangka menengah dan jangka panjang, TQEM akan
mempunyai pengaruh yang lebih besar pada ‘sustainable development' karena
pendekatan filosofi dan dimensi kemasyarakatannya yang lebih tinggi.
4.
Pengukuran
Kualitas Manajemen Lingkungan
Manajemen
lingkungan berbasis berkualitas seperti telah dijelaskan diatas adalah sistem
pengelolaan yang bertujuan memuaskan harapan dan keinginan para konsumennya
(dalam arti luas; 5 golongan konsumen lingkungan). Konsep total dimaksudkan mengacu
pada usaha memaksimalkan keterkaitan semua bagian sistem proses operasional
untuk memuaskan keinginan konsumen keseluruhan.
Untuk
mengukur sejauh mana pencapaian kualitas manajemen lingkungan, para ahli
lingkungan menyarankan menggunakan perangkat antara lain dengan melakukan
perbandingan (benchmarking) dengan perusahaan lain atau 'gap-analysis'
pada standar kualitas manajemen lingkungan tertentu seperti:
a. Standar
peraturan lokal dan internal perusahaan mengenai lingkungan. Audit lingkungan
mengenai ini dikenal sebagai audit pemenuhan (compliance audit) dan
audit sistem manajemen .
b. Standar
internasional dan regional seperti ISO 14000 dan EMAS (EMS khusus negara-negara
Eropa). Terutama bertujuan agar EMS perusahaan sejalan dengan model yang diakui
secara internasional dan sesuai dengan sistem manajemen lingkungan
internasional.
c. Standar
regional atau sekelompok perusahaan berfokus hal yang disepakati bersama,
seperti TQEM, dan sustainable development. Terutama bertujuan perbaikan
lebih jauh dalam implementasi system manajemen lingkungan menuju sasaran
tertentu.
1.
Strategi Perusahaan Menghadapi Perubahan
Setiap
orang tidak dapat membayangkan dan mengetahui dengan pasti apa yang akan
terjadi di masa mendatang. Banyak usaha untuk meramalkan masa itu, tetapi opini
yang dibuat masing-masing sangat besar perbedaannya sehingga sulit untuk
mempercayainya. Beberapa karakteristik umum dapat digambarkan dengan melihat
prediksi paling populer.
Survey
Manufaktur Masa Depan tahun 1992 oleh Kim dan Miller
(Rolstadas, 1995) di AS menghasilkan gambaran antisipasi manajer mengenai
perubahan dalam lingkungan bisnis (dalampersentase responden yang menyebutkan
masalah ini) :
a. Bertambahnya
kompetisi pasar dan kerjasama global (37%)
b. Lebih
berfokus pada harapan konsumen untuk mutu dan waktu (24%)
c. Perubahan
alamiah tenaga kerja: tugas, perilaku, harapan, dan kemampuan mereka (19%)
d. Bertambahnya
perhatian dan peraturan untuk masalah lingkungan (13%)
e. Berkurangnya
atau tidak tumbuhnya pasar domestik (12%)
f. Perubahan
teknologi yang pesat dan siklus hidup produk (produk life cycle) yang lebih
pendek (10%)
g. Bertambahnya
tingkat persaingan (9%)
h. Informasi
yang tersedia lebih cepat dengan cakupan yang lebih luas (6%)
Gambaran mengenai prediksi situasi masa depan yang
dapat dijadikan pertimbangan bagi penentuan arah kebijakan strategi perusahaan,
termasuk bidang lingkungan, antara lain (Mahayana, 1998) :
a. Masa penyusutan (downsizing) besar organisasi
b. Organisasi lebih ramping (lean) dan datar
(flat)
c. Organisasi
lebih bersih (clean)
d. Masa
maraknya paham 'sustainable development', pengembangan / pertumbuhan dengan
visi berkelanjutan.
e. Tuntutan
konsumen diberbagai wilayah akan produk ‘green’ sangat tinggi.
f. Segi teknologi, masa penggunaan IT sangat
intens dan tinggi, hampir semua data tersedia dalam bentuk digital.
g. Persaingan
antar perusahaan sangat kuat, sebagai imbas sangat luasnya saluran informasi
mengenai, produk dan jasa.
h. Budaya
yang dianut organisasi adalah budaya informasi, banyak keputusan didasarkan
keakuratan dan kecepatan informasi.
i.
'Borderless competitiveness' dimana
persaingan terjadi tanpa dibatasi sekat negara dan wilayah.
Yang menarik adalah bagi kalangan pebisnis Jepang,
faktor kompetisi terpenting adalah keandalan produk disusul penyerahan produk
tersebut yang terpercaya mutunya, sedangkan di Eropa dan AS, factor kompetisi
lebih dipandang pada kesesuaian mutu produk baru disusul penyerahan produk yang
terpercaya mutunya.
Untuk mengantisipasi perubahan tersebut, jalan yang
ditempuh perusahaan yang hendak bertahan dalam persaingan global antara lain
dengan berusaha memperoleh pengakuan atas sistem yang dikelolanya secara
internasional agar produk mereka tetap diterima dan diakui pasar sebagai produk
yang bermutu dan sistem yang dijalankan telah memperhatikan standar
internasional. ISO 14000 sejak diluncurkan tahun 1996, mengikuti kesuksesan
peluncuran ISO 9000 telah menjadi acuan di banyak negara dalam mengukur tingkat
kesadaran dalam pengelolaan lingkungan di suatu perusahaan. Selain itu telah
menjadi syarat di beberapa wilayah dalam penerapan kebijakan perdagangannya.
Melihat gambaran perubahan masa depan diatas yang
memerlukan bentuk perusahaan yang mampu beradaptasi secara cepat, dibutuhkan
bentuk perusahaan yang mampu belajar dengan cepat. Karena itu bentuk organisasi
belajar (learning organization) merupakan pilihan yang relevan untuk menjawab tantangan
semacam ini. Ini sesuai dengan tuntutan era bisnis masa depan yang dikenal pula
sebagai era ekonomi pengetahuan.
Jalur informasi yang semakin terbuka dan tanpa batas
memungkinkan perkembangan infomasi dan pengetahuan aktor bisnis semakin cepat.
Batasan fisik sudah semakin berkurang, seiring tuntutan pelanggan yang semakin
besar. Untuk mengantisipasinya perusahaan banyak berpaling pada bentuk
mengelola asset non-fisik dari manusia yaitu pengetahuannya. Ini tentu masuk
akal karena yang dibutuhkan dan bernilai bagi perusahaan dalam diri manusia
adalah pengetahuannya karena peran fisik sudah banyak diambil alih teknologi
pembantu aktifitas manusia. Sehingga timbul faham mengelola bisnis dalam cara
lain yang disebut manajemen pengetahuan (knowledge management; Pojasek, 2001).
Uraiannya sebagai berikut.
Mengelola
Pengetahuan (knowledge management) adalah upaya mengelola modal virtual yang
dimiliki para anggota organisasi (termasuk pengalaman, ketrampilan, data, dan
informasi), sehingga tujuan organisasi dapat terwujud. Perspektif kerangka
kerja ini adalah memandang semua prosesproses organisasional sebagai proses
pengetahuan. Karyawan dijelaskan sebagai pekerja pengetahuan yang ditugaskan
menyaring isi dan meningkatkan nilai proses pengetahuan dalam organisasi. Semua
karyawan dapat mengkomunikasikan isi yang bernilai karena mereka berbagi
konteks organisasional yang sama. (Pojasek, 2001). Knowledge Management (KM)
adalah kerangka kerja yang sekarang banyak dipakai organisasi untuk
menerjemahkan isi / content kedalam nilai pemegang saham (Pojasek, 2001). KM
adalah bentuk yang sesuai dengan era ekonomi pengetahuan di abad informasi mendatang.
(Baca KM dariwww.sveiby.com). Paham ini tumbuh syaratnya ditunjang arus
informasi yang diberi fasilitas sangat tinggi / difasilitasi sangat baik oleh
perusahaan, dan dilandasi semangat moral kerjasama, kepercayaan, dan sinergi
yang tinggi pula. Contoh organisasi KM antara lain konsultan manajemen, IT,
perusahaan yang mengandalkan jasa IT, dsb. (spt. Microsoft, IBM, Intel, Arthur
Andersen Consulting, dsb.)
2.
Perubahan paradigma strategi lingkungan
perusahaan
Sekarang ini, manajer lingkungan jarang berpikir
bahwa mereka sebagai pemimpin teknologi dalam area produk dan proses. Inti
tantangan bagi semua manajer adalah untuk memposisikan perusahaan sehingga
dapat memperbaiki, berinovasi, dan menciptakan nilai pada produk atau jasa.
Karena lingkungan ditakdirkan untuk bermain dengan peran yang meningkat
berpusat pada proses, manajer lingkungan harus berpikir peran baru mereka
(Ferron dalam Marcus et.al. (ed.), 1997, p.80).
Dari sisi perkembangan manajemen lingkungan sendiri,
manajemen lingkungan sebagai bagian dari praktek manajemen bisnis keseluruhan
dituntut untuk bersikap proaktif dalam mendukung aktifitas bisnis perusahaan.
Aktifitas bisnis hanya memiliki 2 fungsi dasar yaitu
pemasaran dan inovasi (Drucker). Sehingga inovasi dan pemasaran harus menjadi
bagian dari manajemen lingkungan bila tidak ingin tersingkir dari pertimbangan
bisnis.Inovasi lingkungan termasuk tidak hanya teknologi baru, namun juga
sistem manajemen baru yang mungkin dipandang remeh oleh manajer lingkungan
dengan perspektif tradisional.
Inovasi lingkungan sekarang mulai menunjukkan arah
dalam perancangan produk baru (DFE, penggunaan energi dan material lebih
efisien), proses manufakturing baru (manufakturing sadar lingkungan),
pendekatan baru pada akunting (eco-accounting), pemasaran produk dalam cara
baru (pemasaran green and clean), dan inisiatif manajemen baru ISO 14001 dan
TQEM. (Sammalisto, 2001).
Inovasi lingkungan selalu berfokus meningkatkan
nilai tambah pada pemilik saham. Bentuknya dapat berfokus proses disebut
inovasi proses produksi, dan lainnya berfokus inovasi pemasaran, bertujuan meningkatkan
nilai lingkungan pada produk dalam persepsi pelanggan. Sehingga pelanggan mau member
nilai lebih pada produk yang ditawarkan dan berpeluang menciptakan pangsa pasar
tersendiri (GEMI,2001).
Untuk melangkah berfokus proses, profesional
lingkungan perlu mempertimbangkan 5 langkahlangkah dasar berikut:
a. Fokus
ke core-competence, visi dan misi
perusahaan secara keseluruhan.
b. Fokus ke proses. Ke penyebab masalah
lingkungan dan limbah, dengan pertolongan perangkat kualitas TQEM.
c. Fokus
ke nilai tambah lingkungan. Mengetahui nilai tambah lingkungan. Pertanyaan
dasar: apa yang dapat diberikan aspek-aspek lingkungan sebagai nilai tambah
pada pemegang saham perusahaan?
d. Menyusun
optimalisasi nilai tambah yang dapat dilakukan dalam bentuk strategi lingkungan
perusahaan.
e. Komunikasi
hasilnya secara efektif dengan menggunakan sebanyak mungkin bahasa moneter dan kuantifikasi
aspek kualitatif.
3.
Pandangan
Integrasi Lingkungan - Bisnis
Integrasi lingkungan –
bisnis didefinisikan sebagai koordinasi manajemen lingkungan dengan
fungsifungsibisnis yang lain seperti proses manufaktur, pembelian, dan
pemasaran (Haveman et.al., 1999). Pada prakteknya adalah memasukkan
pertimbangan lingkungan ke dalam proses pengambilan keputusan fungsi bisnis
lain, seperti proses produksi manufaktur dan pembelian material, dengan
memperhatikan kemampulabaan dan core-competence perusahaan. Fungsi ini
adalah perkembangan dari cara pandang manajemen lingkungan lama yang hanya
sekedar meminimalkan pertanggungan lingkungan dan resiko lingkungan. Dengan
begitu diharapkan aspek lingkungan juga akan mempunyai nilai tambah dalam
aktivitas bisnis perusahaan.
Apa
yang menghambat integrasi bisnis? studi oleh konsultan Arthur D.Little terhadap
eksekutif EH&S (Environment Health & Safety) di Amerika tahun 1995, dan
laporan Steven A. Melnyk tahun 1996, menyebutkan (Piasecki, 1999) :
a. Terdapatnya
budaya EH&S yang terpisah dengan budaya perusahaan
b. Kurangnya
penerimaan isu-isu EH&S oleh staf bisnis perusahaan
c. Banyak
manajer bisnis kurang mengerti kegunaan ‘green manufacturing’,
komponennya dan dampaknya pada kinerja perusahaan. Hubungan antara ‘green
manufacturing’ dan ukuran kinerja bisnis umum --seperti biaya, kualitas,
lead time, fleksibilitas-- kurang dimengerti.
Terdapat
2 tingkatan integrasi bisnis (Haveman et.al., 1999):
a. Melibatkan
kepedulian karyawan dan akuntabilitas pada isu-isu lingkungan, manajer bisnis diasumsikan
ikut bertanggung jawab mencapai tujuan lingkungan, seperti memenuhi peraturan, mengurangi
pengeluaran limbah beracun, meningkatkan efisiensi penggunaan material. Program
lingkungan seperti pencegahan polusi penting sukses di tahap ini. Elemen-elemen
penting pada tingkatan ini antara lain:
1) Mendapatkan
komitmen manajemen senior
2) Penataan
tujuan (goal-setting), memberi penjelasan harapan spesifik dan ukuran
kemajuan
3) Keterlibatan
dan tanggungjawab karyawan, mengurangi hambatan organisasional dan meningkatkan
komitmen
4) Ukuran
kinerja, memberikan kejelasan pada karyawan hasil usaha
5) Pembiayaan
lingkungan, meyakinkan bahwa manajer bisnis membuat keputusan dengan informasi yang
lengkap
b. Integrasi
aktual pertimbangan lingkungan ke dalam sistem bisnis dan proses utama,
melibatkan memasukkan pertimbangan lingkungan kedalam sistem bisnis dan disain
proses, sehingga perbaikan lingkungan terjadi hampir secara alami. Akhirnya
tingkatan ini mengurangi ketergantungan pada program-program dan strategi
perlindungan lingkungan terpisah seperti pencegahan polusi, juga fungsi-fungsi
EH&S lainnya. Aturan umumnya antara lain:
1) Mendefinisikan
kembali isu-isu manajemen lingkungan sebagai isu-isu penggunaan material. Perusahaan
belajar melihat bahan sisa dan limbah sebagai isu penggunaan material yang
tidak efektif.
2) Mengarahkan isu-isu lingkungan dengan tujuan
bisnis kunci. Berarti pemikiran kembali dan perancangan ulang tujuan bisnis
untuk mengakomodasi tujuan lingkungan
3) Merancang
secara konsisten kedalam sistem manajemen. Isu kuncinya adalah meyakinkan perbaikan
lingkungan sesuai / compatible dengan tujuan manajemen lain.
Dari pengalaman perusahaan manufaktur SC Johnson
(Haveman et.al., 1999), sukses perusahaan mengintegrasikan lingkungan dapat
diarahkan lebih pada ketrampilannya memasukkan pertimbangan lingkungan dalam
pemasaran (sebagai core-competencenya) daripada di manufakturing. Riset pasar
dan analisanya, pengembangan produk, dan manajemen produk adalah tulang
punggung perusahaan dan punya pengaruh besar dalam pembuatan keputusan
perusahaan. Staf lingkungan menyadari usaha integrasi yang sukses harus
berhubungan dengan fungsi-fungsi bisnis inti ini. Bagi integrasi bisnis yang
sukses, staf lingkungan harus mendemonstrasikan nilai tambah dari memasukkan
isu lingkungan diantara tujuan bisnis yang ada.
F. Pengembangan Berkelanjutan (Sustainable Development)
Sebenarnya tidak ada definisi secara global bagi
Sustainable Development (SD) saat ini. Juga cenderung tidak akan ada definisi
global mengenai konsep-konsep ini, karena konteks sustainabilitas berbeda-beda
diseluruh dunia. Masalah definisi dasar seperti ini seharusnya tidak digunakan
sebagai dalih untuk tidak melakukan proses kerja sustainabilitas, karena
perbedaan-perbedaan kecil tidak mempengaruhi semua implikasi praktis. Titik
awal dari pembahasan ini adalah definisi yang digunakan komisi Brundtland.
Pengembangan berkelanjutan (sustainable development,
sering diterjemahkan pembangunan bila berbicara dalam konteks negara) seperti
didefinisikan oleh United Nations
Commision on Environment and Development (UNCED) atau komisi Brundtland,
adalah : 'meeting the basic needs of all
the world's people today without compromising the ability of future generations
to meet their needs'. (GEMI, 1998).
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Manajemen
lingkungan adalah aspek-aspek dari keseluruhan fungsi manajemen (termasuk
perencanaan) yang menentukan dan membawa pada implementasi kebijakan
lingkungan.
Aspek lingkungan
adalah elemen dari aktifitas organisasi, produk dan jasa yang dapat berinteraksi
dengan lingkungan. Contoh: konsumsi air, pengeluaran zat beracun ke udara
Adapun dampak lingkungan adalah setiap
perubahan pada lingkungan, apakah menguntungkan atau merugikan, secara
keseluruhan atau sebagian yang diakibatkan dari aktifitas organisasi, produk
atau jasanya.
Gambaran
mengenai prediksi situasi masa depan yang dapat dijadikan pertimbangan bagi
penentuan arah kebijakan strategi perusahaan, termasuk bidang lingkungan,
antara lain (Mahayana, 1998) :
1) Masa penyusutan (downsizing) besar organisasi
2) Organisasi lebih ramping (lean) dan datar
(flat)
3) Organisasi
lebih bersih (clean)
4) Masa
maraknya paham 'sustainable development', pengembangan / pertumbuhan dengan
visi berkelanjutan.
5) Tuntutan
konsumen diberbagai wilayah akan produk ‘green’ sangat tinggi.
6) Segi teknologi, masa penggunaan IT sangat
intens dan tinggi, hampir semua data tersedia dalam bentuk digital.
7) Persaingan
antar perusahaan sangat kuat, sebagai imbas sangat luasnya saluran informasi
mengenai, produk dan jasa.
8) Budaya
yang dianut organisasi adalah budaya informasi, banyak keputusan didasarkan
keakuratan dan kecepatan informasi.
9) 'Borderless
competitiveness' dimana persaingan terjadi tanpa dibatasi sekat negara dan
wilayah.
B.
Saran
Melihat kenyataan bahwa untuk mencapai tujuan pendidikan yang maksimal diperlukan sebuah hubungan timbal balik yang yang
erat maka diperlukan sebuah koordinasi antar lingkungan.
DAFTAR
PUSTAKA
AtKisson, Alan, Believing Cassandra: an Optimist
look at a Pessimist World, Chelsea Green Publishing Co., Vermont, USA, 2000
Brown, Alan, Ton, van der Wiele, A typology of
approaches to ISO certification and TQM, Australian Journal of Management, 21,
1, 57-73, 1996
Covey, Stephen, 7 Habit of Highly Effective People,
1997
Fiksel, J., Design for Environment: Creating
Eco-efficient Products and Process, McGraw-Hill, USA, 1996
Global Environmental Management Initiatives,
Environmental Self-Assessment Program, GEMI, Washington DC, 1994
Global Environmental Management Initiatives,
Environmental Value to Business, GEMI, Washington DC, 1998
Global Environmental Management Initiatives,
Environment Value to The Top Line, GEMI, Washington DC, 2001
Hardjono, T.W., Ten Have, S., Ten Have, W.D., The
European Way to Excellenc: How 35 European Manufacturing, Public & Services
Organization Made Use of Quality Management, Directorate-General III Industry
& European Commission, 1996
Haveman, Mark; Dorfman, Mark, Breaking Down the
Green Wall: Early Efforts at Integrating Business and Environment at SC
Johnson, Corporate Environmental Strategy Article, vol. 6, no. 1, Elsevier
Science Inc., Winter 1999
UNTUK VERSI LENGKAP (TULISAN + GAMBAR + EDIT + RAPI)
SILAHKAN DATANG KE WARNET GADIS.NET
SIMPANG SMPN 1 SITIUNG, DHARMASRAYA
08777-07-33330 / 0853-6527-3605
Mulai sekarang ayo wujudkan lingkungan yang hijau dan mari kita jaga bersama.
BalasHapusInfo lebih lanjut, silahkan kunjungi http://www.greenpack.co.id/
Great thoughts you got there, believe I may possibly try just some of it throughout my daily life.
BalasHapusiso 13485 certification