Warnet gadisnet

Warnet gadisnet

Persiapan materi dan Alat untuk Pengembangan Agama dan Moral anak di RA/TK Lengkap



Aspek-aspek karakteristik peserta didik TK/RA:
  • Fisik
  • Moral
  • Sosial
  • Kultural
  • Emosional
  • Intelektual
Kemampuan mengungkapkan bahasa meliputi:
  1. Menjawab pertanyaan yang lebih kompleks
  2. Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi sama
  3. Berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, serta mengenal simbol-simbol untuk persiapan membaca, menulis dan berhitung
  4. Menyusun kalimat sederhana dalam struktur lengkap (pokok kalimat-predikat-keterangan)
  5. Memiliki lebih banyak kata-kata untuk mengekspresikan ide pada orang lain
  6. Melanjutkan sebagian cerita/dongeng yang telah diperdengarkan

Prinsip-prinsip pembelajaran di TK/RA:
  1. Memperhatikan tingkat perkembangan, kebutuhan, minat dan karakteristik anak
  2. Mengintegrasikan kesehatan, gizi, pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan
  3. Pembelajaran melalui bermain
  4. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara bertahap, berkesinambungan, dan pembiasaan
  5. Kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, interaktif, efektif, dan menyenangkan
  6. Proses pembelajaran berpusat pada anak

Penilaian di TK mencakup dua bidang pengembangan dan jenis penilaian:
  1. Bidang pengembangan pembiasaan meliputi nilai-nilai agama, moral, sosial-emosional dan kemandirian
  2. Bidang pengembangan kemampuan berbahasa, kognitif, fisik/motorik dan seni

Jenis penilaian yang diselenggarakan Guru TK/RA meliputi:
  1. Penilaian harian di RKH
  2. Penilaian hasil karya anak
  3. Penilaian semester
  4. Portofolio
  5. Anectdot record, dll

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Ruang lingkup Kurikulum berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 58 Tahun 2009 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini meliputi aspek perkembangan:
  1. Bidang Pengembangan Perilaku,meliputi: (a) Moral dan nilai-nilai agama (b) Sosial emosional dan kemandirian
  2. Bidang Pengembangan Kemampuan Dasar, meliputi: (a) Bahasa, yaitu Menerima bahasa, Mengungkapkan bahasa, serta Keaksaraan (b) Kognitif, yaitu Pengetahuan umum dan sains, Konsep bentuk warna, ukuran dan pola serta Konsep bilangan, lambang bilangan, dan huruf (c) Fisik motorik, yaitu Motorik kasar, Motorik halus, Kesehatan fisik, Mulok serta Pengembangan diri

Bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain dimaksudkan bahwa:
  • Bermain merupakan cara belajar anak usia dini.
  • Melalui bermain anak bereksplorasi untuk mengenal lingkungan sekitar, menemukan, memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan anak, dan kesimpulan mengenai benda di sekitarnya.
  • Ketika bermain anak membangun pengertian yang berkaitan dengan pengalamannya.
  • Pembelajaran pada pendidikan anak usia dini menggunakan pembelajaran terpadu artinya setiap kegiatan pembelajaran harus mencakup pengembangan seluruh aspek perkembangan anak. Satu aspek perkembangan dengan aspek perkembangan lainnya saling terkait. Pembelajaran terpadu dilakukan dengan menggunakan tema sebagai wahana untuk mengenalkan berbagai konsep kepada anak secara utuh.

Model pembelajaran di TK:
  1. Model pembelajaran kelompok, yaitu Model dengan kegiatan pengaman dan Model dengan sudut-sudut kegiatan
  2. Model pembelajaran berdasarkan minat, yaitu: Model pembelajaran menggunakan area-area serta Model pembelajaran berdasarkan sentra

SKM model pembelajaran kelompok dengan kegiatan pengaman:
Komponen SKM model pembelajaran kelompok dengan kegiatan pengaman adalah sebagai berikut:
  • Tema dan subtema
  • Alokasi waktu
  • Aspek pengembangan
  • Kegiatan per aspek pengembangan

Langkah-langkah pengembangan SKM model pembelajaran kelompok dengan kegiatan pengaman adalah sebagai berikut:

  • Menjabarkan tema dan merinci subtema
  • Membuat matrik hubungan antara tema, subtema dengan kegiatan
  • Menjabarkan indikator menjadi kegiatan-kegiatan pada bidang pengembangan dalam program semester

Penentuan tema hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

  • Kedekatan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema yang terdekat dengan kehidupan peserta didik kepada tema yang semakin jauh dari kehidupan mereka.
  • Kesederhanaan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang sederhana kepada tema-tema yang lebih rumit bagi peserta didik.
  • Kemenarikan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema-tema yang menarik minat peserta didik kepada tema-tema yang kurang menarik.
  • Kesesuaian, artinya tema disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada di lingkungan setempat.

Kemampuan anak TK/RA menirukan gerakan motorik halus meliputi kemampuan:

  1. Menggambar sesuai gagasannya
  2. Meniru bentuk
  3. Melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan
  4. Menggunakan alat tulis dengan benar
  5. Menggunting sesuai dengan pola
  6. Menempel gambar dengan tepat
  7. Mengekspresikan diri melalui gerakan
  8. Menggambar secra detail

Langkah-langkah penyusunan SKH dengan sudut kegiatan sebagai berikut:

  • Memilih dan menata kegiatan ke dalam SKH
  • Memilah kegiatan ke dalam kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
  • Pada kegiatan inti, kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan sudut kegiatan yang akan dilaksanakan.
  • Memilih metode yang sesuai dengan kegiatan yang dipilih
  • Memilih alat/sumber belajar yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.
  • Memilih dan menyusun alat penilaian yang dapat mengukur ketercapaian hasil belajar atau indikator.

Pengenalan membaca, menulis dan berhitung yang dilakukan guru di TK/RA, yaitu dilakukan dengan pendekatan yang sesuai dengan tahap perkembangan anak. Oleh karena itu di TK tidak dikenalkan secara langsung sebagai pembelajaran materi calistung secara langsung sebagai pembelajaran sendiri-sendiri kepada anak. Konteks pembelajarannya dilakukan dalam kerangka pengembangan seluruh aspek tumbuh kembang anak, calistung diajarkan melalui pendekatan bermain dan disesuaikan dengan tugas-tugas perkembangan anak. Menciptakan lingkungan yang kaya akan keaksaraan yang memacu kesiapan anak untuk memulai calistung.

Pengertian Silabus TK: yaitu seperangkat rencana dan pengetahuan tentang kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar.

SILABUS
  • Rencana pembelajaran Tahunan/semester (pemetakan)
  • Rencana mingguan
  • Rencana harian
Dikembangkan oleh Guru, Kelompok Guru di TK, dan Kelompok Guru di KKG dan Dikoordinasikan Dinas Pendidikan



KOMPONEN SILABUS
  • Kompetensi dasar
  • Hasil belajar
  • Indikator
  • Pembelajaran/kegiatan
  • Alokasi waktu, Bisa di pemetaan, atau Bisa di alokasi waktu
  • Sarana dan sumber belajar
  • Penilaian

Tujuan pedoman pengembangan silabus di TK:

  • Sebagai acuan bagi guru menyusun dan mengembangkan silabus di TK
  • Sebagai acuan bagi tenaga kependidikan lain dalam merencanakan dan melaksanakan pembinaan kepada guru dalam menyusun dan mengembangkan silabus di TK.

Standar Kompetensi: Merupakan kemampuan dasar yang dimiliki oleh anak didik di satu bidang pengembangan.


Aspek-aspek perkembangan meliputi:
  • Moral dan nilai-nilai agama
  • Sosial
  • Emosional
  • Kemandirian
  • Bahasa
  • Kognitif
  • Fisik/motorik
  • Seni

Kompetensi Dasar: merupakan pernyataan yang diharapkan dapat diketahui, disikapi dan dilakukan anak didik.

Hasil belajar: merupakan hasil kegiatan setelah anak didik mengalami pembelajaran dalam kompetensi tertentu.
Indikator: merupakan kompetensi dasar yang lebih spesifik dan operasional yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran

.
 

TEMA DAN SUB TEMA SEMESTER I
  1. DIRI SENDIRI ( 3 minggu)
  2. LINGKUNGANKU ( 4 minggu)
  3. KEBUTUHANKU (4 minggu)
  4. BINATANG ( 3 minggu)
  5. TANAMAN ( 3 minggu)

TEMA DAN SUB TEMA SEMESTER II
  1. REKREASI ( 4 minggu)
  2. PEKERJAAN ( 3 minggu)
  3. AIR, UDARA, DAN API ( 2 minggu)
  4. ALAT KOMUNIKASI (2 minggu)
  5. TANAH AIRKU ( 3 minggu)
  6. ALAM SEMESTA ( 3 minggu)

AREA PUSAT KEGIATAN ANAK
  • Area Seni
  • Area Drama
  • Area Musik
  • Area Balok
  • Area Matematika
  • Area Pasir dan Air
  • Area IPA / Sains
  • Area Bahasa
  • Area Membaca danMenulis
  • Area Agama
  • Kegiatan di Luar Kelas

MACAM-MACAM METODE PEMBELAJARAN
  • Metode Bercerita
  • Metode Bercakap-cakap
  • Metode Tanya Jawab
  • Metode Pemberian Tugas
  • Metode Karya Wisata
  • Metode Demonstrasi
  • Metode Sosiodrama
  • Metode Eksperimen
  • Metode Bermain Peran
  • Metode Proyek 



B.     Konsep-konsep Pengembangan Moral dan Nilai Agama Anak Usia Dini
Semua manusia dilahirkan dalam keadaan lemah, baik fisik maupun psikis. Walaupun dalam keadaan yang demikian, ia telah memiliki kemampuan bawaan yang bersifat ”laten”. Potensi bawaan ini yang memerlukan pengembangan dan pemeliharaan yang mantap, lebih-lebih pada usia dini.
Sesuai dengan prinsip pertumbuhannya, seorang anak menjadi dewasa memerlukan bimbingan sesuai dengan prinsip yang dimilikinya, yaitu:
1.      Prinsip Biologi
Secara fisik anak yang baru dilahirkan dalam keadaan lemah. Dalam segala gerak dan tindak tanduknya, ia selalu memerlukan bantuan dari orang-orang dewasa sekelilingnya. Dengan kata lain, ia belum dapat berdiri sendiri karena manusia bukanlah makhluk instinktif. Keadaan tubuhnya belum tumbuh secara sempurna untuk difungsikan secara maksimal.
2.      Prinsip tanpa daya
Sejalan dengan belum sempurnanya pertumbuhan fisik dan psikisnya, maka anak yang baru dilahirkan hingga menginjak usia dewasa selalu mengharapkan bantuan dari orang tuanya. Ia sama sakali tidak berdaya untuk mengurus diriya sendiri.
3.      Prinsip Eksplorasi
Kemantapan dan kesempurnaan perkembangan potensi manusia yang dibawanya sejak lahir, baik jasmani maupun rohani memerlukan pertimbangan melalui pemeliharaan dan latihan. Jasmaninya baru akan berfungsi secara sempurna jika dipelihara dan dilatih. Akal dan fungsi mental lainnya pun baru akan menjadi baik dan berfungsi jika kematangan dan pemeliharaan serta bimbingan dapat diarahkan kepada pengeksplorasian perkembangannya. Ada beberapa teori timbulnya jiwa keagamaan anak, yaitu:
Ø  Rasa Ketergantungan (sense of depende)
Manusia dilahirkan ke dunia ini memiliki empat kebutuhan, yakni keinginan untuk perlindungan (security), keinginan akan pengalaman baru (new experimence), keinginan untuk mendapatkan tanggapan (response) dan keinginan untuk dikenal (recognition). Berdasarkan kenyataan dan kerjasama dari keempat keinginan itu, maka bayi sejak dilahirkan hidup dalam ketergantungan. Melalui pengalaman-pengalaman yang diterimanya dari lingkungan itu kemudian terbentuklah rasa keagamaan pada diri anak.


Ø  Instink keagamaan
Bayi yang dilahirkan sudah memiliki beberapa instink, diantaranya instink keagamaan. Belum terlihatnya tindak keagamaan pada diri anak karena beberapa fungsi kejiwaan yang menopang kematangan berfungsinya instink itu belum sempurna. Dengan demikian pendidikan agama perlu diperkenalkan kepada anak jauh sebelum usia 7 tahun. Artinya, jauh sebelum usia tersebut, nilai-nilai keagamaan perlu ditanamkan kepada anak sejak usia dini. Nilai keagamaan itu sendiri bisa berarti perbuatan yang berhubungan antara manusia dengan Tuhan atau hubungan antar-sesama manusia
Memahami konsep keagamaan pada anak-anak berarti memahami sifat agama pada anak-anak. Maka bentuk dan sifat agama pada diri anak dapat dibagi atas:
1.      Unreflective (tidak mendalam)
Mereka mempunyai anggapan atau menerima terhadap ajaran agama dengan tanpa kritik. Kebenaran yang mereka terima tidak begitu mendalam sehingga cukup sekedarnya saja dan mereka sudah merasa puas dengan keterangan yang kadang-kadang kurang masuk akal.
2.      Egosentris
Anak memiliki kesadaran akan diri sendiri sejak tahun pertama usia perkembangannya dan akan berkembang sejalan dengan pertambahan pengalamannya. Semakin bertumbuh semakin meningkat pula egoisnya.
3.      Anthromorphis
Konsep ketuhanan pada diri anak menggambarkan aspek-aspek kemanusiaan. Melalui konsep yang terbentuk dalam pikiran, mereka menganggap bahwa perikeadaan Tuhan itu sama dengan manusia. Pekerjaan Tuhan mencari dan menghukum orang yang berbuat jahat di saat orang itu berada dalam tempat yang gelap. Anak menganggap bahwa Tuhan dapat melihat segala perbuatannya langsung ke rumah-rumah mereka sebagaimana layaknya orang mengintai. Pada anak usia 6 tahun, pandangan anak tentang Tuhan adalah sebagai berikut: Tuhan mempunyai wajah seperti manusia, telinganya lebar dan besar, Tuhan tidak makan tetapi hanya minum embun. Konsep ketuhanan yang demikian mereka bentuk sendiri berdasarkan fantasi masing-masing.
4.      Verbalis dan Ritualis
Kehidupan agama pada anak sebagian besar tumbuh mula-mula secara verbal (ucapan). Mereka menghafal secara verbal kalimat-kalimat keagamaan dan selain itu pula dari Amalia yang mereka laksanakan berdasarkan pengalaman menurut tuntunan yang diajarkan kepada mereka. Perkembangan agama pada anak Sangay besar pengaruhnya terhadap kehidupan agama anak itu di usia dewasanya. Banyak orang dewasa yang taat karena pengaruh ajaran dan praktek keagamaan yang dilaksanakan pada masa kayak-kanak mereka. Latihan-latihan bersifat verbalis dan upacara keagamaan yang bersifat rutinitas (praktek) merupakan hal yang berarti dan merupakan salah satu ciri dari tingkat perkembangan agama pada anak-anak. 
5.      Imitatif
Tindak keagamaan yang dilakukan oleh anak-anak pada dasarnya diperoleh dari meniru. Berdoa dan shalat, misalnya, mereka laksanakan karena hasil melihat realitas di lingkungan, baik berupa pembiasaan ataupun pengajaran yang intensif. Dalam segala hal anak merupakan modal yang positif dalam pendidikan keagamaan pada anak.
6.      Rasa heran
Rasa heran dan kagum merupakan tanda dan sifat keagamaan yang terakhir ada pada anak. Rasa kagum yang ada pada anak sangat berbeda dengan rasa kagum pada orang dewasa. Rasa kagum pada anak-anak ini belum bersifat kritis dan kreatif, sehingga mereka hanya kagum terhadap keindahan lahiriah saja. Hal ini merupakan langkah pertama dari pernyataan kebutuhan anak akan dorongan untuk mengenal suatu pengalaman yang baru (new experince). Rasa kagum mereka dapat disalurkan melalui cerita-cerita yang menimbulkan rasa takjub pada anak-anak. Dengan demikian kompetensi dan hasil belajar yang perlu dicapai pada aspek pengembangan moral dan nilai-nilai agama adalah kemampuan melakukan ibadah, menganal dan percaya akan ciptaan Tuhan dan mencintai sesama manusia

C.    Strategi dan Teknik Pengembangan Moral dan Nilai Agama Anak Usia Dini
Ada 3 strategi dalam pembentukan perilaku moral pada anak usia dini, yaitu: strategi latihan dan pembiasaan, Strategi aktivitas dan bermain, dan Strategi pembelajaran (Wantah, 2005: 109).
1.      Strategi Latihan dan Pembiasaan
Latihan dan pembiasaan merupakan strategi yang efektif untuk membentuk perilaku tertentu pada anak-anak, termasuk perilaku moral. Dengan latihan dan pembiasaan terbentuklah perilaku yang bersifat relatif menetap. Misalnya, jika anak dibiasakan untuk menghormati anak yang lebih tua atau orang dewasa lainnya, maka anak memiliki kebiasaan yang baik, yaitu selalu menghormati kakaknya atau orang tuanya.
2.      Strategi Aktivitas Bermain
Bermain merupakan aktivitas yang dilakukan oleh setiap anak dapat digunakan dan dikelola untuk pengembangan perilaku moral pada anak. Menurut hasil penelitian Piaget (dalam Wantah, 2005: 116), menunjukkan bahwa perkembangan perilaku moral anak usia dini terjadi melalui kegiatan bermain. Pada mulanya anak bermain sendiri tanpa dengan menggunakan mainan. Setelah itu anak bermain menggunakan mainan namun dilakukan sendiri. Kemudian anak bermain bersama temannya bersama temannya namun belum mengikuti aturan-aturan yang berlaku. Selanjutnya anak bermain bersama dengan teman-temannya berdasarkan aturan yang berlaku.
3.      Strategi Pembelajaran
Usaha pengembangan moral anak usia dini dapat dilakukan dengan strategi pembelajaran moral. Pendidikan moral dapat disamakan dengan pembelajaran nilai-nilai dan pengembangan watak yang diharapkan dapat dimanifestasikan dalam diri dan perilaku seseorang seperti kejujuran, keberanian, persahabatan, dan penghargaan (Wantah, 2005: 123).
Pembelajaran moral dalam konteks ini tidak semata-mata sebagai suatu situasi seperti yang terjadi dalam kelas-kelas belajar formal di sekolah, apalagi pembelajaran ini ditujukan pada anak-anak usia dini dengan cirri utamanya senang bermain. Dari segi tahapan perkembangan moral, strategi pembelajaran moral berbeda orientasinya antara tahapan yang satu dengan lainnya. Pada anak usia 0 – 2 tahun pembelajaran lebih banyak berorientasi pada latihan aktivitas motorik dan pemenuhan kebutuhan anak secara proporsional. Pada anak usia antara 2 – 4 tahun pembelajaran moral lebih diarahkan pada pembentukan rasa kemandirian anak dalam memasuki dan menghadapi lingkungan. Untuk anak usia 4 – 6 tahun strategi pembelajaran moral diarahkan pada pembentukan inisiatif anak untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan perilaku baik dan buruk.
Secara umum ada berbagai teknik yang dapat diterapkan untuk mengembangkan moral anak usia dini. Menurut Wantah (2005: 129) teknik-teknik dimaksud adalah: 1. membiarkan, 2. tidak menghiraukan, 3. memberikan contoh (modelling), 4. mengalihkan arah (redirecting), 5. memuji, 6. mengajak, dan 7. menantang (challanging).
 Beberapa cara yang dilakukan orang tua untuk mengasah kecerdasan spiritual anak adalah sebagai berikut:
§  Memberi contoh
Anak usia dini mempunyai sifat suka meniru . karena orang tua merupakan lingkungan pertama yang ditemui anak, maka ia cenderung meniru apa yang diperbuat oleh orang tuanya. Di sinilah peran orang tua untuk memberikan contoh yang baik bagi anak, misalnya mengajak anak untuk ikut berdoa. Tatkala sudah waktunya shalat, ajaklah anak untuk segera mengambil air wudhu dan segera menunaikan sholat. Ajari shalat berjamaah dan membaca surat-surat pendek al-Qur’an dan Hadis-hadis pendek.

§  Melibatkan anak menolong orang lain.
Anak usia dini diajak untuk beranjangsana ke tempat orang yang membutuhkan pertolongan. Anak disuruh menyerahkan sendiri bantuan kepada yang membutuhkan, dengan demikian anak akan memiliki jiwa sosial.
§  Bercerita serial keagamaan
Bagi orang tua yang mempunyai hobi bercerita, luangkan waktu sejenak untuk meninabobokan anak dengan cerita kepahlawanan atau serial keagamaan. Selain memberikan rasa senang pada anak, juga menanamkan nilai-nilai kepahlawanan atau keagamaan pada anak dan konsisten dalam mengajarkannya. Dalam mengajarkan nilai-nilai spiritual pada anak diperlukan kesabaran, tidak semua yang kita lakukan berhasil pada saat itu juga, adakalanya memerlukan waktu yang lama dan berulang

D.    Pengembangan Nilai-nilai Agama Anak Usia Dini
Menurut penelitian Ernest Harms perkembangan agama anak-anak itu melalui beberapa fase (tingkatan). Dalam bukunya The Development of Religious on Children, ia mengatakan bahwa perkembangan agama pada anak-anak itu melalui tiga tingkatan, yaitu:
1.      The fairy tale stage (tingkat dongeng)
Pada tingkatan ini dimulai pada anak usia 3-6 tahun. Pada anak dalam tingkatan ini konsep mengenai Tuhan lebih banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi. Pada tingkatan ini anak menghayati konsep ketuhanan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektualnya. Kehidupan pada masa ini masih banyak dipengaruhi kehidupan fantasi hingga dalam menanggapi agama pun anak masih menggunakan konsep fantastis yang diliputi oleh dongeng yang kurang masuk akal.
2.      The realistic stage (tingkat kenyataan)
Tingkat ini dimulai sejak anak masuk SD hingga sampai ke usia (masa usia) adolesense. Pada masa ini ide ketuhanan anak sudah mencerminkan konsep-konsep yang berdasarkan kepada kenyataan (realis). Konsep ini timbul melalui lembaga-lembaga keagamaan dan pengajaran agama dari orang dewasa lainnya. pada masa ini ide keagamaan anak didasarkan atas dorongan emosional, hingga mereka dapat melahirkan konsep Tuhan yang formalis.
3.      The Individual stage (tingkat individu)

Anak pada tingkat ini memiliki kepekaan emosi yang paling tinggi sejalan dengan perkembangan usia mereka. Ada beberapa alasan mengenalkan nilai-nilai agama kepada anak usia dini, yaitu anak mulai punya minat, semua perilaku anak membentuk suatu pola perilaku, mengasah potensi positif diri, sebagai individu, makhluk social dan hamba Allah. Agar minat anak tumbuh subur, harus dilatih dengan cara yang menyenangkan agar anak tidak merasa terpaksa dalam melakukan kegiatan

0 Response to "Persiapan materi dan Alat untuk Pengembangan Agama dan Moral anak di RA/TK Lengkap"

Posting Komentar