Contoh kaba Minangkabau (Contoh 1)
Kaba Anggun Nan Tongga
Di
sebuah lorong pendalaman kampung, Pariaman hiduplah seorang pemuda yang bernama
Anggun Nan Tongga, yang di juga digelar Magek Jabang. Bundanya Ganto Sani wafat
tak lama sesudah melahirkan Nan Tongga, sedangkan ayahnya pergi bertarak ke
Gunung Ledang.Ia diasuh saudara perempuan ibundanya yang bernama Suto Suri.
dari kecil Nan Tongga sudah dijodohkan dengan Putri Gondan Gondoriah, anak
mamaknya. Anggun Nan Tongga tumbuh menjadi pemuda tampan dan cerdas. Ia mahir
berkuda, silat, dan pandai mengaji Quran serta dalam ilmu agamanya.
Pada
suatu hari terdengar kabar bahwa di Sungai Garinggiang Nangkodoh Baha membuka
arena pertandingan untuk mencari suami bagi adiknya, Intan Korong. Nan Tongga
minta izin pada Mandeh Suto Suri untuk ikut serta. Pada awalnya Mandeh Suto
Suri tidak setuju, karena Nan Tongga sudah bertunangan dengan Gondan Gondoriah.
namun akhirnya ia mengalah.
Di
gelanggang Nan Tongga berhasil mengalahkan Nangkodo Baha pada tiap-tiap
permainan: menyabung ayam, menembak maupun catur. Marah dan malu karena
kekalahannya Nangkodoh Baha mengejek Nan Tongga karena membiarkan ketiga
mamaknya ditawan bajak laut di pulau Binuang Sati. memandang barita itu Nan
Tongga pulang dengan hati sedih.
Nan
Tongga bertekad untuk merantau mencari mamak-mamaknya: Mangkudun Sati,
Nangkodoh Rajo dan Katik Intan. Sebelum pergi nan tongga minto izin pada Mandeh
Suto Suri dan tunangannya Puti Gondan Gondoriah. Gondoriah meminta Nan Tongga
membawakannya benda-benda dan hewan-hewan langka sebanyak 120 buah. Beberapa di
antaranya adalah seekor burung nuri yang dapat berbicara, beruk yang pandai
bermain kecapi, dan kain cindai yang tak basah oleh air.
Nan
Tongga berangkat berlayar dengan kapal bernama Dandang Panjang, ditemani
pembantu setianya Bujang Salamat. Nakhodanya bernama Malin Cik Ameh. Setelah
berlayar beberapa lama akhirnya mereka sampai di pulau Binuang Sati. Nan Tongga
menyuruh kapal berlabuh di sana. Utusan Panglima Bajau, raja
Pulau
Binuang Sati, tiba untuk mengusir Nan Tongga, tapi ia menolak. Dalam
pertempuran yang pecah kemudian Bujang Salamat berhasil membunuh Panglima
Bajau. Pulau Binuang Sati pun takluk.
Nan
Tongga menemukan salah seorang mamaknya, Nangkodoh Rajo, dikurung dalam kandang
babi. Nangkodoh Rajo menceritakan bahwa kedua mamak Nan Tongga lainnya, Katik
Intan dan Makhudum Sati berhasil meloloskan diri ketika pertempuran di laut
dengan lanun anak buah Panglima Bajau. Ia juga memberitahukan bahwa burung nuri
yang pandai berbicara ada di Kuala Kota Tanau.
Kemudian
Nan Tongga menyuruh Malin Cik Ameh pulang ke Pariaman menggunakan kapal
rampasan dari Binuang Sati, dan memberi pesan ke kampung halaman bahwa
Nangkodoh Rajo sudah dibebaskan. nan tongga sendiri berlayar dengan Dandang
Panjang bersama Bujang Salamat ke Kota Tanau. Namun ketika bertemu Gondan
Gondoriah ia terpesona pada kecantikan tunangan Nan Tongga itu. Ia lalu
bercerita bahwa Nan Tongga ditawan oleh Panglima Bajau. Ia juga berkata Nan
Tongga berpesan Malin Cik Ameh dijadikan pemimpin di kampungnya. Malin Cok Ameh
lalu dirajakan di sana. Ia mengirim utusan untuk meminang Gondan Gondoriah
namun ditolak dengan alasan masih berduka atas tertangkapnya Nan Tongga.
Sementara
itu di Kota Tanau Anggun Nan Tongga menemukan pamannya yang lain menjadi raja
di sana. Putri pamannya Putri Andami Sutan memiliki seekor burung nuri yang
pandai berbicara. Nan Tongga lalu mencoba meminta burung tersebut. Dengan halus
Andami Sutan mengisyaratkan Nan Tongga hanya dapat mendapatkan burung nuri
ajaib tersebut dengan mengawini dirinya. Tak dapat menemukan cara lain Nan
Tongga pun menikahi putri tersebut.
Burung
nuri ajaib itu kemudian lepas dari sangkarnya dan terbang ke Tiku Pariaman. Di
sana ia menemui Puti Gondan Gondoriah yang gundah mendengar tunangannya menikah
dengan Andami Sutan.
Nan
Tongga tidak dapat menahan rindunya pada kampung halaman dan tunangannya. Ia
meninggalkan istrinya Andami Sutan yang sedang hamil. Ketika Gondan Gondoriah
mendengar kabar bahwa Anggun Nan Tongga sudah pulang ia lari ke Gunung Ledang.
Anggun Nan Tongga kemudian mengejar dan membujuknya untuk pulang. Gondoriah
akhirnya luluh hatinya dan kembali bersama Nan Tongga.
Ketika
hendak menikah Nan Tongga dan Gondan Gondoriah bersama Bujang Selamat pergi
mencari Tuanku Haji Mudo untuk meminta restu. Namun Tuanku Haji Mudo berkata
bahwa Nan Tongga dan Gondan Gondoriah adalah saudara sepersusuan, karena Nan
Tongga pernah menyusu pada ibu Gondan Gondoriah. Menurut hukum Islam berarti
Nan Tongga dan Gondan Gondoriah tidak boleh menikah di dunia ini dan hanya
dapat berjodoh di akhirat.
Karena
belum juga pulang orang tua Nan Tongga dan Gondan Gondoriah mengirim orang
untuk mencari Nan Tongga dan Gondan Gondoriah. Mereka menemukan Bujang Selamat
sendiri yang berkata bahwa Nan Tongga, Gondan Gondoriah, dan Tuanku Haji Mudo
sudah naik ke langit.
UNTUK VERSI SOFTCOPY (TULISAN + GAMBAR + EDIT + RAPI)
SILAHKAN DATANG KE WARNET GADIS.NET
SIMPANG SMPN 1 SITIUNG, DHARMASRAYA
08777-07-33330 / 0853-6527-3605
HARGA BERSAHABAT
0 Response to "Contoh kaba Minangkabau (Contoh 1)"
Posting Komentar